S

321 27 2
                                    

Edo pov

Mungkin dinda sudah pergi kepelukan yang lebih nyaman. Gue bahagia melihat kalau dia baik baik saja. Dan pada akhirnya gue harus rela melepas dia.

Gue juga mendengar kabar kalau kak Manja akan bertunangan minggu depan. Karena 2 hari lalu, surat kabar memberitakan mereka.

"Oi"

Gue dikejutin dengan suara Mawadda .

"Sini duduk disamping gue".

Gue mempersilahkan dia duduk disebelah gue.
Dia membaca buku yang dia bawa, kalau diperhatiin ternyata dia cantik juga. Mata gue masih tetap memandang dia, gue jadi keinget kak manja.

"Gue tau, kalau gue itu cantik".

Gue menjitak jidatnya dengan keras, dan lari.

"Sakit bego".

Semakin hari gue semakin dekat dengan dia, gue merasakan hal yang sama pada saat gue dekat dengan kak Manja, dan juga dengan dia.

Tapi gue takut kalau semakin gue buka hati gue. Dia akan pergi, dan gue akan sendiri lagi.
Gue takut hal yang terburuk terjadi seperti dulu lagi.

"Edo, nanti malem lo ada acara gak?".

Mawadda yang ada dibelakang gue menyusul dengan cepat.

"Kagak, emang kenapa?".

"Ntar malem nonton yuk, gue ada film bagus loh".

"Film apaan ?".

Tiba tiba dia diam, lalu mengeluarkan ponselnya.

"...IT..."

"Emang lo berani?".

Dia memukul bahu dengan keras, gue sampai meringis kesakitan.

"Ya beranilah, gue gak kayak lo ya".

"Ya udah, ntar lo yang jemput gue ya".

Tawar gue padanya, memang agak terlihat aneh kalau cewek yang jemput cowok.

"Masa gue yang harus jemput lo"

"Iya iya, gue yang jemput".

Kita berpisah di meja piket. Entah kenapa gue merasa sedih hari ini, banyak hal yang terjadi, dan juga gue harus melepas jabatan gue sebagai ketua osis minggu depan.

Mawadda pov

Usai berbincang dengan Edo, seperti biasa gue menuju kekamar mandi. Gue selalu merasa was was dan hati hati setiap gue kekamar mandi. Selesai dengan apa yang gue lakukan pintu nya terkunci lagi.

Gue menggedor dengan sekeras kerasnya.

Byurrrr

Hal ini terjadi lagi, gue disiram dengan air pel lagi. Gue menangis, kenapa hal yang begini terjadi lagi pada gue.

Suara gaduh berasal dari depan pintu kamar mandi. Gue menggedor pintu lagi dengan sekeras kerasnya.

"Bukain pintu..."

Suara gaduh tersebut hilang.

Tiba tiba pintu terbuka, Edo ada disana. Dia lalu memeluk gue dengan erat.

"Lo gak papa".

Author pov

"Lo gak papa".

Edo menggeser pintu dan membawa mawadda keluar, dan yang membuat mawadda terkejut. Syahban ada disana, dengan wajah penuh luka. Bibir dan hidungnya berdarah.

"Banbii.."

Mawadda menghampiri syahban, membersihkan hidungnya yang berdarah.

"Kita sahabatan kan".

Syahban hanya mengangguk lemah. Edo yang ada disitu cuma diam mematung melihat mereka berdua.

"Tapi kenapa lo lakuin ini ke gue?".

Tak ada jawaban darinya, Edo yang ada disitu membawa mawadda pergi meninggalkan syahban.

Edo pov

Dia masih terus saja menangis, gue udah yakin pada awalnya kalau syahban adalah dalang dari semua ini. Termasuk  foto foto yang ada dimading.

Flashback foto mading

Saat gue ingin kembali kegedung olahraga untuk balikin pentungan yang gue bawa. Gue melihat sebuah kunci terletak dilantai koridor sekolah, gue melihat kunci tersebut dan ternyata itu kunci mobil. Dan hanya ada dua orang yang disekolah ini membawa mobil.

Syahban dan Ade anggraini putri siswa dari kelas 12 - C. Gue mengintrogasi Ade terlebih dahulu, dan terbukti Ade tidak sekolah pada hari mawadda kerumah gue.

Flashback kamar mandi

Saat gue dan mawadda akan kekelas masing masing, gue melihat Syahban mengikuti arah jalan mawadda. Gue sudah seringkali melihat dia mengikuti mawadda, namun dia tak menghampiri, justru malah mengendap endap.

Dan ternyata benar, dia memanjat pinggiran tembok dan menyiram air kedalam kamar mandi. Dan mawadda ada di dalam sana.

Gue kontan menghajar dia dengan ember yang ada dibelakang pintu, dia cuma diam tak melawan perlakuan gue.

Tiba tiba pintu kamar mandi digedor dengan kuat, dan gue mendengar suara jeritan dari mawadda.

Saat gue membuka pintu, bajunya kotor, dia cuma menangis dan gue membawa dia keluar.

Namun dia malah mendekati Syahban membersihkan darah di hidungnya.

Dan gue cuma diam menyaksikan semua itu.

Jangan lupa vote dan coment

👇👇👇

ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang