Kesepakatan pernikahan dilakukan empat bulan dari sekarang. Dari mulai pemilihan designer baju pengantin, undangan dan WO semuanya urusan mamaku dan tante Rosa. Aku tidak di ikut sertakan dalam kerempongan mereka, mereka hanya meminta pendapatku dalam pemilihan karakter dan warna saja. Mulai tempat resepsi dan konsep pernikahan semua urusan mereka. Aku sama sekali tidak keberatan karena aku tidak perduli.
Empat bulan dari sekarang, lumayan lama juga untuk memikirkan rencana semula untuk bisa kabur saja dari semua ini. Tapi ini terlalu berbahaya. Mamaku pasti akan menghapus namaku dari KK dan tidak di beri warisan. Hidupku akan sebatang kara, tidak punya sanak keluarga dan tempat tinggal.
Tapi kalau aku menuruti keinginan mamaku, artinya aku akan tetap menikah dengan si Andi Andi itu. Aku sendiri tidak dapat memprediksikan masa depanku nanti. Yang terbayang sekarang masa depanku pasti kabur, bisa jadi aku terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dan akan menyesal seumur hidup.
Ucapan 'terima kasih' tempo hari masih menjadi misteri bagiku. Aku tidak tau alasan apa di balik ucapannya itu. Walau kuakui perasaanku sempat bahagia saat itu, dan jantungku tak berhenti deg-degan selama 3 hari. Tapi aku tidak ingin terjebak dalam euforia yang akan menghancurkanku.
Sekarang belum terlambat untuk membatalkan semua itu. Tapi aku tidak ingin pembatalan dari pihakku. Aku ingin pihak Andilah yang harus membatalkannya. Akan ku paksa saja dia kalau seandainya dia tidak mau. Karena aku yakin, dia juga sama dengan lelaki lain yang ingin mempunyai pasangan hidup yang cantik dan seksi.
Ini adalah kali pertama aku menginjakkan kaki di sebuah bank Swasta International yang cukup terkenal dengan nasabah terbanyak se Asia. Yah di sinilah Andi bekerja sebagai seorang Promotion Supervisor di bank raksasa ini. Semua tentang Andi sedikit banyaknya aku tau dari tante Rosa. Mulai dari pekerjaannya, kesukaannya dan makanan favoritnya.
Setelah bertanya pada resepsionis, seorang satpam mengantarku ke ruangan Andi. Nyali menggebu seperti pejuang kemerdekaan 45 kini jadi menciut seperti karet yang dibakar api. Apa yang ingin ku katakan pada Andi nanti, semua terasa abu-abu, samar-samar di dalam serebrumku. Aku separti mengidap amnesia akut. Ternyata badan besar tidak menjamin ingatan menjadi kuat.
Aku mengetuk pintu ruangannya. Kemudian membuka pintu perlahan. Pandangan sebuah ruang kerja yang cukup nyaman terpampang lebar di depanku. Di sudut ruangan ada beberapa tanaman hias yang kalau tidak salah namanya lidah mertua. Aku bingung kenapa namanya harus lidah mertua, benarkah lidahnya para mertua panjang seperti tanaman itu?
" Maaf jika saya menggangu. Em.. Saya.. " Sial! Apa yang ingin kusampaikan tidak tau hrs mulai darimana. Seharusnya aku menulis konsep dari pembukaan, acara pokok dan penutupan.
" Saya rasa persiapan pernikahan semua sudah di atur oleh orangtua. Jangan khawatir, saya tidak akan komplain apapun hasilnya nanti. Saya tidak ada hak untuk tidak setuju. " ujarnya tegas dan menohok. Aku merasa tidak mengerti dengan ucapannya.
" Maksudnya apa? Tidak ada hak untuk menolak? "
" Sudah terlambat untuk menolak semua ini. Jika itu yang ingin kamu katakan padaku sekarang. Pulanglah, saya banyak pekerjaan dan tidak ingin memikirkan hal-hal yang tidak penting. " sungguh aku terkejut dengan analisanya. Dia bahkan tau apa maksudku kemari.
" Tidak ada kata terlambat untuk membatalkan semuanya. Jika yang anda katakan tadi tidak penting, maka itu penting untuk saya. Saya tidak ingin terjebak dalam kehidupan pernikahan yang tidak saya inginkan. Saya tau anda juga tidak menginginkan ini kan? Tolong... Katakan sesuatu pada mereka untuk membatalkan pernikahan ini. " ucapku menghiba. Oh sialan, aku sama sekali tidak suka penghibaan seperti ini, tapi aku harus melakukannya. Ini untuk aku dan hidupku, juga masa depanku. Persetan aku harus jadi perawan tua atau tidak menikah seumur hidup nantinya.
Dia terdiam menarapku dalam-dalam. Sesaat kemudian dia tersenyum. Sialan, dia tampan sekali kalau tersenyum seperti itu
" Setidaknya bisa tidak kamu pikirkan kalau kamu akan menikah dengan seorang laki-laki tampan seperti aku Ayu Anjani. " ujarnya lembut dan menyentuh kedua bahuku. Seumur hidup, tidak ada laki-laki yang terlalu dekat denganku seperti sekarang ini. Rasanya seluruh sel-sel syarafku membeku dan jantungku mendadak hendak keluar dari tempatnya.
" Pulanglah, jangan mengacaukan semua yang telah diatur oleh oarangtua kita. " dia membuka pintu ruangannnya dan apakah dia baru saja mengusirku dari sini?
" Baiklah, saya sudah mencoba,saya harap anda tidak akan menyesal nanti. " seraya melangkahkan kaki, aku menoleh sesaat padanya. Dia cuma terdiam tanpa ekspresi. Tanpa menghiraukannya lagi aku keluar dari ruangannya yang terkesan nyaman itu.
Bukannya lega atau senang, aku malah pusing sekarang. Bagaimana mungkin dia tetap ingin menikah denganku. Apa maksudnya? Apakah dia seorang psikopat gila yang punya ambisi ingin menyakitiku secara perlahan? Atau dia seorang kanibal yang tergiur karena kegempalan dagingku? Ah.. Ah.. Enyahlah prasangka laknat itu. Tiba-tiba aku ingin hidup tanpa otak, aku tidak ingin memikirkan lagi masalah ini.
Nada dering Rihanna, The Only Girl, terdengar dari ponselku. Panggilan dari mama.
" Yu, kamu tidak lupa kan, kita mau ke makam papa hari ini. Jangn lupa sekalian pulang nanti kamu mampir di Lisa Flowers, beli bunga."
" Iya mam, Ayu pulang sekarang. "
Segera kemudian aku melaju ke toko bunga Lisa Flowers. Sudah lama kami tidak ke makam papa, terakhir lebaran kemarin tujuh bulan yang lalu. Secara rutin tiga bulan sekali aku atau mama sering ke sana. Tapi akhir-akhir ini aku sibuk sekali di Puskesmas karena akan di lakukan Akreditasi Puskesmas,sehingga sedikit banyaknya waktu terfokus ke sana.
Setelah membeli bunga, aku menjemput mama di rumah dan segera ke TPU, tempat papa di makamkan 20 tahun yang lalu. Segera kami berdoa untuk papa. Mama terlihat menitikkan air mata.
" Papa... Sebentar lagi Ayu tidak lagi menjadi tanggung jawab kita. Ayu akan menikah dengan laki-laki yang baik. Papa tenang saja ya di sana. Ayu pasti akan bahagia. " mama mengusap batu nisan papa. Aku tak kuasa menitikkan air mata, rasanya aku rindu sekali pada papaku.
Betapa sekarang aku sangat ingin memeluknya, menumpahkan semua rasa dan beban di hatiku.Menjelang sore, kami pulang. Hatiku masih sangat merindukan papaku. Aku sangat ingin memeluk papaky.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Miracle
General FictionSatu satunya hal yang membuatku ingin menangis hanya ketika kamu tidak perduli padaku. Hatiku bahkan tidak rela melihat kedekatan kamu dengan wanita lain. Tapi apalah dayaku si gendut yang tidak cantik, si buruk rupa jika disandingkan dengan Andi Ri...