As Brother

567 66 5
                                    

Disclaimer dan Warning masih sama...

Terima kasih karena sudah membaca cerita ini...

Thank you so much for your support..

And then.. Happy reading... 

-------

Sepulang sekolah Gempa menyempatkan diri untuk menjemput Blaze dan Ice di sekolah mereka. Lagipula hari ini ia bisa pulang lebih cepat setelah teman-teman anggota OSIS nya memaksnya rehat dari kegiatan kemahasiswaan itu. Gempa tidak mengerti kenapa teman-temannya bersikap demikian namun ia tidak memungkiri kalau ia merasa senang. Karena dengan begitu ia bisa meringankan beban sang kakak meski sedikit.

Namun sayang, apa yang ia dapatkan ketika ia menginjakkan kaki di sekolah adiknya itu sudah pasti bukanlah hal yang akan meringankan beban Halilintar. Sebaliknya, jika sang kakak mengetahui hal ini, beban yang ditanggungnya justru akan bertambah.

"BLAZE!!", Gempa berteriak sekuat yang ia bisa lalu berlari menerobos kerumunan anak-anak yang bukannya menghentikan pertengkaran itu malah menjadi penonton yang justru menyemangati. Ketika ia melihat keberadaan sang adik dalam jangkauannya, Gempa langsung menahan tangan Blaze yang hendak memukul salah seorang anak lalu menariknya menjauh.

Blaze tampak terkejut begitu menyadari keberadaan Gempa. Namun hanya sesaat sebelum keterkejutan itu berubah menjadi amarah dan adiknya itu mulai berontak dari genggamannya.

"Lepaskan aku! Aku akan menghajarnya! Lepaskan aku Kak Gempa!"

"Blaze berhenti!!"

"Tidak! Biarkan aku memukulnya...."

"BLAZE!!"

Sang adik tampak begitu terkejut ketika Gempa meneriakkan namanya dengan keras. Matanya yang menyala marah perlahan meredup dan berganti dengan mata yang berkaca-kaca sebelum kemudian terisak. Apa yang dilakukan sang adik sontak membuat Gempa tersentak dan sadar kalau dirinya sudah keterlaluan. Dirinya yang jarang marah ataupun meninggikan suara kini berteriak tepat di depan wajah sang adik, jadi wajar rasanya jika reaksi Blaze begitu. Dan hal itu tentu saja membuat Gempa merasa bersalah. Bahkan Halilintar yang terkenal pemarah pun belum pernah membentak adik-adiknya meski semarah apapun ia. Sedangkan Gempa....

"Kak..." Gempa menoleh ke arah samping ketika merasakan sesuatu atau lebih tepatnya seseorang tengah menarik pelan celananya. Dan di sana ia mendapati saudara kembar Blaze yang tengah menatapnya dengan mata yang juga berkaca-kaca. Namun yang lebih menarik perhatian Gempa adalah lebam berwarna biru keunguan yang tampak mengerikan di wajah adiknya itu. Pakaian Ice juga sangat kotor, ada beberapa bagian yang robek. Berbeda dengan Blaze yang meski bajunya kotor namun sekilas tak terdapat luka apapun di tubuhnya.

"Jangan marahi Kak Blaze... I..ini salah Ice..."

Entah hanya perasaannya saja atau memang ia mendengar suara Ice sedikit gemetar. Apapun itu, Gempa yakin ia adalah salah satu penyebab kenapa adiknya tampak begitu takut padanya saat ini.

Ternyata benar kata orang. Orang yang tampak tenang dan murah senyum justru orang yang paling mengerikan ketika marah.

Kak Hali, apa yang harus kulakukan??

-------

Halilintar tengah sibuk membuatkan secangkir coklat hangat di kedai kecil peninggalan kakeknya ketika tiba-tiba saja ia bersin dan hampir menjatuhkan gelas yang ia pegang.

Missing StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang