M

529 36 27
                                    

Edo pov

Gue gak tau apa yang mau gue kerjakan kali ini. Perpustakaan mungkin tempat ternyaman buat gue untuk melepaskan kepenatan.
Memandang jendela besar, sambil melihat siswa siswa melakukan aktivitas mereka.

"Gue pernah baca di buku, kalau orang yang paling super sibuk itu, adalah orang yang paling kesepian".

Gue dikejutkan dengan suara yang tiba tiba muncul disamping gue. Dan ternyata Mawadda, anak ini kayak gak ada kapok kapok nya.

"Ngapain lo disini?".

Ucap gue tanpa memandang dia sedikitpun.

"Emang perpustakaan ini punya orang tua lo, makanya gue gak boleh kesini".

Gue gak membalas ucapan dia, dan tetap fokus dengan pemandangan yang gue lihat.

"Kenapa lo tetap mau di dekat gue, meskipun gue udah berbuat kasar sama lo?".

Tiba tiba pertanyaan itu spontan keluar dari mulut gue.
Dia diam dan menghela nafas.

"Api gak akan timbul kalo gak ada asap.."

Perkataan dia barusan sangat ambigu menurut gue.

"Maksud lo?".

"Lo pasti melakukan itu karna gue punya salah.., tapi menurut gue, gue gak punya salah selain jus kemarin yang tumpah dibaju lo".

Dia berbalik dan menuju rak buku yang ada di belakang dan entah kenapa gue mengekori dia.

"Tapi kalo menurut lo gue punya salah, gue minta maaf".

Dia berhenti dan memberikan sebuah buku pada gue.

"Gue anak baru, gue cari temen.. bukan mau musuhin anak orang".

Dia lalu pergi dari perpustakaan, meninggalkan gue sendirian.

Mawadda pov

Mulanya gue berfikir, kenapa Edo bisa kasar sama gue. Apa karna jus itu?, atau juga yang lain.

Dan orang yang ada di fikiran gue, ternyata ada ditempat yang sama, tempat gue tuju yaitu perpustakaan. Dia diam berdiri seolah olah memikirkan sesuatu.

Dan mungkin ini saat yang tepat gue bicara baik baik sama dia.

Setelah perbincangan itu, gue keluar dari perpustakaan. Gue ngerasa lega setelah berbicara dengan dia.

"Oi..."

Gue berbalik melihat siapa yang memanggil gue dengan sebutan OI.

"Banbii..."

Dan ternyata itu syahban, temen baru gue. Dia membawa beberapa snack ringan dan juga minuman.

"Lo dari perpus ya?".

Tanyanya sambil memakan snacknya dengan lahap. Gue menjawab dengan anggukan.

"Temen lo mana?, kok dari kemarin lo sendirian mulu".

"Debora males kalau ke perpus".

"Oh.., ngomong ngomong nama lo siapa sih?".

What?, jadi dia belum tau nama gue?.

"Nama gue Mawadda, lo sok akrab tapi gak tau  nama gue".

Ucap gue dengan kesal sambil mengambil sedikit makanan dia.
Kita berjalan sambil ngobrol beberapa hal dengan dia.

"Gue minta pin lo dong".

Dia menyerahkan ponselnya pada gue. Gue lalu mengetik pin gue dan kembali menyerahkan ponselnya.

Kita berpisah di pertengahan meja piket. Dia menuju kelasnya dan gue menuju kelas gue.

Author pov

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, siswa siswa berhamburan keluar kelas. Edo dan Ari langsung menuju parkiran sekolah dan menaiki motor kesayangan mereka berdua.

"Do jangan lupa beli snack buat rohis".

Ucap Ari sambil memakai helm.

"Iya iya, lo gak bisa temenin gue hari ini?".

"Kagak, gue mau pulang, ayah gue nyuruh gue buat jaga toko".

"Oh yaudah kalo gitu".

Ari dan Edo pun berpisah lain arah. Saat melewati pagar depan sekolah, ternyata mawadda ada berada disana. Edo yang melihat mawadda langsung menghentikan motornya didepan mawadda.

"Lo mau pulang?".

Tanya Edo sambil membuka helmnya.

"Iya.."

Jawab mawadda dengan ketus.

"Mau bareng gak?, sekalian gue beli snack untuk rohis".

Edo langsung memberikan helmnya pada mawadda, Namun mawadda masih tetap cuek.

"Mau kagak?, jarang ada ketos seganteng dan secakep gue mau anterin cewek".

Mawadda langsung mengambil helm dari tangan Edo dan memakainya.

"Ya udah, ya udah anterin gue".

Edo pov

Ternyata dia masih pake akal sehat juga buat dianterin sama gue. Sok cuek tapi mau, dia langsung duduk dibelakang gue.

Di perjalanan kita tak banyak bicara, dia cuma diam dan menjauh kan posisi duduknya semakin kebelakang.
Sangkin keselnya, gue mengerem secara tiba tiba.

"Lo sengaja ya?".

Ucap nya dengan kesal sambil memukul bahu gue.

"Lihat tuh lampu merah".

Untung aja ada alasan, sebelum motor gue berjalan lagi. Gue menarik tangannya untuk memeluk pinggang gue.
Dan untungnya juga dia gak banyak protes.

Sesampainya di depan rumahnya, dia mengucapkan terima kasih dan masuk kedalam.

Gue juga harus buru buru pergi untuk beli snack, karna sore ini harus latihan futsal lagi sama anak anak.

Mawadda pov

Sumpah kali ini muka gue terus merah padam kayak kepiting rebus. Sepanjang perjalanan gue meluk dia terus sampai depan rumah gue.

Gue memasuki rumah dengan perasaan yang berbunga bunga. Jantung gue deg deg ser berasa mau copot dari akarnya.

"Cie diantarin sama cowok".

Gue dikejutin dengan suara mama. Jantung gue makin berdegub dengan kencang.

"Di- dia teman sekolah kok".

Ucap gue dengan terbata bata.

"Kok teman mukanya sampai merah begitu".

Gue gak mengubris perkataan mama dan pergi kekamar.

Anita pov

Hari ini gue pergi ke gramedia, sekedar membeli buku novel dan buku referensi lainnya.

Gue melihat novel novel baru yang terpajang dirak. Seandainya semua novel bisa dibayar dengan rumus matematika. Mungkin seisi toko udah habis.

"Jangan di lihatin bukunya, dibeli dong".

Gue dikejutin dengan suara yang ada disamping gue, dan yang bikin gue terkejut...

Dia...


Halo sahabat, terima kasih untuk tetap setia baca Escape, jangan lupa vote dan coment. Btw kan Escape udah sampai part M nih. Ntar ada kelanjutannya yaaaa.

Tetap stay dan jangan lupa vote dan coment. Karna suara kalian sangat berharga buat aku 👍👍👍👍






ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang