8

3.5K 213 6
                                    

Pernikahan yang semula sempat membuatku takut,sekarang bukan menjadi alasan mengerikan lagi, karena hal itu tidak terjadi. Selama tiga bulan menikah dengan Andi, hmm.. Aku memanggilnya mas Andi sekarang, tentu saja atas perintah mama mertuaku. Tapi mas Andi tetap memanggilku Ndut. Lucu sekali bukan? Mana ada suami memanggil istrinya dengan sebutan seperti itu.

Aku memang istrinya sah secara hukum negara dan agama. Tugasku sebagai istri juga sudah aku kerjakan. Aku menyiapkan bajunya, memasak untuknya. Juga menuruti kata-katanya yang mengharuskan olah raga setiap hari, juga diet rendah lemak. Tapi demi kumisnya doraemon, yang satu itu aku tidak tahan,lebih baik berlari keliling komplek jam empat subuh dari pada aku di pisahkan dengan nutella dan susu. Aku, susu dan nutella adalah pasangan sejati. We are the soulmate.

Istri yang baik selalu ada untuk suaminya. Aku selalu berangkat kerja setelah mas Andi pergi ke kantor, pulang kerja sebelum dia pulang. Setelah itu menyiapkan makanan untuknya dan tidur seranjang bersama. Satu ranjang minus kontak fisik.

Ngomong-ngomong dengan kontak fisik, kami tidak pernah bicara masalah itu. Padahal kita sah dunia akhirat. Bukannya aku horny banget dan sangat menginginkan itu, tapi imanku sering tergoda ketika dengan jelas melihat roti sobek di perut mas Andy... Yeah.. You know lah what i mean. Mas Andi memang sangat menyukai segala macam olah raga. Dan hasilnya, dia sehat dan kekar.

Tiga bulan berolah raga tidak juga membawa pengaruh besar pada tubuhku. Timbanganku tidak juga berkurang. Paling juga turun 1 kilo besok sudah naik lagi. Ini gara-gara nutella dan susu sialan yang sudah mengikatkan diri padaku menjadi pasangan hidupnya. Haruskah aku ke Korea untuk sedot lemak dan operasi plastik? Ini bahkan lebih buruk. Aku takut masuk ruang operasi. Walaupun aku seorang dokter, tidak ada dalam kamusku untuk jadi dokter bedah. Bagiku tidak ada ruangan yang lebih menakutkan daripada ruang operasi, bahkan kamar mayatpun sekalipun. Operasi plastik dan sedot lemak resmi kuhapus dalam misiku.

" Belum telat juga istrimu Ar? " sayup terdengar suara mama Rosa, sedang duduk di meja makan untuk sarapan. Aku yang berada di undakan tangga terakhir, mendadak menghentikan langkah. Tentu saja aku paham apa maksud mama. Telat di sini artinya aku telat menstruasi, alias hamil. What?  Bagaimana bisa hamil, kalau sampai sekarang aku masih perawan. Mendadak aku jadi lemah layu.

" Gak tau deh ma, nanti aku tanya. " jawab mas Andi asal.
" Mama sudah tidak sabar ingin gendong cucu. Usaha dong Ar, kalau tidak berhasil juga kalian ikut bayi tabung." mama terus mendesak. Aku yang mendengar secara sembunyi mendadak butuh oksigen.

" Sudahlah ma, mereka kan baru tiga bulan menikah. Sabar aja dulu." papa mertuaku menimpali. Aku menghela nafas berat.

###########

Hari ini adalah yang yang terberat sejak tiga bulan pernikahanku. Ultimatum mama tadi pagi adalah perintah untuk mas Andi. Aku tahu mas Andi akan melakukan apa saja untuk mamanya, termasuk menikahiku dulu. Tapi untuk mempunyai anak? Apa kami mengadopsi anak saja dari panti asuhan? Tidak, mama Rosa ingin anak dari mas Andi.

Suasana kamar mendadak canggung, padahal jelas mas Andi tidak tahu kalau aku menguping pembicaraannya dengan mama tadi pagi. Apa aku yang terlalu baperan?

" Yu, kita jalan yuk, nonton film ya.. ." mas Andi memecahkan kesunyian kami. Aku masih berpura-pura menyisir rambut yang telah rapi.

" Iya. Nonton apa mas? "

" Kita jalan aja dulu, nanti sampe bioskop kita lihat."

Dan di sinilah kami di depan bioskop sedang melihat-lihat. Akhirnya aku memutuskan untuk nonton film horor, karena ada dua pilihan film romantis dan film horor. Tentu aku tidak mau pilihan pertama, belum siap aja harus baper tingkat dewa.

Setelah nonton, kami makan sate kambing di simpang lima. Semula aku tidak mau karena bisa merusak program dietku. Susu dan nutella termasuk pengecualiannya dan mas Andi tidak tau tentang itu. Karena ada sate ayam, akhirnya aku memutuskan untuk menyantap itu saja.

" Yu, mama mau kita punya anak. Menurut kamu gimana Yu?"

Aku tidak mau jawab. Pertanyaan itu terlalu horor daripada film horor.

" Kita bisa buat bayi tabung. " sebenarnya bukan itu yang hendak kukatakan. Mulut ajaibku sering gak terkontrol. Lihat saja dia, mas Andi mendadak tersedak.

" Kamu tidak mau mencoba secara alami dulu yu?  Bayi tabung terlalu beresiko. Biaya nya juga tidak murah. "
Aku tahu. Tapi mencoba secara alami? Artinya kita harus making love, alias berhubungan intim. Mendadak jari tangan dan kakiku panas dingin.

" Aku tidak akan memaksa. Aku tunggu kamu siap aja Yu. "





Ada yang baperan?  Unch... Author aja baper, deg-degan menanti si Ayu lepas prewi...



Love And MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang