'23' HURT

21.6K 1.4K 8
                                    

Tiara berjalan ke arah kantin rumah sakit yang buka 24 jam, Tiara bukan ingin makan tapi Tiara ingin mencari kebisingan. Tiara sudah bosan dengan situasi tenang beberapa jam yang lalu. Tiara butuh dorongan untuk tetap bisa hidup, Tiara merasa tawa orang lain, senyum orang lain dapat membantunya untuk menjalani hidup. Orang lain bisa bahagia kenapa dia tidak, itulah yang dipikirkan oleh Tiara.

Tiara telah duduk di salah satu meja yang berada paling pojok sambil menatap sekitarnya. Ramai.

Kantin ramai dengan seragam putih yang berkeliaran dari ujung ke ujung. Mereka berbicara, tertawa, tersenyum terasa tanpa beban, hal itu sukses membuat Tiara iri.

Tiara merasa sudah cukup duduk dikantin rumah sakit, Tiara akan kembali untuk kekamar mamanya (Ratna). Tiara terus berjalan hingga sampai di area VVIP dan melihat anak laki laki yang menangis. Mungkin umurnya baru 1 tahun lebih.

Tiara berjalan dengan pelan, seakan takut kalau anak itu akan semakin menangis karna kedatangannya.

"Kenapa disini, dimana orang tua mu sayang?" Tanya Tiara lembut saat sudah mensejajarkan tingginya dengan anak laki laki tersebut.

"Ma.... mama hikss mama." Tangisan anak laki laki itu kembali terdengar dan itu membuat Tiara tanpa sadar membawa anak itu kedalam pelukannya.

Tiara berdiri sambil mengendong anak laki laki yang menurutnya sangat manis.

"Sayang jangan menangis, ayo kita cari orangtuamu sayang." Ucap Tiara lembut sambil mengelus pelan punggung anak laki laki yang masih menangis.

"Kalau anak ini ada di ruang VVIP, berarti orangtuanya ada disini donk?" Tanya Tiara pada dirinya sendiri.

Tiara befikir sejenak sambil diiringi tangisan yang mulai redah

"Apa bang Alif bisa bantu yah?" Tanyanya lagi

Kemudian Tiara mengaguk dan berjalan ke arah ruangan Ratna yang berada dinomor 202.

Tiara membuka pintu dengan pelan dan sekilas saat Tiara membuka pintu, Tiara dapat mendengar pertengkaran kecil yang terjadi. Tiara kembali masuk langsung melihat mamanya yang masih memejamkan matanya, Tiara pikir mamanya sudah sadar. Tiara berjalan melewati sisi lorong singkat yang menuju ke arah sofa yang tidak nampak kalau dilihat dari pintu masuk.

Tiara semakin mendengar pertengkarang tersebut dan itu membuatnya kesal. Bertengkar di kamar mamanya itu membuat Tiara tidak habis pikir, siapa orang bodoh yang berantam dikamar mamanya.

"Aku bertanya dimana Dia?" Tanya pria itu dengan kencang

"Sudah aku katakan aku tidak akan memberitahu kamu brengsek." Ucap Alif tidak mau kalah sambil tersenyum karna melihat wajah saingannya yang sangat marah.

"Say, sudahlah kita pergi saja." Ucap sang wanita sambil membujuk pria yang ada di sampingnya.

"Pergilah, ikuti kata istrimu. Menjauhlah dari keluargaku sekarang." Teriakan Alif membuat Tiara yang sempat berhenti langsung melangkah dengan cepat.

"Kamu pria-" Ucapan Rasya terhenti karna melihat sosok yang coba dilindungi.

"Ada apa? Ayo pukul, bukankah kamu mau memukul aku, ayo." Ucap Pria itu sambil tersenyum dan tertawa pelan.

"Pengecut."

Alif melepaskan kepalan tangannya dari kemeja Pria yang masih mengaggap Alif pengecut karna menghentikan tindakannya.

Tiara tahu siapa pria dan wanita yang membelakanginya dan tanpa sadar jantungnya berdetak lebih kencang. Tiara belum siap bertemu dengan masa lalunya.

HURT (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang