Sumber: Orang kedua.
Sebut saja namaku Bunga. Aku merupakan seorang ibu rumah tangga yang belum mempunyai anak. Aku baru saja pindah ke sebuah rumah sederhana yang baru saja dibeli oleh suamiku.
Rumah ini bukan rumah baru, melainkan rumah bekas orang lain yang dipindah tangankan kepada kami. Terletak di perumahan yang padat penduduk. Dan tentunya, situasi di sini cukup ramai.
Awalnya, tidak ada yang aneh selama aku tinggal di sini. Suamiku kerja pada pagi hari dan pulang saat sore tiba.
Setiap malam aku ditemani oleh suamiku. Jadi, aku tidak merasa takut jika malam tiba di rumah yang baru kami tempati ini.
Namun, keanehan muncul ketika beberapa bulan kami tinggal di sini. Setiap siang datang, aku merasa tidak pernah sendiri di rumah. Padahal, jelas-jelas suamiku tidak sedang di rumah.
Aku selalu mendengar pintu yang berdecit, seperti ada orang yang membuka pintu dari ruangan, ke ruangan lain. Lalu aku mendengar kursi yang bergeser. Bahkan aku pernah mendapatkan gelas yang terisi air dengan sendirinya, padahal aku belum mengisi gelas itu.
Aku ceritakan hal itu kepada suami. Namun dia tampak tal percaya.
"Ah, mungkin itu cuma perasaan ibu saja," ucapnya seperti itu.
Mungkin memang benar. Mungkin aku belum beradaptasi dengan suara-suara yang mungkin bukan berasal dari suara yang aku pikirkan.
Namun, pada suatu hari, seperti biasa suamiku berangkat bekerja pada pagi hari. Aku mencium tangannya sedangkan suamiku mencium keningku. Itu sudah menjadi kebiasaan. Kemudian suamiku pergi menggunakan motornya.
Selang beberapa jam, atau bisa dibilang saat menjelang tengah hari, suamiku tiba-tiba pulang dari kantornya. Aku kebingungan melihat dia yang pulang begitu saja, dengan keadaan wajah yang sedikit pucat.
"Loh, kok udah pulang, pak?" tanyaku.
"Ga apa-apa. Saya pengen makan di rumah," ucapnya.
"Bapak sakit?" tanyaku lagi.
Suamiku tidak pernah pulang saat kerja apapun yang terjadi. Apalagi hanya untuk makan siang. Karena jarak tempat kerjanya cukup jauh, dan lagi, perijinan untuk ke luar ruangan agak ribet.
"Enggak! Saya ga apa-apa. Sudah, siapkan makan sana. Saya lapar!" Dia membentakku.
Aku cukup kaget dengan perubahan sikap dia. Namun aku tidak banyak bicara lagi dan segera menyiapkan makan untuknya.
Setelah makan, dia mengajakku untuk ke kamar dan melakukan hubungan intim. Aku awalnya merasa aneh. Ini, kan jam kerja. Bukannya dia harus cepat-cepat kembali ke kantor?
Namun lagi-lagi aku tidak berani bertanya karena takut kena marah lagi.
Lalu dia kembali berpakaian dan pamit untuk kembali ke tempat kerja.
Dan jam tujuh malam pun tiba. Ini saatnya suamiku pulang dari tempat kerjanya. Kemacetan membuat suamiku sering kali terlambat sampai ke rumah.
Kau segera menyambutnya dan seperti biasa menyiapkan makan malam dan air untuk mandi.
Dan ketika makan, aku memberanikan diri untuk bertanya karena yang aku lihat, suamiku sudah kembali seperti biasa.
"Pak, tadi bapak kok pulang?"
"Pulang? Seharian tadi bapak ada di kantor. Lagian, mana mungkin bapak pulang. Perjalanannya aja jauh."
Serasa di sambar geledeg, jantungku berdegup kencang dengan pandangan kosong. Aku kembali memutar ingatan ketika suamiku pulang tadi siang. Setiap detiknya terasa sangat nyata. Dan aku yakin bahwa tadi aku tidak sedang bermimpi. Aku yakin dia adalah suamiku. Aku hafal setiap jengkal tubuhnya. Tapi, mendengar pernyataan suamiku, dia tidak mungkin berbohong kepadaku.
Lalu, siapa yang sudah berhubungan intim denganku?

KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Itu Ada
HororIni merupakann kumpulan kisah nyata yang langsung saya dengar dari sumbernya. Langsung simak ceritanya.