Sumber: Andi
Perkenalkan, aku Andi, seorang asisten peneliti yang sering ditugaskan ke luar kota. Sering kali aku masuk ke dalam hutan selama berhari-hari dan tinggal dalam hutan dengan menggunakan tenda hanya untuk mengambil beberapa sampel air sungai ataupun sampel tanah. Jika beruntung, aku bisa tinggal di dalam hotel, atau minimal tinggal di sebuah gedung tertutup beralaskan tikar.
Namun kali ini, aku harus tinggal di sebuah tenda selama kurang lebih tujuh hari di dalam hutan yang jauh dari rumah penduduk. Tentunya tidak sendiri. Ada beberapa orang lokal yang ikut membantuku dan tim untuk mengarahkan jalan ke tempat penelitian.
Perjalanan kami cukup jauh. Kurang lebih memakan waktu dua jam dengan berjalan kaki. Sambil memerhatikan lingkungan, untuk buang air, mandi, dan keperluan lainnya.
Orang lokal membawakan beberapa makanan yang sekiranya bisa di makan selama tujuh hari. Mereka pun bersedia kembalinke kota untuk membawakan kami makanan ketika stok makanan habis. Nasi? Kami memasak di atas api unggun dengan peralatan seadanya.
Dan malam pun tiba. Aku sudah bersiap dengan tenda yang kubawa. Seluruhnya terdiri dari empat tenda. Tiga untuk kami, para petugas lapangan. Dan satu untuk orang lokal.
Oh, iya. Kami dari kantor hanya bertiga. Jadi kami menempati tenda, satu orang satu tenda. Sedangkan orang lokal terdiri dari tiga orang yang tidur dalam satu tenda.
Jam sepuluh tepat, kami memasuki tenda masing-masing. Kami harus banyak istirahat untuk menyiapkan fisik yang kuat untuk pekerjaan besok.
Namun lain halnya denganku. Aku memilih untuk mengecek pekerjaanku dan membaca-baca yang sekiranya penting dalam proses penelitian. Tak lupa aku membaca Al-qur'an karena sampai jam sebelas malam pun aku masih terjaga.
Kini jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Aku ingin membuang air karena udara di sini cukup dingin. Mungkin itu membuatku menjadi sedikit beser.
Tidak ada ketakutan yang hinggap di hatiku. Aku merapikan semua kertas-kertas yang berserakan dan,
SSSSRREEEET...,
Aku membuka reseleting tenda itu, yang kemudian menampakkan suasana hutan yang gelap.
"Eh, eh, itu pak Andi keluar, aku mau keluar." Terdengar suara dari tenda sebelah.
"Aku juga ikut," ucap suara lainnya.
Dan terdengar suara reseleting yang di buka.
"Lah, kenapa pada keluar?" tanyaku kepada orang lokal yang muncul dari balik tenda.
"Bapak mau ke sungai, kan? Saya mau ikut. Dari tadi saya menahan pipis," ucapnya.
"Iya, saya juga kebelet pengen kencing," timpal orang yang lainnya.
"Lah, kalo kalian pengen kencing, kenapa ga dari tadi?" tanyaku heran.
"Kita nunggu Pak Andi keluar."
"Kenapa? Takut? Kalian bertiga kok takut? Apalagi kalian orang lokal, seharusnya kalian lebih berani. Masa saya yang sendiri lebih berani dari kalian yang bertiga?" ucapku.
"Bukannya gitu, Pak. Tadi kami dengar ada suara orang loncat-loncat di deket tenda bapak," ucap salah satu orang itu dengan wajah ketakutan.
Aku heran, kenapa aku tidak mendengar apapun?
"Masa, sih?" tanyaku tak percaya.
"Mungkin bapak sudah tidur, jadi Bapak ga tau," timpal orang lokal tanpa ragu.
"Saya sama sekali belum tidur. Dari tadi lanpu di tenda saya juga masih menyala kan?"
Ketiga orang itu tampak tegang. "Tapi Pak, selain suara orang loncat, kami pun melihat bayangannya yang sedang loncat-loncat mengelilingi tenda Bapak. Tidak hanya satu putaran, mungkin 'dia' berkeliling sekitar tiga putaran. Dan kami yakin kalau itu pocong," ucapnya yang kemudian diaminkan oleh dua orang lainnya.
Aku menelan ludah. Namun aku segera mengalihkan pembicaraan. "Sudah, kalian itu terlalu takut sehingga hanya kalian yang lihat. Buktinya saya tidak mendengar apa-apa dan gidak melihat apa-apa. Lebih baik kita bergegas ke sungai."
Mereka pun segera mengikutiku ke sungai. Untungnya, tidak ada hal mengerikan yang berjumpa dengan kami.
![](https://img.wattpad.com/cover/123185654-288-k773320.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Itu Ada
TerrorIni merupakann kumpulan kisah nyata yang langsung saya dengar dari sumbernya. Langsung simak ceritanya.