C

847 59 1
                                    

Author pov

Pagi ini smansa masih dengan keadaan sunyi. Padahal sudah pukul 7:15 siswa siswa masih ada yang belum masuk kedalam sekolah. Namun beberapa siswa yang sudah datang masih setia melakukan aktivitas pagi di lapangan sekolah.

Seperti tohar yang sedang bermain basket dengan alwi sahabat karibnya. Ari yang sibuk dengan merancang novel tapi tak tau kapan rilisnya. Dan juga wisnu dan syahban yang sedang mengerjakan pr sekolahnya.

Tak terkecuali dengan mawadda, yang sedang belajar dibawah pohon mangga.

"Ternyata lo rajin juga ya".

Mawadda terkejut dengan suara yang mengagetkannya. Karna sudah tau siapa si pemilik suara, di berusaha untuk tidak perduli dengan keadaannya.

"Gue bisa kasih tau elo contoh contoh soal ptn".

"Emang lo kira dengan elo sok baik gitu, gue bakal merasa hutang budi ya?".

Jawab mawadda tanpa memperhatikan Edo.

" lo anak baru tapi sombong juga ya ?".

Mawadda masih tetap tak menggubris perkataan edo.

"Mau nggak ??".

"Ya udah, mana ?".

"Dirumah gue , ntar pas pulang sekolah gue tunggu di parkiran".

"Kok harus dirumah elo?".

"Kan yang punya soal gue bego".

Akhirnya mawadda menyetujui untuk kerumah edo saat pulang sekolah. Kali ini aja, ucapnya dalam hati.

*Di parkiran sekolah

"Lo lama amat sih ".

Sudah setengah jam mawadda menunggu edo di parkiran sekolah. Namun si empu yang di tunggu baru saja tiba.

"Gue habis ngurusin rohis dulu".

Jawab edo sambil memberikan helm.

"Lo gak pake helm?".

"Enggak, nanti ganteng gue gak kelihatan".

"Shit.."

Sesampainya di rumah edo, mawadda takjub dengan keindahan rumah edo. "Pantes aja primadona, udah pinter, ganteng, ketua osis, orang kaya lagi".
Batin mawadda.

"Ayo masuk, ngapain lo lihat rumah gue sampe segitunya, gak pernah liat rumah orang ganteng ya?".

Mereka berdua memasuki ruang tamu rumah tersebut. Mawadda semakin ditakjubkan dengan interior rumah yang terkesan sederhana, namun mewah.

Tiba tiba pelayan rumah tersebut datang, dengan membawa sepiring makanan ringan dan juga air dingin.

"Wah adik ini pacar bang edo ya?".

Kontan saja mawadda terkejut dengan perkataan si pelayan tersebut.

"Nggak kok bu, saya cuma temen".

Jawab mawadda sekenanya.

"Wah jarang banget bang edo bawa teman perempuan sekolah kerumah lo dik".

Mawadda tersenyum sambil meminum air dingin yang di sediakan.

"Makasih ya bu".

"Iya, iya".

Tatapan si pelayan masih terus kepada mawadda.

"Kok ibu, natapin saya sampe segitunya".

"Ya iyalah dik, biasanya bang edo selalu bawa 2 temennya yang aneh itu, kalo gak salah namanya dedi sama jhon".

"Ohh"

Tiba tiba edo datang dengan membawa beberapa kertas kertas yang bertumpuk.

"Ini, bawa pulang aja".

Mawadda langsung mengambil beberapa kertas, sambil sesekali membacanya.

"Loh bik, kok masih disini, gih kedapur sana".

Si pelayan langsung kedapur dengan senyum senyum sendiri.

"Udah, lo pulang sana".

Mawadda yang mendengar perkataan edo, langsung menatapnya dengan tidak suka.
Edo pun mengantarkan mawadda kegerbang depan rumah nya, lalu mencarikan taksi.

"Makasih ya".

Ucap mawadda dengan senyuman terbaiknya.

"Udah lo cepetan pulang, gue bosan liat muka lo".

Taksi pun berhenti didepan mereka. Setelah mawadda masuk dan pergi, ternyata dinda datang dengan mobilnya dan berhenti didepan edo.

"Siapa tuh do,?".

Tanya dinda sambil menatap taksi tersebut.

"Kepo banget lo".

"Pacar lo ya ?".

Tanya dinda dengan penasaran.

"Kalo iya emang kenapa ?".

Jawab edo dengan sarkastik. Raut wajah dinda langsung berubah seketika, ketika edo mengatakan hal itu.

"Gak papa sih, cuma heran aja kok lo bisa deket sama cewek selain gue".

Edo lalu mendekatkan wajahnya kejendela mobil dinda.

"Karna gue ganteng".

Jawab edo sambil nyengir kearah dinda.

"Shit.."

"Lo ngapain kemari".

"Gue mau minjam catatan lo, lo kan orang pinter".

"Oh bentar gue ambilin".

Edo kembali memasuki rumahnya, dan meninggalkan dinda sebentar.

Dinda pov

Kok hati gue tiba tiba nyuut banget ya?, padahal gue udah berusaha untuk mencari pelarian lain. Tapi meskipun gue mencoba pergi, hati gue masih berharap dengan dia.

Ya, edo rahmadhana temen kecil gue, sampe sekarang. Dari situlah tumbuh rasa sayang yang berujung jatuh cinta.

Dan gue harus terima konsekuensinya.
Kalo berani jatuh hati, harus berani patah hati. Waktu dia bilang sama gue, kalo dia jadian sama cewek yang bernama manja. Gue seperti di tusuk dengan pisau yang tajam, tapi wajah gue masih menampilkan senyum yang masam.

Gue berusaha untuk suport dia disegala hal apapun, sampai dia cerita kalo manja pergi ninggalin dia. Entah setan apa yang merasuki hati gue, senang dan bercampur bahagia. Tapi setelah melihat perubahan sikap dia, gue jadi merasa kalo gue dengan manja gak ada apa apanya.

Kalo bisa dibilang, gue ini seperti sedang memeluk kaktus berduri. Semakin erat dipeluk, semakin sakit rasanya.

Edo yang baru saja masuk kedalam rumah, keluar dengan membawa setumpuk catatan. Padahal gue kemari mau ngajak dia nonton bareng. Tapi setelah tau kalau dia punya pacar baru, mungkin gue harus mundur untuk kedua kalinya.

Lalu mengharapkan dia putus dengan pacarnya, dan berharap gue jatuh kepelukannya.

Vote dan coment guys 😊😊

Aku masih penulis alay, yang berimajinasi tinggi. Vote dan komentar kalian sangat berharga dan mensuport aku 😊😊.





ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang