Beginilah suasana kelas Drian. Tak ada yang istimewa. Hanya ada obrolan yang sehari-hari diperdengarkan ketika guru belum masuk. Namun, masih mampu membuat Drian sedikit melupakan renggangnya hubungan dengan Rara, sementara. Kerenggangan hubungan yang sama sekali tak ia ketahui dan mengerti alasannya. Tebakannya mengarah pada status mereka yang sudah diketahui oleh khalayak.
"Hubungan lo sama Carissa udah ada perkembangan?" tanya seorang cowok yang duduk di belakang Drian, Farhan.
"Belum. Kayaknya malah lebih enak jalanin hubungan tanpa status kayak gini," jawab Ditya.
"Sama dong, Bro. Kita tos!" sahut Roy.
Drian melihat keduanya menyatukan telapak tangan, tanda keduanya bernasib sama. Siswa lain hanya geleng-geleng kepala. Heran akan kelakuan dari dua remaja itu.
"Ya ampun. Diresmiin, napa?" tanya Farhan gemas.
"Kayaknya nggak perlu peresmian. Cukup tahu perasaan masing-masing, terus jalanin. Kayaknya itu udah cukup."
"Betul! Kebanyakan malah hubungan nggak harmonis lagi, kalo ada peresmian. Lebih baik, jalanin aja dulu. Kalo misalkan udah nggak ada rasa apa-apa lagi, nggak perlu nyakitin hati salah satu pihak," sambung Ditya santai.
"Lagian, di antara gue sama temen HTS-an gue itu nggak ada masalah apa-apa selama ini. Ya udah, lanjut. Status itu nggak terlalu penting. Yang penting cuma perasaan cinta, yang kemudian bersambut. Aseeeekkkk!"
Drian mendengarkan obrolan seru itu.
Hubungan tanpa status.
Teman-temannya menjalani itu, serta sama sekali tak mempermasalahkan status. Mending, kalau tahu perasaan masing-masing. Ia dan Rara? Status jelas, pacaran. Hubungan, yang belum jelas.
Di antara banyak orang yang masih mempertanyakan status saat mengetahui perasaan masing-masing, ia harus terjebak pada status pacar tanpa hubungan yang jelas. Tanpa sadar, Drian mengeluh dalam hati akan hubungannya dengan Rara yang belum menemukan arah tersebut.
"Kapten kita lagi God always listen and understand, nih!" Seluruh tatapan cowok-cowok itu langsung tertuju pada Yogi, saat mendengar satu kalimat tersebut.
"Apaan, apaan?" tanya Roy, meminta penjelasan.
"God always listen and understand. Galau, galau!" jelas Yogi.
Setiap kepala masih berusaha mencerna kaitan antara kata 'galau' dengan kalimat berbahasa Inggris tersebut. Mulai mengeja dalam hati masing-masing.
"Bilang galau aja mesti bikin gue bingung dulu!" decak Roy, sesaat setelah paham.
G-A-L-A-U. God always listen and understand!
Sebuah asumsi yang entah diciptakan siapa, dan kini mulai naik pamornya. Memberikan pengertian bahwa kosakata galau itu tak selamanya berarti buruk. Think positively! Setiap perkataan adalah doa. Maka, setiap prasangka adalah doa pula.
"Eh, kenapa lo?" tanya Roy pada Drian.
"Nggak, kok. Nggak apa-apa," jawab Drian, memaksakan senyum.
"Putus cinta? Patah hati? Aduh, ternyata mas yang satu ini karir percintaannya nggak semulus jalannya merebut mahkota pangeran dari tangan Javier. Ckckck."
"Cerita aja, Bro!" bujuk Ditya, saat Drian hanya terdiam.
"Cerita apa?" tanya Drian pura-pura tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Interaksi
Teen FictionJudul Awal: Klop! (Bukan Asal Pacaran) Status Rara dan Al itu jelas pacaran, meski jadian secara sepihak. Hanya saja, walau kedekatan mereka semakin intens dan mulai saling terbuka, ada satu hal yang membuat Al jengkel. Yaitu, Rara tak tahu nama len...