Semenjak Vita kembali hadir di kehidupannya mas Andi, seakan perhatian dan waktu untukku terbagi dengannya. Aku merasa seperti punya madu. Berlebihan sekalikah? Kadang hampir tiap weekend mas Andi pergi hanya untuk Vita. Walaupun dia sedang sakit parah, tapi aku juga merasa cemburu dengan perhatian mas Andi ke Vita.
Aku sering mengeluhkan pada mas Andi supaya Vita mencari orang lain saja untuk mengurusnya. Dia kan kaya, warisan orangtuanya banyak. Bukannya tidak kasihan padanya, tapi mas Andi juga punya pekerjaan lain, bukan melulu mengurusinya.
" Kamu ikut aku aja ke rumah Vita, kasih dia support. " mas Andi bahkan beberapa kali juga mengajakku mengunjungi Vita, selalu kutolak karena aku tidak ingin.
" Oke deh mas, aku ikut aja. " kali ini tidak kutolak lagi. Aku juga mau melihat separah apa sudah kondisinya.
Dan saat ini, aku sudah berada di apartemen Vita. Aku sendiri heran kenapa dia betah tinggal di apartemen. Bukankah tinggal di sebuah rumah yang asri penuh dengan tanaman bunga dan tumbuhan hijau lebih menyehatkan di bandingkan dengan apartemen di tengah-tengah hiruk pikuk nya kota metropolitan.Apartemen Vita lebih terkesan minimalis tapi lumayan mewah. Suasananya nyaman dengan nuansa feminis.
Vita nampak manis dengan piyama polkadotnya. Wajahnya cerah.
" Apa kabar Vit? Gimana keadaan kamu? " tanyaku basa basi.
" Baik aja mbak... Maksudku sudah lumayan baik. " jawabnya pelan.
" Ayu ini dokter lho Vit... Kamu boleh kok minta bantuan ke Ayu juga. Iya kan Yu? " mas Andi meminta persetujuanku. Aku mengangguk.
" Eh... Aku nggak mau merepotkan mbak Ayu, Ndi.. "
Nggak mau ngerepotin aku tapi minta direpotkan mas Andi, omelku dalam hati. Andai saja kalau bukan karena Vita yang sedang sakit, aku nggak akan rela bermanis-manis muka sampai kedua sudut bibirku sakit karena senyum palsuku ini.
"Nggak apa-apa lho Vita... Aku senang kok bisa bantu kamu. Eh, kamu kan sedang sakit, sebaiknya istirahat aja yaa. Nanti kalo ada apa-apa sama kamu, kamu hubungi aku aja ya...
" Baiklah.... Maaf ya merepotkan kalian. Benar kata mbak Ayu, sebaiknya aku istirahat aja."
Baik aku maupun mas Andi sepakat untuk pulang saja, membiarkan Vita untuk beristirahat. Orang dengan khemoterapi memang di haruskan untuk banyak beristirahat supaya tubuhnya tetap fit.
" Memangnya Vita udah berapa kali menjalani kemo mas? "
" Itu aku gak tau Ndut, aku kan gak 24 jam menjaga dia. Kenapa tidak kamu tanyakan tadi?"
" Baiklah mas, mulai sekarang biar aku yang ngurus dia. Kasian juga, dia sebatang kara. Hmmm pokoknya kalau Vita nelpon kamu, biar aku aja yang datangin dia." ujarku mantap. Mas Andi mengangguk angguk, entah kesenangan, entah mengerti entah tak perduli. Aku tersenyum senang. Fix, menurut ilmu ekspresi wajah,berarti Vita tidak penting lagi di hatinya mas Andi.
Tentang mengurus Vita, aku sama sekali tidak keberatan jika sekali2 menemaninya di rumah ataupun di rumah sakit. Serahkan sama dr. Ayu Anjani, ilmu merawat dan mengobati orang sakit, aku ahlinya.#####
" Baru kusadari....cintaku bertepuk sebelah tangan...kau buat remuk seluruh hatiku...."
Sambil menyanyikan lagu lawas miliknya Dewa19, aku mengaduk2 bubur kacang hijau yang sedang mendidih. Sekalian berangkat kerja rencananya aku singgah di apartmen Vita. Setahuku sejenis kacang-kacangan bagus untuk mereka yang sedang menjalani kemoterapi." Kasihan banget kamu Ndut, pasti sakit ya kasih tak sampai." Tiba2 mas Andi udah ada di sampingku sambil berkacak pinggang. Mas Andi nampak keringatan seperti habis berolah raga. Aku memandangnya tak mengerti maksud ucapannya.
" Lagunya kamu tuh..miris banget..." ujarnya di kupingku, dekat banget, sampai aku merinding, bergetar hati adeq bang!
Kadang aku rada telmi juga, pinpinbo, pintar pintar bodoh. Aku akan bodoh bila di sampingmu...duniaku berputar jika dekat denganmu...aku yang selalu cinta, tapi kamu tidak, tapi kamu tidaaaaak.....jerit hatiku ala2 Tantri Kotak.
Cup... Dia mengecup bibirku sekilas. Aku terkesima, terkejut dengan tindakannya yang teramat tiba-tiba. Cuma bisa diam sambil mengusap-usap bibirku. Kecupan pertama bukan karena tekanan. Bukan karena kewajiban.
" Bu....ini saya taruh di mana buburnya? " ucapan Siti mengagetkanku, merusak imaginasiku saja si Siti ini.
" Di tupperware ungu itu saja. Letakkan di meja depan saja ya kalau sudah siap. "
Oh.mama oh papa...inikah yang di sebut jatuh cinta dan kasmaran? Tak mengapalah toh dia suamiku sendiri. Sudah sah lahir batin. Masalahnya kenapa aku saja yang merasakannya? Aku sadar diri dengan fisikku, mana mungkin mas Andi bersedia juga jatuh cinta padaku. Kalau tidak karena mamanya, mungkin mas Andi sudah menceraikan aku. Baru kusadari.....cintaku bertepuk sebelah tangan......
Tbc
Hope u like it.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Miracle
General FictionSatu satunya hal yang membuatku ingin menangis hanya ketika kamu tidak perduli padaku. Hatiku bahkan tidak rela melihat kedekatan kamu dengan wanita lain. Tapi apalah dayaku si gendut yang tidak cantik, si buruk rupa jika disandingkan dengan Andi Ri...