"Minggu depan dateng ke festival SMA Semesta, yuk!" ajak Drian penuh harap.
"Gue kan bukan murid Semesta, Kak."
"Kan itu acara umum. Siapa aja boleh dateng, kok. Termasuk yang bukan murid Semesta."
"Tapi pasti kebanyakan murid Semesta yang dateng."
"Emangnya kenapa?"
"Nggak enak aja, rasanya."
"Kan ada gue. Bareng gue aja."
"Mmm, malem atau siang?"
"Sore sampai agak malem. Nggak sampai malem banget, kok. Mau, ya?"
"Nggak, deh. Paling juga, belum tentu dibolehin sama Bunda."
"Ntar gue yang minta izin. Pasti dibolehin." Drian masih berusaha membujuk Rara untuk ikut bersamanya, namun cewek itu tetap menggeleng.
Drian masih setia menunggu cewek itu meski sangat mustahil. Seharusnya ini menjadi kesempatan terbaik baginya memperkenalkan Rara kepada khalayak. Namun, sepertinya bukan untuk saat ini. Cowok itu menghela napas, dan akan bersikap biasa saja.
"Kali ini kita sudah sampai pada acara yang paling ditunggu-tunggu." Pembawa acara yang berdiri di atas panggung tengah mengutarakan agenda.
Tak berselang lama, para personel Impression band serta Drian muncul dari balik panggung, menampilkan senyum terbaik mereka, hingga mengundang keriuhan suasana. Lalu menyapa para Presscious, sebutan bagi penggemar Impression band. Tak lupa kepada penggemar Drian yang tak kalah banyak.
"Kami Impression band berkolaborasi dengan Kak Drian, akan membawakan beberapa lagu kami, dan tak lupa Mars Semesta." Raka tersenyum, memberi kode kepada para personel lain untuk bersiap pada posisi masing-masing. "Are you ready, guys?" teriaknya bersemangat.
Terdengar seruan yang tak kalah bersemangat dari para penonton yang sudah menunggu dari tadi siang, yang kebanyakan adalah kaum hawa.
Musik berdentum keras, menyeret para penonton pada keseruan yang diciptakan. Berulang kali pula Raka melirik Drian yang sedang membayangkan seseorang. Begitulah apa yang bisa ia saksikan, saat Drian memetikkan dawai untuk menyesuaikan chord lagu pada gitar yang dimainkan. Satu per satu lagu, dibawakan dengan begitu apiknya, hingga tanpa terasa sudah sampai pada lagu dan penampilan mereka yang terakhir.
"Kurang lamaaa!" seru Presscious dengan lantang.
Satu per satu personel meninggalkan posisi masing-masing, diekori Drian.
"Kak Drian belum boleh turun dulu." Pembawa acara membuat teriakan histeris Partrian mulai menggema di area tertutup ini. "Kakak duduk dulu di kursi ini."
Tanpa membantah, Drian berjalan mendekat ke arah kursi tersebut dengan hati-hati. Lagi-lagi, para penggemarnya berteriak histeris, saat ia menduduki kursi di panggung bagian depan. Beberapa kali cowok itu tersenyum sembari melambaikan tangan. Hal itu kian membuat para penggemarnya kehilangan kontrol suara.
Pembaca acara menjelaskan perihal tujuannya meminta Drian untuk tetap tinggal. Yaitu akan diadakannya sesi tanya jawab, mengingat ada banyak hal yang sepertinya ingin ditanyakan oleh para Partrian.
"Partrian?" tanya Drian bingung, saat mendapati satu kata asing tersebut.
"Part of Drian. Iya, mereka menamakan diri sebagai Partrian." Pembawa acara itu menunjuk ke arah para penggemar Drian berada.
Drian geleng-geleng, tak menyangka akan hal yang satu ini. Lain halnya dengan Drian, Partrian yang kebanyakan berjenis kelamin perempuan itu, kini semakin berteriak histeris memanggil nama sang idola.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Interaksi
Teen FictionJudul Awal: Klop! (Bukan Asal Pacaran) Status Rara dan Al itu jelas pacaran, meski jadian secara sepihak. Hanya saja, walau kedekatan mereka semakin intens dan mulai saling terbuka, ada satu hal yang membuat Al jengkel. Yaitu, Rara tak tahu nama len...