JHD 1 ~ Prolog

745 31 18
                                    

#Bonus Cast Character

Gerimis mengguyur kota Malang sejak tadi sore. Cewek dengan baju baby doll tengah berjuang keras menatap layar televisi dihadapannya. Matanya enggan terpejam sebelum dia bisa mengimbangi skor cowok yang berada tak jauh dari posisi duduknya, dia tidak akan tidur walau sampai larut sekalipun tadinya.

Dia berani taruhan untuk kali ini dia tidak akan kalah lagi. Jika dia kalah cowok yang hampir seumuran dengannya itu, boleh memakan jatah ice cream miliknya dalam minggu ini. Untuk kali ini dia tidak akan lengah. Untung saja hujan lebat menyamarkan suara cewek cempreng itu, jadi teriakkannya tidak akan terlalu terdengar jelas dari luar rumah.

"Bang, kalau main jangan curang gitu. Gue kalah kan jadinya" gerutu cewek itu dengan melempar stik playstation yang ia genggam sedari tadi.

"Bodo amat. Emang gue pikirin" cowok yang dipanggilnya Abang tidak peduli dengan apa yang dikatakan adik perempuannya.

"Siapa suruh ikutan main" tambahnya dengan menjulurkan lidah. Memang benar adiknya dulu yang menantangnya.

Merasa diremehkan oleh Abangnya, cewek tadi berdiri dan berlari mengejar Abang nya yang sudah dulu ngacir menghindar, untuk mencari tempat perlindungan. Dengan bermodal bantal sofa ditangan, cewek tersebut berhasil menggebuk tubuh Abang-nya. Berkali-kali pukulan bantal sofa itu berhasil mengenai, namun tak ada perlawanan dari cowok yang akan lulus SMA itu.

"David! Manda!! Ini sudah malam kalian besok sekolah jangan main game terus. Cepat tidur" tegur wanita paruh baya yang jika dilihat berumur hampir empat puluh tahun. Ia baru saja keluar dari ruangan yang berada dipojok sana, untuk memarahi kedua anaknya.

Bagaimana tidak marah setiap malam minggu dan malam senin anak-anaknya itu selalu ribut gara-gara game playstation.

David Aldito Aulyan. Anak sulung keluarga Alfina. Sekarang duduk di bangku kelas XII, bersekolah di SMA 2 Nusa Bangsa. Sebentar lagi dia akan lulus, tetapi sayangnya dia masuk jurusan IPS. Memang otaknya tidak sejernih adiknya dalam masalah pelajaran. Otaknya lebih menjurus kepada hal-hal yang ekstrim seperti bermain drum, games dan dia juga anak gunung. Kalian pasti tahulah istilah barusan.

Amanda Violita, anak bungsu dari keluarga Alfina. Umurnya hanya beda setahun dengan Abangnya. Tepat sekali, sekarang dia duduk dibangku kelas XI di sekolah yang sama, so pasti dia anak IPA dong. Cerewet itu jadi kebiasaannya dan hobi melukis hanya iseng saja. Cewek yang berpostur kecil dengan tinggi badan mencapai 160 cm serta bergigi gingsul. Walaupun dia suka ribut dengan Abang tersayangnya, sebenarnya hatinya baik kok.

"Dia dulu yang mulai ma" David menunjuk Amanda. Mulut Amanda menganga, dia tidak percaya David mengadu.

Raut wajah Alfina berubah, kedua tangannya dilipatkan didepan dada. Belum sempat mengeluarkan kata-kata, Amanda buru-buru naik ke lantai atas menuju kamarnya.

"Manda tidur dulu!" teriak Amanda sambil berlari menaiki anak tangga. Sesampainya diatas Amanda teringat sesuatu bahwa tangannya masih memegang bantal sofa.

Seketika niat iseng Amanda keluar, dengan sengaja ia melemparkan kearah bawah bantal yang ia bawa tepat mengenai muka David.

"Sorry bang. Gue sengaja" ucap Amanda sebelum menutup pintu kamar.

David menggeram kesal dan meremas bantal yang dilemparkan Amanda. Alfina sendiri malah geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua anaknya itu. Hampir mirip tokoh kartun tom and jerry, setiap hari tanpa ribut itu hidup rasanya hambar.

Jam dinding ruang tamu menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Masih ada waktu enam jam lebih untuk beristirahat hingga besok pagi. Setelah mengucapkan selamat tidur untuk Alfina mamanya, David naik kelantai atas menuju kamarnya. Kamarnya bersebelahan dengan kamar Amanda. Momen untuk balas dendam akan dimulai esok pagi.

Jangan Hilangkan Dia [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang