9. Pangeran Sekolah

13.2K 915 8
                                    


Me

Kakak gak kira-kira banget jadi orang. Ngapain sih cerita ke ayah kakak segala?

Kak Al

Cerita apaan?

Me

Gue terpaksa ngetikin ini! Hubungan kita

Kak Al

Udah kenalan sm camer? Cie selamat ya. Seneng deh kita udah direstuin.

Me

Gak usah mulai!!!

Kak Al

Haha. Kita ketemu beberapa hari lagi Ra. Jaga diri baik-baik. Anak ipa gak boleh malesan. Tetep harus belajar biarpun gak ada gue. Pokoknya gue sayang sama Rara. Kalo Rara kangen, gue bakalan lebih kangen. Mmmuuuuaaaaaaacchhhhh.

Itulah chat terakhir Rara dengan Al, beberapa hari yang lalu. Bahkan hingga saat ini masih ia simpan, meski terus-terusan bergidik setiap kali membacanya.

Tadi malam pun, Rara ditelepon Al sebagai permintaan maaf karena belum bisa menemaninya belajar, meski ia tak mempermasalahkan. Baginya, selama ini cowok itu sudah memberikan pengalaman belajar baru. Menjadikan kegiatan belajar bersama yang terjadwal seminggu dua kali tersebut terasa begitu menyenangkan.

Ia pun masih ingat, ketika beberapa hari yang lalu dihubungi oleh ayah cowok itu. Mereka sempat berbincang banyak. Bahkan diingatkan mengenai hubungan konyolnya dengan Al yang sudah mulai ia lupakan. Sama sekali tak menyangka, jika cowok itu akan bercerita dengan sang ayah.

"Mungkin Al beneran sayang sama kamu, sampai cerita semua tentang kamu ke Om. Dia bahkan nitip sama Om buat jaga anak kalian."

Rara bingung, ketika satu kata aneh itu muncul dari seberang. "Anak?"

"Itu, si Nara."

"Hehehe. Om ada-ada aja. Masa, anak kami kucing?" ujarnya menahan rasa malu dan kesal.

"Nggak usah malu-malu begitu. Om sudah merestui kalian, kok. Sepertinya kamu ngasih banyak pengaruh baik untuk Al. Kalau nanti bisa ke jenjang yang lebih serius, pasti punya bayi sungguhan."

Rasanya, Rara sangat ingin mengulek-ulek Al, setiap mengingat hal itu.

Ternyata waktu berlalu begitu cepat. Hingga tanpa terasa, ia dan Al sudah saling kenal selama hampir dua bulan. Rara tersenyum di tengah kegiatan mencatatnya. Namun, ia harus tersadar akan sesuatu, saat suara heboh para teman perempuannya berteriak-teriak entah karena apa.

Di dua barisan ujung selatan kelas, tengah berlangsung acara talkshow dadakan di antara para murid putri. Barisan yang sama dengan tempat duduk Rara dan barisan di sebelahnya, lebih tepatnya.

Mereka telah menyelesaikan tugas mencatat dari seorang guru, lalu kini mengobrolkan semua hal. Tanpa peduli akan mengganggu yang lain atau tidak, mereka tetap menggosip.

"Tenyata, yang jadi pemenang Pangeran SMA Semesta itu namanya Drian. Drian itu ternyata keren banget, tahu nggak?!" Bia memulai pembicaraan dengan antusias.

"Ya pastinya keren, Bi. Namanya juga pangeran SMA Semesta. Dari dulu kan emang keren-keren," sahut Yuna kalem.

"Iya. Dari kabar yang gue denger dari tetangga gue yang sekolah di sana, Drian emang udah jadi kandidat terkuat, selain juara bertahannya!" sambung Ikha.

"Tahu, nggak? Ternyata, Drian itu pindah ke SMA Semesta baru beberapa bulan ini, dan langsung dapet gelar prestisius kayak gitu. Terus kabarnya, di tengah semester kemarin, dia jadi juara umum sementara di bidang akademik! Keren!" ungkap Tiar kagum.

Garis InteraksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang