Andi Risyaldi pov
Berani sekali dia, tunangan big size ku datang ke kantorku dan niatnya hendak menggagalkan pernikahan kami. Seharusnya dia bersyukur masih ada laki-laki yang bersedia berkorban untuk menjadi suaminya. Hei... Benarkah dia tidak mau menjadi istriku? Look at me and look at she! Ini benar-benar mengusik harga diriku. Selama ini tidak ada wanita yang terang-terangan menolakku. Aku belum menikah bukan karena tidak ada yang mau. Tapi belum menemukan wanita yang sesuai dengan keinginanku. Mencari wanita yang baik benar-benar seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Pacar terakhirku, Vita yang sempat ingin kujadikan istri, ternyata gagal juga.
Vita, wanita cantik, berpendidikan juga seorang guru di sebuah sekolah swasta international. Dari keluarga pengusaha tekstil yang cukup terkenal. Hubungan kami sudah berjalan selama dua tahun dan sangat serius. Bahkan kami sudah merencanakan pernikahan. Tapi pengakuan Vita menyurutkan keinginanku untuk menjadikan dia istriku. Sebut saja aku kolot dan kuno. Tapi penting bagiku untuk mempunyai istri yang masih perawan di malam pertama. Dan sialnya, Vita sudah tidak perawan lagi,keperawanannya di beri untuk pacar pertamanya dulu.
Aku juga bukan lelaki berengsek yang suka celap celup, tertawalah sampai puas karena di umurku yang sudah 30 tahun aku masih perjaka. Karena aku pernah membaca kalau sekali kamu mencoba melakukan seks maka tubuhmu akan terus memintanya. Dam menurutku seks sebelum menikah itu tidak bagus dan juga agama melarangnya bukan?Hatiku benar-benar kacau dengan kejadian tadi.
Ayu Anjani, kamu akan berbalik untuk mengemis-ngemis supaya tidak aku tinggalkan. Setelah itu kita akan lihat, apa yang akan terjadi. Ha.. Ha.. Ha.. (aku kok seperti pemeran antagonis dalam drama kolosal?).
##########################
Hari pernikahanpun telah tiba, sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa menolak atau membatalkannya. Ijab kabul akan terjadi satu jam lagi. Setelah itu aku akan membuat si Ayu Ayu itu di bawah kuasaku.
Setelah mengucapkan ijab kabul dengan wali dari pihak Ayu, sekarang sahlah sudah aku dan Ayu menjadi suami istri. Rona bahagia terpancar dari mamaku, seakan angka harapan hidupnya naik 90 persen. Aku tersenyum bahagia, karena mama adalah sumber bahagiaku.
Pengantin wanita berjalan di apit tante Miriam yang sekarang menjadi mertuaku. Ayu memakai Kebaya putih dengan sanggul dan riasan Jawa membuat mataku tak lepas dari dirinya. Sesungguhnya dia gadis yang manis, cuma ukuran tubuhnya saja yang membedakan dia dengan yang lain. Kemudian dia di dudukkan di sampingku. Aku meliriknya sekilas, dia nampak gugup, jelas sekali terlihat karena dia terus menggengam tangan ibunya dengan erat.
Acara dilanjutkan dengan menyematkan cincin, dia mencium tanganku dan kubalas dengan mengecup keningnya. Dan sialnya aku sungguh gugup antara senang melihat mamaku bahagia dan benci dengan pernikahan ini.
Setelah selesai resepsi, kami semua menginap di hotel yang telah di booking oleh mamaku. Aku dan Ayu menempati kamar honeymoon sweet room. Memasuki kamarku kulihat Ayu yang sedang duduk di atas ranjang. Gaun pengantinnya sudah dibuka diganti dengan baju tidur. Ah.. Itu lebih bagus daripada dia memakai lingerie.
Aku membongkar koper bajuku, hendak mencari baju ganti yang sedikit nyaman.
" Bajunya ada di kabinet kamar mandi, emm... Jika kamu cari itu. " aku menghentikan aktifitasku mengacak-acak koper,aku menoleh ke arahnya.
" Kita memang tidak akan membongkar kopernya karena besok pagi-pagi kita harus pergi. Ini...tadi mama memberinya. " dia meletakkan dua buah tiket di atas meja. Mama bahkan tidak membicarakan ini denganku. Aku menggeram kesal.
" Kita...bisa membatalkannya jika... Emmm kamu tidak ingin. " dia memandangku.
Aku kesal, sungguh. Bukan pada tiket honeymoon hadiah dari mama tanpa sepengetahuanku. Tapi pada sikap sok taunya itu.
" Kamu kenapa selalu saja ingin membatalkan semua yang sudah mama atur? Dulu kamu ingin membatalkan pernikahan, sekarang membatalkan tiket honeymoon. Jika kamu yang tidak ingin, tolong hargailah, berpura-puralah kamu sangat menginginkannya. Paham? "
Dia mengangguk. Masih menunduk.
" Setidaknya berfikirlah kamu akan pergi dengan suamimu. Apa aku tidak cukup tampan untuk menjadi temanmu saat bepergian? " ucapku kemudian masuk ke kamar mandi, aku ingin menjernihkan pikiranku.
Begitu setelah mandi, aku melihat Ayu sudah tertidur dengan nyenyaknya. Begitu ya jadi orang gendut, makan enak, tidur juga enak. Baru saja di tinggal mandi sebentar, dia sudah tidur. Pantas saja tubuhnya subur seperti itu. Aku tersenyum melihatnya. Ah... Aku lelah sekali, untung ranjangnya ukuran jumbo sehingga aku juga bisa tidur di ranjang ini.
Pagi-pagi sekali aku terbangun mengira ada gempa bumi di sini. Gawat sekali jika terjadi gempa bumi di hotel bertingkat 30 ini,aku pasti akan jadi korban akibat reruntuhannya. Mendadak aku bersyukur ternyata istri big size ku yang mengguncang tubuhku.
" Andi, cepatlah mandi, kita bisa ketinggalan pesawat jika kamu belum siap-siap juga. " dia menepuk-nepuk pundakku. Ah sial... Apa tenaganya besar sekali? Aku merasa seperti kerikil yang di ayak-ayak. Semua organ dalamku juga ikut berguncang.
" Iya aku udah bangun. Bawel. " ucapku segera meluncur ke kamar mandi. Aku tidak ingin badanku di guncang-guncang lagi. Ah... Istri big sizeku luar biasa tenaganya.
Aku juga bingung nih orang seperti apa si Andi itu, kadang aku merasa dia orang yang penyayang,lalu seperti pendendam cenderung psikopat. Hi....
Hope you like it.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Miracle
General FictionSatu satunya hal yang membuatku ingin menangis hanya ketika kamu tidak perduli padaku. Hatiku bahkan tidak rela melihat kedekatan kamu dengan wanita lain. Tapi apalah dayaku si gendut yang tidak cantik, si buruk rupa jika disandingkan dengan Andi Ri...