Andi Risyaldi pov
Sial, ini semua gara-gara Vita. Ternyata maksudnya menanyakan apa aku masih di lantor yang sama supaya ia bisa mengunjungiku. Tapi kenapa langsung hari ini juga? Hari di mana Ayu juga akan datang dan membawakanku makan siang.
Belum juga satu hari bertemu dengannya, dia sudah mengacaukan hidupku.
" Andi, hidupku memang sudah rusak, itu adalah kesalahanku dulu. Begitu besarnyakah dosaku hingga tidak ada yang mau denganku lagi? " dia tersedu. Aku tau, dulu aku memang mencampakkannya karena masa lalunya. Terus terang aku kasihan padanya.
" Maafkan aku Vit. Kamu harus percaya, suatu saat pasti ada seseorang yang bisa menerima kamu apa adanya... "
" Tidak lagi Ndi, kepercayaan diriku sudah tidak ada. Sejak kamu ninggaliin aku, aku merasa terlalu kotor untuk bisa diterima oleh lelaki manapun. " perkataan Vita tepat menohokku, semakin membuat perasaan bersalahku padanya. Awalnya aku menggenggam tangannya, berusaha menghiburnya. Dengan berurai air mata, dia memelukku. Saat itulah pintu ruanganku terbuka dan Ayu ada di sana.
Ayu pergi. Menghilang ketika aku mengejarnya. Aku tidak mau Ayu salah paham, bahwa apa yang di lihat tidak seperti yang dia pikirkan. Ayu cuma datang di saat yang tidak tepat.
Aku baru ingat, tadi pagi Ayu sudah berjanji membawa makan siang ke kantorku, yang sialnya aku lupa. Pertemuan dengan beberapa klien asing membuatku melupakannya. Kedatangan Vita yang tiba-tiba juga di luar dugaanku. Semua serba kebetulan. Kebetulan yang mengerikan.
Sejak aku memutuskan hubungan dengan Vita, semua memang sudah berakhir. Alasan kuno itulah yang menjadi penyebab berakhirnya hubunganku dengannya. Prinsip itu memang syarat mutlak utama dalam memilih pasangan hidupku. Aku menjaga perjaka ku hanya untuk istriku dan aku menuntut istriku juga masih perawan di malam pertama.
Aku mencoba menghubungi ponsel Ayu tapi tidak di jawab. Beberapa panggilan berakhir dengan missed call. SMS juga tidak di balas.
Aku mengerang frustasi.
" Maafkan aku Ndi. Aku nggak tau jadi begini. Maaf... " Vita duduk di sampingku di lobi kantor. Menyentuh tanganku, kusingkirkan dengan kasar.
" A.. aku butuh teman Ndi, semua temanku nggak ada yang sebaik kamu. Aku takut. Bayangan masa lalu selalu menghantuiku. Kadang aku merasa sedang menuai karma, melakukan hal terlarang sebelum waktunya. Setelah kamu ninggalin aku, beban psikologis membuatku hampir gila. Sekarang fisikku juga harus menanggungnya. Aku terkena kanker serviks...."
Ya Tuhan, aku terlalu terkejut mendengar pengakuannya. Langsung kuraih tangannya memberinya kekuatan. Vita tersedu. Aku bisa merasakan betapa menderitanya dia. Penyakit mematikan itu bersarang di tubuhnya.
Kami saling merangkul. Aku hanya ingin dia tau kalau aku perduli sebagai sahabat. Bahwa dia tidak sendirian. Masih ada aku yang bersedia menjadi tempatnya berbagi kesedihan.
##########
" Ndut... Ndut... " aku berharap Gendutku ada di rumah. Aku berharap dia pura-pura ngambek tadi. Aku masuk ke kamarku berharap Gendutku lagi tidur karena kecapaian. Tapi Ayu tidak ada. Ayu tidak ada di dapur, tidak ada di taman, tidak ada juga di kamar mandi. Ayu tidak ada di mana-mana. Fix, Ayu ngambek, Ayu marah dan dia hilang.
" Bukannya Ayu tadi ke kantor kamu Ar? Katanya antar makan siang. " mamaku muncul di depan kamarku. Mungkin dia mendengarku memanggil-manggil istriku.
"I.. Iya ma, tapi Ayu tadi pulang duluan. "
" Gimana sih kamu. Ayu belum kembali sejak dia ngantar makan siang tadi. Ada apa sih kalian? Berantem? " tanya mama selidik. Aku tidak menjawab.
" Udah kamu cari di rumah mamanya? Hidup berumah tangga memang tidak selalu mulus. Pasti ada saja batu kerikilnya. Cepat selesaikan urusan kalian. Dan bawa menantu mama kembali ke rumah ini. " Aku hanya bisa mengangguk. Kata-kata mama memang benar adanya. Apalagi masalahku dengan Ayu hanya salah paham saja.
" Mama, Ayu ada di situ ma? " akhirnya aku menghubungi mama Miriam.
" Tadi pulang-pulang tanpa basa basi, Ayu langsung masuk ke kamarnya. Mama tanya dia nggak jawab. Malah pintunya di kunci. Biasanya ya Ndi, dia selalu cipika cipiki sama mama, trus kita curhat-curhatan deh... Cerita-cerita... Kan mama sekarang jumpa Ayu jarang-jarang ya.. Mama masih kangen sama Ayu, eh si Ayu malah ngurung diri tuh... " Ya ampun....mama Miriam curhat apa ngapain ya? Sebagai menantu yang baik, aku setia mendengarnya dan tidak menyela sampai dia selesai ngomong. Tapi aku lega, Ayu berada di tempat yang aman. Walaupun hilang-hilangan tapi masih dalam kawasan dan terjangkau.
" Eh, nak Andi, tumben Ayu nginap di rumah mama. Apa dia gak izin sama kamu? Atau kalian lagi berantem ya?... "
" Ma, cuma salah paham aja kok. Besok Andi jemput Ayu. Malam ini titip Ayu ya ma.. " aku mengakhiri pembicaraan kami. Duh... Kalau di teruskan bisa-bisa aku curhat sama mama Miriam. Aku tidak yakin sesi curhatan dengan beliau bisa menemukan solusi yang tepat.
###########
" Mama jangan paksa Ayu makan, Ayu nggak ada selera makan. Ayu mau kurus. Capek deh ma, jadi gendut begini. Selalu nggak di anggap, susah untuk di akui. " satu ketukanku di pintu di balas dengan cuitan Ayu di dalam kamarnya. Mungkin dia mengira mamanya yang menyuruhnya untuk makan.
" Yu, ini aku. Buka dong pintunya... Kata mama kamu belum makan dari kemarin. Buka ya pintunya." bujukku. Tapi tidak ada jawaban.
"Okey, kalau kamu nggak buka, aku pulang aja. Kamu nggak ingin tau kenapa Vita datang ke kantorku kemarin? "
" Nggak. Sana peluk-peluk dia lagi. Ngapain kemari? " akhirnya Gendutku ngomong juga. Tapi tidak ada tanda-tanda pintu di buka.
"Cieee... Ndut cemburu... Katanya kalau cemburu artinya cinta..." aku makin menggodanya. Coba dia buka pintu, pasti muka bakpou nya sudah semerah tomat. Dan itu sangat menggemaskan.
" Awww...aduh... " aku pura-pura jatuh. Dan taktikku sungguh mujarab. Belum keluar kata aduh kedua, pintu sudah di buka. Mukanya nampak cemas. Tanpa membuang waktu langsung saja aku masuk ke kamarnya.
" Ih... Curang kamu. Keluar... Ngapain masuk-masuk!" dia memukul-mukul pundakku. Aku meringis. Sakit juga pukulannya, walaupun tidak makan sehari, tenaganya masih luar biasa.
" Maafin aku ya Ndut... Aku juga nggak tau Vita datang ke ke kantorku. Vita memang mantan pacarku. Tapi setelah kami putus, dia juga menghilang. Aku dan Vita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. " Ke genggam tangannnya, dia menariknya. Wajahnya masih menekuk.
" Intinya... Itu tidak seperti yang kamu bayangkan. Dia terluka lahir batin. Sekarang, dia sedang menjalani pengobatan karena kanker serviks. " wajah Ayu yang semula ketus mendadak terkesiap. Mungkin dia tidak menyangka ceritanya akan begini.
" Maafkan aku Ndi, aku sungguh tidak tau. "
" Aku juga minta maaf ya... Sekarang semua udah jelas kan? Ayok kita pulang. Mama udah nunggu kamu. Dan... Aku kangen. " aku mencubit hidungnya. Benarkan? Mukanya sudah semerah tomat. Rasanya aku ingin memakannya sekarang juga.
Am sori ya dear... Beberapa hari ini aku lagi nggak ada inspirasi. Mood ku mendadak hilang. Tapi komen-komen kalian membuat passion ku menggila lagi. Ohhh apalah diriku tanpa kalian 😍😍😍😍
Buat yang udah komen dan kasih vote. Tengkiu so mach yaaaa ❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Miracle
General FictionSatu satunya hal yang membuatku ingin menangis hanya ketika kamu tidak perduli padaku. Hatiku bahkan tidak rela melihat kedekatan kamu dengan wanita lain. Tapi apalah dayaku si gendut yang tidak cantik, si buruk rupa jika disandingkan dengan Andi Ri...