R

390 28 3
                                    

Syahban pov

Muhammad Arif Syahbana, kerap orang lain memanggil gue dengan sebutan Syahban, atau Banbii.

Terlahir dengan 2 bersaudara, dan kami berdua laki laki. Kakak gue merupakan seorang Tentara, berpangkat Letnan.

Dan gue adiknya, siswa Sma yang amburadul dan gak jelas hidupnya. Gue benci hidup ini, selalu kakak yang dibanggakan ayah dan ibu. Terkadang ayah selalu pilih kasih terhadap kita berdua, sehingga jikalau iya marah pasti gue akan kena bogem mentah habis habisan.

Pagi ini gue menuju meja makan, sarapan bersama keluarga. Kami hanya bertiga sekarang, karena kakak sedang mendapat tugas didaerah salatiga.

"Syahban, kemarin ayah di telfon oleh kepala sekolah, katanya kamu menyogok penjaga sekolah ya".

Pagi pagi udah kena omelin. Gue cuma mengangguk mengiyakan jawaban ayah.

"Kenapa sih kamu harus bertingkah yang tidak tidak?, kamu harusnya mencontoh kakak kamu tuh, bukan urak urakan dan gak jelas begini".

Gue lebih memilih meninggalkan meja makan dari pada mendengarkan omelan.

Semua kebutuhan gue selalu terpenuhi, apapun yang gue mau bisa gue dapetin. Cuma ada satu yang gak bisa gue dapatkan, Kasih sayang dan perhatian. Disekolah banyak orang yang mau berteman dengan gue, tapi memilih memusuhi mereka. Orang orang seperti mereka lebih suka harta dari pada persahabatan yang indah. Edo Rahmadhana, kita seolah olah seperti temenan. Tapi sebenarnya kita jauh, dulu sebelum dia jadi ketua osis dia deket dengan gue. Mungkin karena dia udah dipandang dan dipuja orang, dia lupa dengan gue. Bahkan kami seperti orang yang tak pernah kenal sebelumnya.

Dulu, gue pernah terkena tuduhan kasus pelecehan salah satu siswi disekolah. Dia berasal dari kelas, 11 F. Dia mengatakan bahwa dia dilecehkan oleh salah satu siswa dari kelas 12, karena dia sempat melihat dibaju siswa tersebut ada 3 bintang yang menunjukkan bahwa dia merupakan salah satu siswa kelas 12.

Banyak yang bertanya tanya kenapa dia tidak tau siapa yang melecehkannya. Dia berkata bahwa matanya ditutup, tangannya diikat. Pada saat dia bangun, keadaan sunyi, dan dia mencoba membuka ikatan dan juga penutup matanya. Dan dia sadar bahwa dia di gudang olahraga. Dan orang yang terakhir berada di gudang olahraga adalah gue, karena pada saat itu gue sedang mengembalikan Bola futsal sehabis latihan bersama anak anak.

Tertuduhlah gue, orang tua gue ditelfon. Dan gue akan di D.O dari sekolah, dan juga akan dilaporkan kepihak yang berwajib.

Karena bukti yang belum cukup kuat, ditanyalah Edo, apakah benar bahwa gue orang terakhir yang pergi ke gudang olahraga. Dan dia mengatakan iya, gue gak benci dengan perkataan dia, tapi dia berkata seolah olah gue seperti orang yang bersalah. Dia gak sedikitpun membela gue.
Dan mulai saat itu, gue benci dengan dia.

Pagi ini sekolah masih dengan keadaan sepi, gue hanya ada wisnu dikelas.

"Tumben lo udah sampe?".

Tanya gue sambil mengeluarkan ponsel, dia yang sibuk dengan permainannya kini berhenti dan menatap gue.

"Gak papa sih".

Gue lebih memilih tidur dulu sebelum jam pelajaran dimulai.

Dinda pov

Kelas masih sepi, memang jarang sekali siswa datang pagi pagi. Gue lebih memilih duduk dikursi taman sekolah dan melihat ponsel gue.

"Huaaa!!!".

Gue dikejutin dengan Luhan yang tiba tiba muncul dibelakang gue.

"Kamu ngapain?".

Tanyanya sambil duduk disamping gue.

"Cuma lagi liat ponsel aja".

Dia lalu mengambil ponsel gue, lalu menarik gue semakin dekat dengannya.

"Kita foto ya, nanti masukin ke instagram".

Setelah foto dengannya, dia mengutak atik ponsel gue dan ternyata foto kita berdua sudah terpampang di instagram.

"Kok dimasukin instagram".

"Biar semua orang tau, kalau Dinda sahabat Luhan".

Gue memeluk dan mengelus elus kepalanya. Tingkahnya seperti anak kecil yang menggemaskan.
Dia lalu melepaskan diri dari gue dan memegang bahu gue.

"Aku mau tanya, pacaran itu apa ya Dinda?".

Gue merasa lucu mendengar perkataan Luhan. Dia tak banyak mengerti kosakata bahasa indonesia.

"Lo gak tau pacaran, tapi tau kalau yang di foto kemarin pacar gue".

"Oh, kemarin itu aku liat di buku kamu foto yang sama, dan dibalik foto tertulis Edo pacar Dinda".

Jujur gue memang menulis itu, untung aja anak ini bego.

"Pacar itu, artinya sahabat".

Jawab gue sekenanya.

"Oh jadi dinda Pacar Luhan dong".

What?, gue mau tertawa karena sudah membodohi dia. Dia lalu menekan nekan ponsel gue dan mengembalikannya.

Gue senang melihat dia setiap hari, menemani gue untuk melupakan apa yang sudah terjadi.

Edo pov

Gue cuma bisa diam, melihat ponsel gue. Ternyata Dinda udah menemukan siapa tambatan hatinya.

"Bersama pacar".

Itu yang tertulis di caption Instagram.

Malam sahabat, maaf ya wattpad aku lagi eror. Jadi tadi kepublish nya separuh. Aku mohon maaf atas kesalahan ini.
Dan janjiin lebih maksimal lagi.



ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang