Wanita dengan obesitas memang lebih sulit hamil daripada wanita dengan berat badan yang normal. Banyak penyakit yang menyertainya,salah satunya diabetes melitus dan kolesterol tinggi. Bahkan lebih parah bisa infertilitas. Tidak perlu pengobatan yang spesifik, cukup dengan menormalkan bobot tubuh saja.
Sejak pernyataan mas Andi,seminggu yang lalu, aku jadi semakin galau. Beberapa buku tentang first to making love, sudah aku hapal di luar kepala. Tinggal langsung di praktekkan. Mas Andi pun tidak akan memaksa, tunggu aku siap katanya. Kurasa, aku tak pernah siap.
Menurut hasil penerawanganku, tujuan kita melakukan itu semata-mata supaya aku hamil, bisa meneruskan keturunan dari keluarga Sarsipura. Nama belakang yang sedikit tidak biasa. Katanya nenek buyutnya mas Andi berasal dari Bali, mungkin juga nama tersebut memang lazim di pakai di sana.
Nah, kalau aku tidak juga hamil bagaimana? Jika aku mandul bagaimana? Obesitasku sekarang adalah masalahku setelah sejak lama aku tidak perduli.
Ketika mas Andi di kamar, tidak juga mengubah kebiasaanku untuk berganti pakaian di kamar mandi. Padahal, apa yang mau di lihat dari bodyku selain sebuntel lemak tak jenuh. Beda dengan mas Andi, dia cuek aja bertelanjang dada dan memakai celana dalamnya di depanku. Sekuat-kuatnya imanku, goyah juga melihat tubuh kekarnya.
" Kamu sudah siap Ndut? " dia tepat berdiri dengan handuk melilit di pinggangnya. Rambut tebalnya basah dan badannya segar sehabis mandi. Aku memalingkan wajah, sungguh hatiku kebat kebit.
" A... apa mas? Siap apa? "
" Siap lahir batin menjadi istriku. " ujarnya sambil membelai rambutku.
" Tidak mas... Eh maksud ku, apa kita harus melakukannya? " mendadak perasaan takut muncul. Ini bukan karena rasa sakit karena pertama melakukannya. Menurut buku yang aku baca, tidak akan terasa begitu menyakitkan kalau melakukannya dengan lembut dan penuh cinta. Karena tujuan utama kita melakukannya hanya supaya aku hamil. Tidak ada cinta di dalamnya.
Mas Andi menyentuh keningku, menciumnya lembut. Kemudian turun ke bibirku. Menyentuhnya dengan bibirnya. Mendesak sampai aku kehabisan napas. Aku terlena, tapi mendadak akal sehatku muncul. Berusaha mendorong dirinya, aku menjauhkan wajahku. Raut kecewa jelas dari wajahnya.
"A... aku, aku belum siap, mas. " ujarku terbata. Berlari ke kamar mandi. Membasuh wajahku dan mengeringkannya dengan handuk. Pelan ku sentuh bibirku. Bibirku sudah tidak perawan lagi, tadi adalah ciuman pertamaku.
#########
Sejak kejadian itu, mas Andi malah semakin sering membuat perasaanku campur aduk. Yang dulunya cuma sekedar cium tangan ketika mas Andi pergi, sekarang sudah ada adegan plus plus cium kening. Yang dulunya tempat tidur kami ada pembatas guling di tengahnya,sekarang malah aku yang di jadikan guling hidupnya. Katanya tubuhku lebih empuk dari guling. Tak jarang juga tangannya bermain-main di tubuhku. Oh... Sungguh dilema hidupku.
Olah raga keliling komplek juga tetap kami lakukan setiap hari. Tapi tidak pernah lagi jam empat subuh. Siapa juga yang tahan bangun tengah malam umtuk olahraga dan nantinya langsung bekerja. Yang ada malah terkantuk-kantuk di sana. Kalau mas Andi berniat menyiksaku, tentu dia akan pikirkan resiko untuk dirinya juga.
Sekarang badanku, walau tidak kurus tapi tidak lembek. Beberapa minggu ini aku sudah say good bye pada dua soulmateku nutella dan susu. Mulanya memang sungguh berat. Tapi sekarang sudah biasa, bekal tupperware ku tidak ada lagi mereka. Dengan sadar, aku ganti dengan buah-buahan.
