12

4.7K 234 28
                                    

Jika ada pangkal, pasti ada ujung. Begitulah pepatah bijak yang sering ku dengar. Sebenarnya bukan itu yang akan ku katakan, karena bahagiaku sekarang itu nyata. Hahaha..... lucu sekali dunia, awalnya aku mengira jika orang seperti aku tidak pernah bisa merasakan bahagia,mungkin untuk punya suami saja susah, tapi lihatlah, tidak susah untukku untuk punya suami, bahkan sebelum umurku 30 tahun. Sekarang tidak ada alasn untukku bersedih lagi. Percaya diri sekali hehhh...

Pagi ini seperti biasa, mas Andi ke kantor, aku ke Puskesmas. Mama Rosa tidak terlalu menuntut lagi aku harus hamil segera, ini sedikit melegakanku. Tapi tidak sepenuhnya lega. Walau bagaimanapun, aku juga ingin segera hamil dan memberi keturunan kepada keluarga ini. Ada sedikit kekhawatiran tentang obesitasku dan masalah sulit untuk punya anak. Itu sebabnya pola hidup sehat serta olah raga masih tetap aku jalani sampai sekarang. Yah walaupun tidak langsung jadi langsing, minimal aku merasa lebih sehat dan bugar.

" Ndut, hari ini aku pulangnya telat ya, ada teman yang sakit, kasihan dia nggak ada keluarganya. " kata mas Andi sambil berjalan ke mobilnya. Aku mengikuti di belakang

" Ya udah mas, nanti aku pulang naik taksi." jawabku.

Sesudah mengantarku, mas Andi langsung ke kantornya. Tapi kasihan juga karena kantor kami tidak searah, itu artinya mobil mas Andi harus berputar lagi. Sebenarnya aku juga bisa membawa mobilku sendiri, tapi mas Andi malah ngotot ingin mengantarku dulu.

" Aku pergi dulu ya.Baik-baik ya, jangan lupa makan siang. " kadang perhatian mas Andi yang seperti ini yang membuatku melayang. Sesudah mencium keningku, dicubitnya kedua pipi bakpou ku dengan gemas. Sungguh ya Tuhan... Aku tidak mau laki-laki lain lagi, cukup yang seperti ini sampai aku mati. Itu juga kalau mas Andi juga mau. Toh dari pertama pernikahan kami,kami menikah dengan terpaksa, aku melepaskan keperawananku juga karena mama Rosa ingin punya cucu.

Sampai saat ini tidak ada cinta dalam pernikahan kami. Kecuali aku saja mungkin yang jatuh cinta dan tergila-gila padanya. Aku juga tidak ingin menuntut lebih, takutnya kecewa. Begini saja aku sudah sangat bahagia.

##########

Sampai menjelang tengah malam, mas Andi belum juga pulang. Semenjak menikah sampai sekarang, belum pernah dia pulang larut malam, apalagi dia tidak pulang. Telat sedikit saja dia pasti menghubungiku. Tapi ponselnya tidak aktif dari tadi.

Aku khawatir.

Aku mencoba menghubungi mas Ilham, dia adalah satpam yang lumayan akrab dengan mas Andi dan beberapa kali aku ke kantor mas Andi juga sudah akrab denganku. Mas Ilham mengatakan mas Andi sudah pulang semenjak jam pulang tadi. Mas Ilham juga tidak tahu menahu tentang siapa yang sakit dan di besuk mas Andi.

Dan, aku semakin cemas.

" Yu, Ayu bangun. Kita masuk ke kamar ya. " seseorang mengguncang tubuhku. Ya Tuhan aku sampai ketiduran di sofa. Mas Andi nampak lusuh dan lelah.

" Mas kemana saja? Kenapa aku nggak bisa hubungi? "

" Hp ku lowbat Yu, aku habis dari teman sakit yang itu. Kita bicara besok aja ya.. Aku capek. " mas Andi membuka kemeja dan celananya. Mengambil handuk di capstock langsung ke kamar mandi. Aku tidak bertanya macam-macam lagi, mas Andi terlihat belum mau bercerita sekarang. Mungkin saja aku tidak mengenal temannya.

######

" Mas, aku mau ke rumah mama. Udah lama aku nggak ke sana. " sudah lama aku ingin mengunjungi mama, pas kebetulan ini juga weekend.

" Ya udah aku temenin, kita pergi setelah makan siang aja. "

Aku mengangguk. Senang aja mas Andi mau menemaniku.

Biasanya weekend begini aku habiskan dengan belajar memasak. Ada mama Rosa yang dengan senang hati mengajariku. Memasak juga menyenangkan, apalagi bisa icip-icip juga.

"Ndut,  sori ya aku enggak bisa temenin ke rumah mama. Temanku yang operasi kemarin meminta aku datang. " tiba-tiba mas Andi sudah berdiri di dapur, setelannya rapi, walaupun cuma memakai kaus dan celana jeans.

" Enggak apa mas. Aku pergi sendiri aja." dengan sedikit kecewa, aku bisa apa bang? Kan nggak mungkin merajuk-rajuk minta akulah yang dipilih.

Temanmu siapa sih mas? Penting bangetkah dia?

Pertanyaan itu belum sempat aku tanyakan. Mas Andi juga tidak pernah mengungkit kejadian kenapa dia pulang larut malam.

Dan itu terus berputar-putar di kepalaku. Nanti aku akan tanyakan. Aku tidak mau mati penasaran hanya karena masalah itu.

#########

Di rumah mama.
Pikiranku jadi bercabang. Benar juga, aku tidak mau penasaran seperti ini. Baiklah, mungkin dengan menanyakan langsung sama mas Andi, bisa mereda kepenasaranku.

" Atau Ayu tanya sekarang gimana ma? " aku meminta pendapat mama setelah aku menceritakan semua sama mama. Aku dan mama sejak dulu memang no secret,  artinya jangan ada dusta diantara kita (meminjam istilah mamaku yang lebay).

" Cieee nggak sabaran kali kamu. " nah kan, mama malah meledekku, tau begini aku jadi menyesal curhat sama mama.

" Mana tau temannya itu perempuan ma,."

" Cemburu ni yeee. " double fuck. Untung mama, coba orang lain sudah kupepes jadi rendang. Kok?? Bodo amat, jadi rendang kek, sate kek,...

Curhat sama mama lebih banyak tidak ada solusinya. Malah mama suka meledekku seperti sekarang. Atau yang lebih parah, malah mama yang gantian curhat dan aku yang memberi solusinya, padahal aku yang lebih dulu bermasalah.

Akhirnya kuputuskan untuk bertanya secara langsung saja. Niat semula mau menginap di rumah mama, tidak jadi karena itu. Yang pertama aku penasaran dengan teman mas Andi yang sakit dan yang kedua, jika tiba-tiba malaikat Izrail datang dan mencabut nyawaku, aku tidak mau mati dalam keadaan penasaran.

Menjelang magrib, aku sudah sampai di rumah, tapi mas Andi belum juga pulang.
Baru setelah azan Isya mas Andi pulang.

" Mas, siapa sih yang sakit? "ini adalah awal yang tepat untuk bertanya. Saat kami sedang berdua di tempat tidur.

" Temanku Yu, kamu juga kenal kok. " aku memandangnya minta penjelasan.

" Vita. Maaf ya Yu, bukan aku menyembunyikan ini dari kamu, tapi belum sempat aja aku cerita. " ujarnya. Di usapnya tanganku perlahan. Tentu saja aku mengenal siapa Vita. Sang mantannya mas Andi.

" Nggak ada yang perlu kamu cemburuin. Vita sedang sakit sekarang. Dan, kamu juga tau kan? "

Aku mengangguk.

" Kenapa harus mas yang sibuk ngurusin dia? Memangnya keluarganya kemana? "

"Vita anak tunggal, kedua orangtuanya sudah meninggal. Adik papanya cuma satu, itupun jauh di Denmark. Artinya sekarang dia sebatang kara. " ujar mas Andi.

Dan sekarang dia malah mengendus-endus hidungku, beralih ke bibirku. Melumatnya dengan menuntut, aku tau tujuannya kemana. Dan semakin jelas ketika tangannya semakin mendesakku, melemparkan satu persatu penutup tubuhku. 





Hai.. Hai.... Jumpa lagi dengan dede Ayu dan babang Andi. Yang bilang konfliknya sudah selesai siapa? Konfliknya baru di mulai shayyyy....masih panjang kisah mereka dan masih banyak konfliknya. Namanya juga hidup say, kadang susah kadang senang. Itu sudah biasa.

Love And MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang