Safira yang biasanya paling riang sekarang sedang murung. Entah karena apa dia sedang merasakan galau. Mungkin galau ditinggal doi. Atau diputusin sama calon gebetan? Masih calon aja udah mutusin apa lagi kalau udah jadi yang beneran. Umbar janji malah korupsi.
"Tumben banget loe diam aja?" kata Frizka yang datang membawa nampan segi empat. Karena kalau nampannya bundar udah kayak telur dadar yang nge buat perut lapar.
"Gimana ya ceritainnya"
"Udah ceritain aja. Cerita sama gue itu rapet"
"Emang sabun sirih bisa bikin rapet" celetuk Safira meminum jus yang dibawakan Frizka. Karena memang Frizka membawa 2 jus di atas nampan itu.
"Aelah nih anak, gue serius"
"Gue juga serius" Frizka mendelik menatap Safira
"Bodo amat" ucap Frizka yang putus asa mengajak ngomong Safira yang sedang galau.
"Gini ya nak , gue bingung"
"Bingung kenapa?"
"Loe tahu kan kalau gue suka sama Aqsa dari masuk SMA?" Frizka mengangguk. Dan kembali fokus untuk mendengarkan cerita dari sahabatnya. Telinga yang di bukak lebar dan mata menatap tajam seperti menatap guru agar tidak ketahuan mengantuk.
"Gak sengaja kemarin gue lihat Nadya sama Aqsa sedang makan bareng di kantin. Gue sebenernya marah, tapi masalahnya Nadya itu sahabat gue. Dan lagi dia juga tahu kalau gue suka sama Aqsa"
"Yah mungkin cuma kebetulan aja. Kan Nadya orangnya juga humble"
"Tapi...." Safira menghentikan kalimatnya. Sedangkan Frizka masih senang menunggu kalimat yang akan di ucapkan oleh Safira. Ketegangan menunggu seperti menunggu keputusan siapa yang bakal jadi presiden.
"Gue lihat atmosfer yang beda di sana"
"Gue tahu , Nadya gak bakal khianatin sahabatnya. Mungkin karena cemburu loe kebawa emosi"
"Mungkin. Yang gue pikirkan semoga salah"
Tak berapa lama teman teman mereka datang. Dan disana juga ada Nadya yang lagi dibicarakan.
"Hai guys , ngantin gak bilang²" ucap Anindita sembari duduk. Dan teman²nya mengikutinya.
"Ya lo tadi kemana aja?"
"Gue tadi lagi wakilin pmr buat rapat, hehe" ucap Faradila karena memang wakil pmr.
"Gue tadi juga sibuk , sibuk mimpiin gebetan gue" ucap Nadya menyeletuk membuat ke 4 temannya menatap heran.
"Mimpiin gebetan , emang lo punya gebetan?" ucap Safira yang entah disengaja atau tidak.
Tapi dia tetap menutupi dengan nada bicaranya.
"Punya dong"
"Siapa Nad?" tanya Anindita dan membuat Frizka, Safira dan Faradila semakin menatap Nadya tajam.
"Lee min hoo.." ucap Nadya yang sedang fangirlingan membayangkan wajah lee min hoo.
Wajah yang tampan dan bersih seperti kaca yang habis dibershin dengan cling. Tanpa noda, seperti patung porselin. Postur tinggi dan pasti perutnya sepertu tahu kotak kotak.
"Anjay , gue tadi hampir percaya" ucap Anindita yang sudah tertipu muslihat katak betina.
"Njir , gue termasuk orang bodoh yang percaya kata kata Nadya" sesal Faradila
Sedangkan si Nadya hanya tertawa menanggapi ocehan teman temannya. Karena tanpa adanya lelucon , hidup Nadya bagaikan garam yang tak diberi gula. Anggap aja asin. Kalau asam nanti malah sakit maag. Mending asin aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
kelas koplak
HumorBagaimana jika perbedaan menyatukan mereka? Bagaimana problem bisa menyatukan mereka dan juga dapat memecahkan mereka? Tapi satu yang mereka yakini. Bahwa mereka sahabat yang siap menompang satu sama lain.