########
Ada mamaku di rumah. Aku bisa tau hanya dengan mengendus aromanya saja. Sejak menikah, memang frekwensi bertemu mama sangat jarang. Mamaku juga punya pekerjaan lain. Dia mempunyai toko perabot di beberapa kota.
" Ya gusti...Ayu... Kenapa kamu begini? Kenapa kamu kurus sekali? Andi tidak memberi kamu makan? " heboh, begitulah mamaku.
" Mama apaan sih? Masa sih ma aku kurus? " mama tidak perduli pada ucapanku.
" Mama tidak mau kamu diet-diet Yu. Siapa yang nyuruh kamu diet? Kalau kamu sakit lagi gimana? Kamu itu anak mama satu-satunya. Kalau terjadi apa-apa sama kamu, mama bisa mati. " mama memelukku. Aku tidak mau membalas pelukannya. Kadang-kadang mamaku memang lebay.
" Mama.. Ayu memang diet.. " nah kan.. Belum sempat aku ngomong lagi, matanya langsung mendelik. " tapi diet yang sehat. Ayu juga olah raga. Semua ini demi kesehatan Ayu juga ma, gendut juga kan tidak sehat. " ujarku panjang lebar. Pelototan matanya langsung mengendur.
" Ya sudahlah Yu, apapun deh kata kamu, asal Ayu bahagia. Mama pasti bahagia. " mama mewek. Aku juga. Kadang lebay itu bisa menambah kasih sayang.
Karena mama dan mama Rosa adalah sahabat, dan sekarang malah besanan aku memberi waktu untuk keduanya mengobrol di taman belakang. Aku meninggalkan mereka berdua dan menguntit mas Andi yang baru pulang kantor. Hari jumat menjelang weekend ini biasanya dia pulang agak telat. Setelah berbasa basi dengan mamaku sebentar, kami ke kamar dengan bergandengan. Sempat kulirik senyum jenaka dari keduanya. Dari muka mereka aku bisa menebak isi pikiran keduanya.
" Ayu, aku mau mandi, kamu jangan kemana-mana ya. Tunggu aku. Aku akan cepat. " di longgarkan dasinya dan melepaskan baju dan celananya tepat di depanku. Dengan hanya menggunakan boxer, dia meraih handuk dan langsung bergegas mandi. Aku sudah terbiasa melihat pemandangan itu, jantungku juga sudah terbiasa berdetak dengan cepatnya. Dan sialnya, bagian bawahku tiba-tiba berkedut dan basah.
Secepat katanya, dia sudah selesai mandi. Pemandangannya menjadi lebih segar. Tiba-tiba aku seperti geger otak. Otakku tidak berfungsi lagi. Ketika mas Andi menciumku dengan ganasnya. Entah siapa yang mulai, kami sudah polos tanpa sehelai benangpun. Cumbuan dan sentuhan mas Andi membuatku seperti melayang. Setelah itu, yang kurasa rasa nyeri di bagian alat vital ku. Terlalu nyeri sampai air mataku jatuh.
Mas Andi memelukku setelah mencapai puncaknya. Mengelus kepalaku perlahan dan menghapus airmataku.
" Maaf ya.. Apa sakit sekali? " dia menciumku bertubi-tubi. Aku hanya bisa menggeleng. Padahal untuk bangun dan ke kamar mandi pun aku tidak sanggup.
" Terima kasih sayang ya. Aku janji selanjutnya tidak akan sesakit ini." ujarnya lagi. Aku tersenyum. Aku bahagia ketika dia memanggilku sayang. Senyumku terus terukir sampai aku tertidur. Ah.. Aku memang lebay...
Haaa... Akhirnya Ayu jebol juga. Maapin daku yang tidak pandai merangkai kata untuk adegan plus plus.
Hope you like it.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Miracle
General FictionSatu satunya hal yang membuatku ingin menangis hanya ketika kamu tidak perduli padaku. Hatiku bahkan tidak rela melihat kedekatan kamu dengan wanita lain. Tapi apalah dayaku si gendut yang tidak cantik, si buruk rupa jika disandingkan dengan Andi Ri...