#Bonus Cast Characters Rendy Agraiya Akbar
Guru Fisika masuk kedalam kelas XI IPA 4. Amanda uring-uringan menatap guru killer itu. Bapak Mahmud akan segera memulai pembelajaran pagi ini tentang materi gelombang mekanik.
Amanda sungguh malas mendengarkan penjelasan Bapak Mahmud. Handphonenya ia letakkan begitu saja di atas meja, buku hanya dibuka tanpa sedikitpun dilirik isinya. Sebenarnya Amanda cukup menyukai mata pelajaran yang satu ini. Mood-nya saja hanya yang tidak mendukungnya untuk belajar hari ini.
"Woy man, handphone lo kenapa lo taruh situ sih? Kalau sampek pak Mahmud tahu, handphone lo bakal kena sita kayak Mail kemaren" tegur Alfian agak berbisik mengingatkan tapi Amanda tidak menghiraukannya sama sekali. Sebagai teman yang baik, Alfian akan selalu mengingatkan temannya walau dia itu menyebalkan.
"Hm" Sahut singkat Amanda dengan matanya sedikit melirik kearah bangku Fira. Fira tidak ada disana sejak pagi tadi saat lagu kebangsaan Indonesia raya dibunyikan di setiap sudut area Sekolah melalui perantara speaker.
"Pasti lo bahagia banget Do sekarang. Punya pacar tajir dan cantik" Batin Amanda menahan sesak di dadanya.
Drtt.. Drtt..
Rendy A
Perhatikan penjelasan Pak Mahmud sekarang!!Pesan dari Rendy masuk. Amanda memutar bola matanya melihat kearah tempat duduk Rendy. Letaknya hanya berseberangan dengan bangku Meka. Meka masih betah duduk semeja dengan ketua kelas tersebut. Ketua kelas yang menyebalkan bagi Amanda.
Sifatnya menjadi posesif setiap mengawasi teman-temannya. Ketua kelas tidak boleh lengah sedikitpun karena mengemban tugas yang berat. Semenjak masuk ke SMA yang sama, Rendy dan Amanda sudah tidak pernah saling berbicara. Mungkin beberapa kali pernah tapi kebanyakan hanya pesan singkat yang dikirimkan Rendy. Kejadian di masa lalunya membuat Fira hingga kini sangat membenci Amanda.
Amanda tidak mau sampai Rendy menganggap bahwa dirinya masih berharap padanya. Biarkan saja pesan Rendy hanya terbaca tanpa perlu dibalas. Karena memang Amanda sudah tidak memiliki perasaan apa-apa dengan Rendy, cerita yang dulu biarlah berlalu.
"Aman!! Apa yang kamu lakukan? Kamu tidak memperhatikan Bapak lagi?" Sejak tadi guru yang selalu membawa aura mendung di kelas itu memperhatikan Amanda yang tidak fokus pada mata pelajarannya.
Amanda terperajat dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah papan tulis tapi pikirannya masih saja kemana-mana. Hampir semua guru kini sering memanggilnya dengan sebutan Aman, bisa ditebak itu adalah pengaruh dari Alfian pastinya. Pengaruh setan sekolah sungguh cepat menyebar hingga bisa mempengaruhi para guru sekalipun.
"Eh anu pak anu, duh" Amanda kikuk dan rasanya kerongkongannya kering sekali. Ingin beralasan tapi otak dengan bibirnya sedang tidak satu server.
"Anu anu apa? Kamu tidak lihat ini? Tulisan Bapak yang cantik di papan tulis sudah memudar yang berarti spidolnya butuh asupan gizi. Cepat kamu sekarang isi spidol Bapak di luar kelas" suruh Bapak Mahmud dengan gampangnya. Amanda menghembuskan napas lega bahwa handphonenya tidak akan disita. Ternyata hanya disuruh mengisi spidol saja.
"Hahaha" Teman-teman sekelas Amanda tertawa keras. Dan Amanda tidak peduli dengan itu.
Amanda melangkah keluar kelas dengan santai. Tidak ada rasa takut dalam hatinya karena dia kira Bapak Mahmud akan menyita handphone miliknya dan ternyata tidak sama sekali. Ini adalah waktu yang tepat untuk menenangkan pikirannya yang sumpek sejak pagi tadi datang ke sekolah. Mengisi spidol bukan hal buruk, Pak Mahmud masih banyak memiliki spidol cadangan di dalam tasnya jadi perintah beliau yang satu ini diperlambat pasti tidak apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Hilangkan Dia [NEW VERSION]
Teen Fiction⚠ MENENTANG PENCURIAN IDE CERITA ⚠ Cover by Azizah Bawafi Dianggap perusak hubungan orang? Ya itu cukup menyebalkan untuk Amanda tersendiri, apalagi di area Sekolah. Apakah begini rasanya memiliki wajah cantik tapi selalu dianggap negatif oleh orang...