O

508 31 11
                                    

Mawadda pov

Telat mungkin udah makanan gue setiap hari. Gue berlari dengan terpingkal pingkal kearah pagar sekolah karena kaki gue yang masih sakit akibat jatuh kemarin.

Dan sialnya pagar udah di tutup. Gue melihat penjaga sekolah sedang membereskan sampah sampah yang berserakan.

"Pak pak, bukain pagarnya dong".

Dia cuma geleng geleng tanpa mengubris gue.

"Pak, bukain pagarnya".

Tiba tiba si penjaga sekolah berdiri melihat siapa yang berbicara dengannya. Dan ternyata, syahban alias si banbii datang seperti malaikat menolong gue.

"Kamu mau nolong dia?, mau kenak sp sama guru bp ya kamu?".

Tiba tiba si banbii ngeluarin duit kira kira 200 ribu dan nyerahin ke sibapak penjaga sekolah. Si bapak langsung aja bukain pagar buat gue. Dan gue cuma bisa melongo ngelihat itu semua.

"Gue baru tau kalau disini sistem nya begitu".

Ucap gue masih memikirkan hal tadi.

"Itu gak usah lo pikirin, mending lo masuk kekelas sana".

"Lo gak masuk?".

"Ini juga mau masuk".

"Makasih ya kalau gitu".

Kita berdua berpisah, dia menuju kekelasnya dan gue juga kekelas gue sendiri.

Bel istirahat pun berbunyi, tapi Mr. Marpaung masih betah aja di kelas, maklum aja ini pelajaran bahasa inggris. Jadi gue gak pernah betah buat berlama lama dikelas.

Usai Mr. Marpaung keluar, siswa siswi bersorak seperti baru memenangkan kupon lotre.

"Deb, kekantin yuk".

Ajak gue sambil menarik tangan dia.

"Ih males gue, lo gak liat mata gue udah pedih gara gara di kasih minyak angin nih".

Gue sih maklum, soalnya kebanyakan siswa kalau udah pelajaran bahasa inggris pasti bawaanya mau tidur.

Gue segera menuju kantin sendirian.

"Mawad.."

Dari suaranya udah ketebak kalau itu pasti banbii. Gue berbalik menatap dia, dan dia pun mempercepat langkahnya untuk menghampiri gue.

"Mawadda".

Disaat bersamaan Edo juga memanggil gue.

"Kekantin bareng gue yuk".

Ajak Edo sembari menarik tangan gue.

"Oh- yuk, gue juga mau kekantin, ban mau ikut gak?".

"Gak, gue gak laper".

"Oh yaudah, kita berdua pergi ya".

Gue dan Edo berjalan bersama menuju kantin. Semua mata siswa menuju kearah kita berdua. Terlebih untuk cewek, mereka memberikan tatapan tajam seolah ingin menusuk gue.

Kita duduk dikantin berdua, gue memesan makanan gue dan Edo.

"Cieee, anak baru udah di santap duluan sama si Edo".

Ucap suara yang berada disebrang meja pada gue.

"Diem lo ded, ntar kita berdua di bogem sama si Edo".

Edo yang ada disitu, langsung melempar mereka dengan tisu.

"Diem lo kutil".

Kita berdua melanjutkan makan, sambil membahas hal hal yang gak penting.

Sangkin kebeletnya nahan pipis, gue masuk kekamar mandi dengan terburu buru. Sudah selesai dengan urusan kamar mandi, gue berusaha untuk ngebuka pintu, dan ternyata pintu nya terkunci.

Kejadian beberapa minggu lalu terjadi kembali pada gue. Gue berusaha menggedor gedor pintu. Dan terbuka, dan yang ngebukain adalah syahban.

"Lo kok bisa kekunci?".

"Gue gak tau, tapi yang jelas orang ini adalah orang yang sama ngunci gue dikamar mandi".

Kita berdua keluar bersama dari kamar mandi.

"Lo harusnya tau, kalau itu merupakan kode bahwa ada yang gak suka sama lo".

Gue berhenti mendengar ucapan syahban.

"Maksud lo ada yang gak suka gitu sama gue?".

Dia mengangguk, mengiyakan pertanyaan gue barusan.

"Gue kan murid baru, kenapa ada yang gak suka sama gue coba?".

Dia berhenti menghadap gue, lalu menepuk kepala gue.

"Lo tau kan kalau Edo itu primadona sekolah?".

Gue diam, ini semakin ambigu menurut gue.

"Dan lo murid baru disini, dia yang gak pernah deket sama cewek sebelum nya, tiba tiba bisa deket sama lo".

Gue diam mendengar jawaban syahban. Apa gue harus jauhin diri dari dia baru gue aman?.

Dinda pov

Sekolah baru, suasana baru, dan juga teman baru. Udah seminggu disini, gue mulai mencoba hal hal yang bisa buat gue lupa dengan dia. Bisnis gue yang ada di indo udah gue serahin sama orang kepercayaan gue.

Dan gue kembali sama mama dan juga papa. Awalnya mereka bingung, kenapa gue mau ikut mereka. Padahal pada awalnya gue yang ngotot untuk tetap di indo.

"Hei, You're ready homework yet?".

Gue dikejutin dengan Luhan yang menanyakan pr pada gue.

"Yes, you can take it from my bag".

Gue memeriksa handphone gue, membaca email yang selalu dikirim oleh Edo. Dan gak pernah gue balas, bukan lari dari kenyataan. Tapi gue cuma berusaha melupakan.

Luhan yang sudah selesai dengan prnya mengembalikan buku gue. Luhan sebenarnya keturunan indo, cuma udah lama netap di jerman. Namun sayangnya dia belum fasih dalam berbahasa jerman. Maka dari itu kita berdua masih menggunakan bahasa inggris, untuk berkomunikasi dengan orang lain.

"Itu foto pacar kamu ya ?".

Ucap Luhan, sambil mengambil ponsel gue.

"Enggak ah, dia cuma sahabat gue".

"Masih tampan aku dari dia".

Ucap luhan dengan pedenya sambil mengembalikan ponsel gue. Luhan selalu berbicara dengan bahasa indonesia yang baik. Dia gak pernah menggunakan kosakata lo atau gue. Bahasa indonesia dia cukup baik dan jelas menurut gue.

"but at least he's smarter, gak kayak lo".

Dia cuma nyengir kuda, menampilkan gigi nya yang di pagar behel. Gue bersyukur bertemu dengan dia, meski rada rada bego tapi kalau ketampanannya boleh lah.


Yaw sahabat, trimakasih udah nunggu nunggu ESCAPE thanks buat vote dan comentnya. Maaf ya telat, semalam author ketiduran, karena baru pulang dari acara keluarga. Para sider cepat tobat ya, bikin ide cerita susah loh 😆😆 .

 Para sider cepat tobat ya, bikin ide cerita susah loh 😆😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Foto diatas itu Luhan ya sahabat baru dinda.




ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang