"TIARA!" teriakan Rasya tetap tidak bisa menghentikan Tiara.
"Sudahlah Ras, biar saya yang mengurusnya. Kalian masuk saja dulu ke ruang kerja saya, nanti saya akan menyusul." Ucap Aras sebelum pergi menyusul Tiara-istrinya yang sudah jauh dari pandangan mereka bertiga.
"Baiklah." Ucap Rasya sebelum Aras pergi menyusul Tiara.
"Jangan terlalu keras pada Tiara. Dia perempuan lemah Ras. Dia seorang anak, dia seorang istri tapi jangan lupa dia juga seorang adik." Ucap David sebelum berjalan kedalam meninggalkan Rasya yang terdiam.
Ucapan David sukses menyentil pikiran Rasya.
Tiara melepaskan sepatu hak tingginya dan menghapus semua makeupnya dengan kasar. Sambil terus menggerakan mulutnya dengan tatapan kesal yang terpancar lewat kaca meja riasnya.
"Ais sabar Tiara, sabar." Ucap Tiara sambil menenangkan pikirannya dengan menutup kedua matanya.
Bruk
Suara hempasan pintu terdengar sangat keras dan Tiara tahu siapa pelakunya, siapa lagi kalau bukan Aras-Suaminya. Tiara membuka matanya dengan lebar.
"Apa?" Tanya Tiara sebelum memutar posisi tubuhnya.
"Bisakah kamu jaga tingkah kamu? Tidak bisakah kamu menurut sekali saja. Apa mulut kamu itu memang telah diatur untuk selalu membantah semua orang?" Ucap Aras panjang lebar sambil berdiri didekat lemari besar sambil menatap Tiara dengan tatapan matanya yang tajam.
"Kamu benar aku tidak bisa menurut dan mulut ini memang di ciptakan untuk membantah semua orang dan terutama diri kamu." Ucap Tiara tak kalah sinis.
Tiara berjalan semakin dekat dengan Aras dan berhenti pas didepan Aras.
"Tak bisakah kamu tidak membawa keluargaku dalam segala hal tuan Aras Bratama? Tidak bisakah urusan rumah tangga kita hanya menjadi milik kita? Tidak bisahkan kamu kembali seperti dulu? Tak bisakah kamu berbicara lembut pada ku?" Tanya Tiara sambil melipat kedua tangannya dengan tatapan yang berubah menjadi tatapan rindu.
"Tak bisakah kamu berpikir kalau kita bisa bicara dengan baik-baik seperti dulu? Tak bisakah kamu ubah sifat burukmu itu? Tak bisakah kamu sadar kalau kelakuan kamu sangat kekanakan? Tak bisakah-" Ucapan Tiara dengan cepat di potong oleh Aras.
"Tak bisakah kamu berhenti bicara!"
Aras mengeluarkan kedua tangannya dari saku celananya dan melepaskan jas hitamnya. Tiara hanya diam melihat apa yang akan dilakukan pria yang ada didepannya.
"Saya tidak akan melaporkan tingkah kamu kekeluarga kamu, jika seandainya kamu menuruti kemauan saya. Dan kalau soal Rasya datang kesini bukan karna saya mengadu tentang kamu, tapi karna dia memang ingin kemari dan kebetulan sekali kamu sedang berulah.." Ucap Aras dengan santai sambil menatap ke arah Tiara.
"Apa kamu tidak bisa diam di rumah saja? Apa kamu tidak bisa menuruti perkataan saya? Bukankah sudah saya bilang jangan menggunakan pakaian seperti ini lagi." Ucap Aras sambil melihat pakaian yang di gunakan Tiara.
"Apa kamu tidak memiliki telinga Tiara? Apa kamu ingin menjadi wanita penggoda padahal kamu telah memiliki suami? Apa kamu-" Ucapan Aras langsung di hentikan oleh Tiara dengan Teriakan Tiara.
"DIAM!" Tiara menatap Aras dengan tatapan sedih.
Suaminya mengagapnya sebagai wanita penggoda. Rasanya sakit, sakit sekali.
"Jaga ucapan kamu Aras. Aku mencoba menahan semua perkataan aku agar aku tak mengeluarkan kata kata yang tidak ingin kamu dengar Aras, namun tingkah kamu, ucapan kamu membuat aku semakin tidak bisa menjaga ucapanku." Ucapan Tiara sambil menatap Aras tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT (TERBIT)
ChickLitPERHATIAN! Ayo, yg suka copas jangan copas cerita saya yah. Kalian boleh baca tapi ingat jangan dicopas, hargai kerja keras saya karna untuk membuat cerita ini saya perlu perjuangan. sudah tidak lengkap lagi yah, ada beberapa part yang sudah dihap...