B

1K 57 5
                                    

Edo pov

Saat gue berusaha untuk melupakan masa lalu, masa lalu itu selalu muncul dipikiran gue. Gue beranjak menuju rak buku raksasa yang ada didepan gue, mencoba melihat judul judul buku supaya hati dan pikiran gue tenang.

Tangan gue jatuh pada buku Harry Potter and the prisioner of azkaban. Seri buku ini adalah salah satu kesukaan dia, dia yang udah ninggalin gue tanpa alasan.

Flashback

Ini hari terbaik, dan paling indah buat gue. Tepat hari ini gue berusia 17 tahun, gue harap hubungan gue dengan manja bisa bertahan seperti tahun sebelumnya. Gue berjalan mengambil kotak cincin di lemari, kali ini gue mau resmi ini hubungan gue dengan dia, meskipun kita masih remaja yang baru beranjak dewasa.

Gue memakai pakaian terbaik gue, sengaja kali ini gue gak memberitahu dia untuk bersiap siap. Dia selalu bilang pada gue kalo gue gak pernah serius dengan hubungan ini. Tapi gue bakal mastiin kalo gue udah pasti.

Gue menyuruh supir gue untuk berlalu dari rumah menuju tempat manja, ya Sri Manja, cewek bermata hazel, yang suka malu maluin, untung gue sayang. Dia dengan gue beda usia 2 tahun, sekarang dia lagi kuliah sambil mengurus beberapa perusahaan orangtuanya yang ada di indonesia.

Gue selalu sibuk dengan urusan Rohis (rohani islam) yang ada di Smansa, sehingga gue kurang perhatian pada dia. Dia selalu menganggap gue kekanakan berkata kalo gue belum cukup umur untuk jatuh cinta pada cewek yang lebih dewasa dari dia. Tapi gue selalu berusaha yakin, kalo cinta gak pernah mandang batasan.

Sesampainya didepan gerbang, gue melihat keadaan rumah dia yang sepi. Memang mama manja adalah orang yang suka pulang pergi keluar negeri, semenjak ayah nya meninggal. Mama nya yang selalu mengurus dan mengawasi perusahaan keluarga mereka di luar negeri.

Tiba tiba bik sum pembantu manja keluar dari arah garasi menemui gue.

"Non manja gak ada dirumah den"

"Emang kemana bik?".

"mamanya non manja lagi sakit, jadi non manja langsung berangkat tadi pagi ke bandara".

Usai berpamitan dengan bik sum, gue langsung lari menuju bandara, untuk mengejar manja. Namun belum sempat gue beranjak, tiba tiba handphone gue berdering dan yang menelfon adalah manja.

Gue langsung saja menjawab telfonnya dengan tergesa gesa.

"Kakak ,udah berangkat ?, kok gak ngomong ?, tung.."

"Jangan ikutin aku.."

Belum selesai gue bicara, ucapannya tadi langsung menohok hati gue.

Nyuuut.

"Kenapa ?".

Rasanya dada gue sesek banget, kayak ada duri kecil yang nusuk jantung gue dengan kencang.

".. mending kita akhirin aja".

Gue diem, gue harus dengar penjelasan dia dulu.

"Aku bosan dengan semua ini."

Gue gak terima dengan jawaban ini.

"Tapi aku udah berusaha kak, aku udah berusaha untuk jadi yang terbaik bua..-"

"Aku gak cinta sama kamu !".

Gue berharap ini hanyalah sebuah kebohongan.

"Mending kamu cari yang seusia sama kamu, yang bisa kamu ajak makan es krim ditaman, yang bisa kamu ajak untuk cinta monyet seperti impian kamu".

"Kak.."

Haha, mata gue seperti di genangi air hujan yang siap tumpah. Gue seperti gak ada artinya lagi.

Gue mematikan sambungan telfon, berdiri diam menatap rumah manja. Berharap ini hanyalah mimpi dan pada saat gue bangun, semua baik baik saja.

Flashback off

Gue melempar buku itu kearah keranjang sampah. Gue benci perempuan, kecuali mama yang udah lahirin gue dan dinda sahabat kecil gue. Mereka semua cuma nganggap kalo pengorbanan orang lain itu hanya sebatas angin lalu.

Soal dinda, dia temen gue dari kecil banget. Mama, papanya temen akrab ayah gue. Tapi mereka berdua ke eropa dan dinda tinggal sendirian diapartemen mewahnya.

Setiap saat gue selalu menghabiskan waktu dengan dinda. Dia selalu memberikan gue semangat, bahkan disaat hati dan jiwa gue benar benar lemah.

Tiba tiba handphone gue berdering, dan ternyata itu pesan dari dinda.

From : dinda

Nongkrong di star buck yuk.

To : dinda

Malas gue.

From : dinda

Mentang mentang lu ketua osis jadi lupa sama temen sendiri.

To : dinda

Ya udah tunggu gue ya

Gue bergegas menuju tempat ketemuan kita. Sesampainya gue mencari keberadaan dinda dan akhirnya ketemu.

" lama amat lo"

Sahut dinda saat gue tiba disampingnya.

"Brisik".

"Mau pesen apa nih?".

"Machiato aja".

Dinda pun memesankan pesanan gue kepalayan.

"Gimana bisnis lo ?".

Gue mencoba membuka obrolan.

"Beres, apa aja pasti beres sama gue".

Semenjak ditinggal orang tua nya, dinda mencoba bisnis di usia muda, dan berjalan dengan baik sampai sekarang.

"Gimana sekolah lo?".

Tanya dinda pada gue.

"Biasa biasa aja, gue tetep ganteng dan oke".

Kontan saja dinda melempar gue dengan tisu yang ada diatas meja.
Kita melanjutkan obrolan dan membahas hal hal yang gak penting.
Gue berharap gue menemukan cewek seperti dinda, yang selalu nemenin gue disaat gue terpuruk maupun senang.

Dinda pov

Gue berharap lo dan gue bukan sebatas teman do.

Vote dan Coment guys 😊😊

ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang