Di sinilah kita, pulau eksotis yang sebenarnya. Masih di Indonesia. Yah Bali. Destinasi romantis untuk bulan madu bagi pasangan pengantin baru. Tapi ini tidak berlaku bagiku ataupun mungkin bagi Andi. Pernikahan yang tidak di inginkan. Apanya yang akan romantis bila kami saja masih sekaku paku. Tapi aku mengikuti kata Andi saja, supaya berpura-pura bahagia agar para orang tua senang. Selain berpura-pura, apa sih yang aku bisa sekarang? Seharusnya aku jadi artis saja, berlakon di televisi memerankan apa saja. Tapi produser mana sih yang berniat menjadikan aku artis? Bisa saja kan jadi artis dan jadi jin gendut di film jin dan jun.
Kami sampai di hotel menjelang tengah hari. Badanku lelah sekali, ingin sekali aku merebahkan diri di ranjang ini. Indah sekali kamarnya. Apalagi pemandangan laut ketika pintu kaca yanh besar di buka membuat suasananya seperti surga dunia. Di balkon terdapat kursi-kursi untuk bersantai sekedar memandang pemandangan alam.
" Kita makan siang dulu, kamu mau makan di sini atau di bawah? " masih sibuk dengan ponselnya, Andi bertanya tanpa melihatku.
" Aku mandi dulu, kita makan di luar saja. " Sial, seharusnya aku bilang makan di sini saja. Aku bahkan terlalu lelah hanya untuk mandi. Aku masih pusing. Sebenarnya aku sedikit jetlag tadi. Tapi aku malu menampakkan kalau aku insan lemah berbadan kerbau yang mudah lelah. Begitulah kalau penyakit malas berolah raga sudah beranak cucu di dalam darah. Padahal jelas aku tau manfaat berolah raga. Salah satunya mungkin bisa mengurangi bobot tubuhku yang sebesar gajah ini. Aku janji deh,pulang dari sini nanti aku akan berolah raga tiap hari.
Setelah makan siang, aku kembali ke kamar, ingin meneruskan niat tidurku yang tertunda tadi. Andi pergi ingin jalan-jalan katanya. Dia tidak mengajakkku. Tapi masa bodohlah.. Aku cuma ingin tidur.
#################
Ini baru hari ketiga kami berada di sini. Kemarin Andi mengajakku jalan-jalan ke pantai Kuta diteruskan ke Pasar Seni Sukawati untuk membeli beberapa buah tangan. Aku membeli beberapa baju dan kain Bali oleh-oleh untuk mamaku,mama mertua, Dewi dan beberapa temanku staf Puskesmas dan juga kepala Puskesmas tempatku bekerja.
Andi mendadak sedikit baik padaku. Sedikit, tidak benar-benar baik. Aku coba mereka-reka selama dia berjalan denganku apa dia merasa malu bahwa aku adalah istrinya? Tentu saja tidak ada yang mengenal kami di sini kan? Dan orang-orang di sini juga tidak akan memperdulikan apa kami adalah adalah sepasang suami istri atau majikan dengan babu. Toh yang menenteng semua belanjaan juga aku.
Tentu saja ini menjadi tidak membosankan untukku. Paling tidak aku mempunyai teman untuk menikmati tempat yang indah ini. Toh katanya aku pergi dengan teman yang tampan... Kalau kataku, suamiku yang tampan. Mengingat itu aku jadi tersenyum sendiri. Kadang sikapnya sangat menyebalkan, tapi kadang-kadang dia juga bersikap sangat manis. Seperti misalnya saat ini dia memesan beberapa makanan dan kami memakannya di balkon kamar sambil memandangi pemandangan laut dari atas.
" Apa kamu sudah gemuk begini sejak kecil, Yu? " tanyanya sambil menggigit sate kerang bumbu bali. Sate ini dibuat dari kerang dara, di rebus dan diambil dagingnya, di baluri dengan bumbu bali dengan aroma khas serai dan daun jeruk,lalu ditusuk dengan lidi dan dibakar dengan arang.
"Kata mama berat lahirku saja hampir lima kilo. Dari kecil aku memang sudah gemuk sih." jawabku sambil memakan ikan panggangku. Aku tidak tau apa nama ikan ini, mirip ikan gurami. Tapi sumpah, ini enak sekali.
" Kamu tidak ingin menurunkan beratmu? "
Aku melihatnya. Ini pertanyaan apa perintah sih? Apa dia tidak tau, nyawaku hampir melayang gara-gara pernah diet." Menurunkan berat badan bukan hanya dengan tidak makan Yu, itu bunuh diri namanya. Kamu bisa mulai dengan olah raga dan makan makanan rendah lemak. Lagian terlalu beresiko untuk kesehatan dengan badan yang over weight. Ah.. Kamu kan dokter, tentu lebih paham. " dia mengatakan itu tanpa beban. Aku memandang nanar pada ikan bakar dan sate kerangku. Bukan hanya itu, ada tumis kangkung dan jus jeruk di atas meja. Mereka sungguh menggoda untuk di habiskan. Tapi mendadak selera makanku hilang sudah. Perkataan Andi ada benarnya juga. Tubuh dengan overweight tidak baik untuk kesehatan, apalagi kesehatan jantung. Bisa terjadi penimbunan lemak di jantung, bisa menyebabkan berbagai penyakit, kolesterol tinggi, hipertensi atau lebih parahnya gagal jantung. Olah raga tiap hari sih its okey. Aku juga sudah berjanji pulang dari sini aku akan berilah raga setiap hari.
Tapi dengan diet rendah lemak artinya aku aku harus menghindari segala jenis daging, ikan dan susu yang sangat aku sukai, dan mulailah dengan hanya memakan buah dan sayuran. Ini serius? Ah... Aku bahkan tidak yakin.Selanjutnya sampai hari dimana batas akhir waktu bulan madu, kami melewatinya dengan indah. Berhenti membayangkan kami sudah bersikap romantis dan berakhir di ranjang seperti pengantin baru normal lainnya. Ini tidak seperti itu. Hubungan hangat yang tercipta di antara kami,itu saja sudah cukup. Bahkan sesekali Andi mengajakku bercanda dan aku tak akan keberatan dia selalu mengejek berat badanku. Dia bahkan memanggilku Ndut. Setiap hari kami menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan. Mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Bali. Menjelang malam kami baru pulang ke hotel. Dan tidur satu ranjang sampai pagi menjelang. Ah.. What a beautiful journey? Or Honeymoon?
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Miracle
General FictionSatu satunya hal yang membuatku ingin menangis hanya ketika kamu tidak perduli padaku. Hatiku bahkan tidak rela melihat kedekatan kamu dengan wanita lain. Tapi apalah dayaku si gendut yang tidak cantik, si buruk rupa jika disandingkan dengan Andi Ri...