Sumber: Mrs. Y & Mrs. A
Panggil aku Yani. Saat itu, hari menjelang magrib. Kebetulan di rumahku sedang ada adikku dan keponakan yang berkunjung.
"Ngga nanti aja pulangnya?" tanyaku kepada Iin, adikku.
"Sekarang aja, deh. Aku belum mengantar Rima juga. Masih jauh perjalanan,"ucapnya.
Suara adzan pun terdengar. Suamiku bergegas pergi ke masjid dan aku beserta anakku ke luar rumah untuk mengantarkan adik serta keponakanku yang akan pulang.
Namun, perhatian kami tertuju pada sosok wanita yang berjarak kurang lebih lima puluh meter dari kami. Dia seorang wanita paruh baya dengan rambut kepang panjang yang tampak sedang menggendong anaknya dengan kain gendongan dan mengayun-ayunkan anaknya sambil menatap ke rumah tetanggaku.
Aku sempat sangsi kalau itu adalah manusia. Bahkan aku bertanya kepada anak, adik dan keponakanku.
"Liat nggak?" tanyaku sambil menunjuk wanita itu dengan dagu.
Mereka mengangguk. Aku sedikit tenang. Berarti dia adalah manusia. Tetapi, kenapa menggendong anak pada saat magrib begini? Di depan pepohonan besar sambil menatap rumah tetanggaku. Apalagi, jalanan di komplek perumahan ini sangat sepi. Tidak ada satu kendaraan pun yang melintas di depan rumahku. Membuat suasana semakin terasa mencekam.
Aku dan anakku segera masuk ke dalam rumah sesaat setelah adikku pergi. Aku bahkan berkali-kali mengintip di jendela untuk memastikan keberadaan wanita itu. Namun, dia masih bergeming dengan posisi yang sama. Itu membuat kami heran. Kenapa tidak pulang? Adzan sudah berkumandang dan hari pun sudah gelap. Jarang sekali ada seorang ibu yang membawa anaknya ke luar rumah selepas magrib. Dan lagi, aku sama sekali belum pernah melihat wanita itu.
"Teh, masih ada, kan, orangnya?" tanyaku pada Mira, anakku.
"Masih," jawab anakku singkat sambil mengintip di balik jendela.
"Kok, ga ngilang ya?"
"Emangnya dia hantu?"
"Ngga tau juga. Tunggu bapak, deh."
Aku pun segera mengambil air wudhu sambil menunggu suamiku pulang.
Baru saja selesai wudhu, suamiku pulang dari masjid. Saking penasarannya, alu langsung bertanya mengenai wanita paruh baya di depan rumah tetangga.
"Bapak liat ibu-ibu yang bawa anak di depan rumah Bu Ati?" tanyaku penasaran.
"Di depannya?"
"Iya, di jalan bapak pulang itu, di depan pohon," tanyaku gemas.
"Ngga. Ga ada siapa-siapa di sana. Lagian magrib-magrib, siapa juga yang mau ke luar rumah?" ucap suamiku.
"Ada, Pak. Dia di situ dari Iin pulang. Emang Bapak ke masjid ga liat orang di situ?" aku menunjuk ke tempat di mana wanita itu sebelumnya berdiri.
"Nggak. Bapak berangkat juga sepi banget. Dari kedua arah jalan, ga ada yang jalan."
"Ada, Pak. Kita keluar ga lama setelah Bapak ke masjid. Masa ga liat ibu-ibu itu jalan? Ibu-ibu bawa anak. Rambutnya di kepang sepinggang." Jantungku mendadak berpacu lebih cepat mendengar perkataan suamiku.
"Ga ada. Makanya, magrib itu diem di rumah. Jangan ke luar. Jadi liat yang aneh-aneh, kan? Udah, ibu sholat dulu," suruh suamiku.
Aku pun menurut dan bergegas menunaikan shalat maghrib.
Sosok wanita itu masih terngiang di pikiranku selama beberapa hari. Sampai akhirnya, aku memutuskan untuk menceritakan hal tersebut kepada tetanggaku.
Ternyata, wanita paruh baya itu kembali datang ke rumah tetanggaku.
Ibu Ati bilang, anaknya melihat seorang wanita dengan rambut di kepang, ciri-ciri yang sama seperti yang aku lihat, berdiri di depan rumahnya pada jam dua dini hari.
Wanita itu memegangi pagar rumah dengan mata menatap ke arah rumah tetanggaku. Ardi, anak ibu Ati, memberanikan diri untuk bertanya kepada wanita tua itu.
"Ibu mau ke siapa?" tanya Ardi.
Namun, wanita itu tidak menjawab dan pergi menjauh, membuat Ardi lari terbirit-birit ketakutan.
~Bersambung~

KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Itu Ada
TerrorIni merupakann kumpulan kisah nyata yang langsung saya dengar dari sumbernya. Langsung simak ceritanya.