10. Kilas Elmira

6.7K 786 55
                                        

**Cinta🌹 Dara**

Elmira Pov

Aku Elmira Cinta As-Syauqi. Anak tunggal dari keluarga yang harmonis, tidak hanya itu tapi juga Religius.

Tinggi 165, berat 48. Kulit putih kemarahan (Njambon kalau orang jawa bilang) ya, maklumlah kan anak gunung. Tidak cantik, biasa-biasa saja. Bahkan sangat biasa saja.

Tempat asal. Di sebuah desa yang belum terlalu padat penduduk, itu letaknya di kaki bukit Dieng, Wonosobo-Jateng.

Orangtuaku dari keluarga yang sangat Religius. Jadi sudah pasti sedari kecil aku benar-benar di didik ketat tentang agama. Bahkan dari usia baru 10thn, aku sudah harus berhijab, karena entah menstruasiku datang sangat dini, kalau gadis lain yang kebanyakan baru mentruasi di usia 12-15thn, bahkan aku sudah menstruasi padahal waktu itu usiaku baru 9thn lebih sedikit. Yang itu artinya sudah Baligh, 'Harus pakai hijab dan tidak boleh meninggalkan sholat 5waktu,' begitulah yang umiku bilang. Dan aku hanya bisa nurut.

Setiap hari, umi dan abah tidak pernah absen, untuk selalu mengingatkan tentang. 'Jangan begini, ini haram.' 'Lakukan begini, karna ini yang halal.'

Gerak-gerik, tindak-tandukku selalu di bawah kontrol umi-abah. Sangat dibatasi. Bahkan semua anak yang berteman denganku, itu harus masuk seleksi mereka lebih dulu, baru bisa berteman denganku. Itu untuk teman cewek, kalau temen cowok? Tidak! Aku tidak di ijinkan berteman dengan species bernama cowok. Kata mereka "Bukan Muhrim nggak baik terlalu deket berteman." Huh... kalau temenan saja tidak boleh apalagi pacaran? "Haram!" "Dosa besar." Itu yang selalu abah ingatkan padaku setiap hari. Sampai aku bosan mendengarnya. Dan, karna itu aku tumbuh menjadi gadis desa yang benar-benar polos, lugu dan kuper.

Jenuh, pasti, ya seringkali aku jenuh dengan semua peraturan yang orangtuaku terapkan. Tetapi sebagai anak yang berbakti, aku ikuti semua peraturan itu dengan ikhlas. Walau kadang aku iri ketika melihat teman-teman seusiaku begitu senang bermain, bercanda  dan mengkoleksi barang-barang kesukaan mereka, justru aku sama sekali tidak punya waktu bermain. Sepulang sekolah aku harus belajar, selesai belajar harus bantu-bantu umi di dapur 'Anak perempuan harus pinter masak, biar jadi istri dan menantu sholehah' begitulah kata umiku. Habis Ashar aku masih harus mengaji itu juga sampai jam 8 malam, benar-benar tidak ada waktu bermain. Tapi... bukankah kerja keras itu memang tidak pernah membohongi hasil? Tentu saja, saat temen-temenku masih asyik dengan dunia mereka, kelas 5 SD aku sudah hatam Al-Qur'an.

Tapi bukan berarti aku tidak punya temen loh... meskipun itu cuma dua anak, hehe... karena hanya dua anak itu yang masuk seleksi abah dan umi. Dia Syaifa Hanum, anak dari sahabat abahku juga rekan kerja sebagai petani kentang, ya... abahku seorang petani kentang juga pemuka agama di desaku. Tapi bukan hanya rekan kerja, kami masih saudara sepupu karna Syaifa Hanum juga anak dari bibiku adik kandung dari umi.

Dan satu lagi Nuriyah Amin, temen sekolahku dari sejak di bangku SD, yang tidak lagi hanya sebagai temen dari SD. Nuri itu, meski orangtua kami berbeda, tidak ada pertalian darah sedikitpun tapi dia sudah lebih dari saudara kandung buatku. tentu orangtuanya juga sahabat abahku, hiks... ketahuan kan betapa protektif orangtuaku itu.

Dan lagi... dan untuk urusan cowok saking proteknya terhadapku. Aku si anak gadis satu-satunya yang di gadang-gadang mereka akan jadi ustadzah, kelak nanti ketika besar. Sedari kecil aku sudah di jodohkan dengan anak dari sahabat abahku juga. Sahabat beliau yang seorang Kyai besar, pengasuh Pondok Pesantren yang cukup ternama di Jateng, namanya gus Zam-zami El Alam. Kata abah, gus  Zamzam ganteng dan sholeh, sangat pantas di jadikan imamku kelak ketika kami sudah menikah. Ya.. ya... dan aku tidak pernah berani berucap, tidak. Aku sungguh tidak ingin menjadi anak durhaka.

CINTA DARA (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang