12

54 2 0
                                    

Entah sedang mimpi atau apa. Kirana mendengar suara yang membuatnya ingin menonjok orang itu. Rasanya kesal. Disaat dirinya mati matian belajar dengan giat, tapi ada seseorang yang dengan gampangnya mendapat nilai dengan mudah.

"Tante gue bisa copy soalnya"

"Tante lo yang punya fotocopyan itu ya?"

"Iya , nanti kalau kita ulangan. Kita udah tahu soalnya kayak apa. Nanti biar kita dapet nilai tertinggi di sekolah"

"Tapi gue harus bayar berapa ke elo?"

Kirana yang tak tahan dengan obrolan dua cewek yang ada di belakangnya langsung berdiri dan berhadapan dengan mereka. Kirana duduk di depan mereka dan membuka buku yang sempat tadi dia baca. Kedua cewek kecentilan itu terdiam. Di mata mereka ketakutan mulai merajai tubuh mereka. Kirana hanya tersenyum dalam hati. Auranya sudah cukup membuat kedua cewek itu bergidik.

"Kenapa lo gak lanjutin percakapan tadi?" Bisik Kirana. Karena memang masih berada di perpustakaan jadinya mereka tidak boleh berbicara keras keras.

"Kena..pa? Elo mau juga sama soal itu?" Jawab salah satu perempuan yang mungkin bisa dibilang cantik tetapi masih imitasi. Perempuan dengan rambut lurus itu sedikit gugup, tetapi dia masih mampu menghadapi kegugupannya. Sedangkan si rambut pendek hanya bisa menunduk dan salah tingkah. Seperti maling yang sudah ketahuan oleh sang pemilik rumah.

"Bodoh"

"Apa? Lo ngatain gue bodoh. Lo siapa? Cuma anak olim gagal aja bangga" Kirana terkekeh geli dengan sebutan itu. Dia tidak merasa bersalah, itu sebutan untuknya. Dia kalah karena tidak bisa merebut juara satu olimpiade fisika tahun kemarin. Tidak bisa menyumbangkan emas untuk sekolahnya. Tetapi setidaknya dia bisa menyumbangkan perak untuk sekolahnya. Ketimbang dua cewek kecentilan yang ada di hadapannya. Dia boleh berbanggakan?

"That's right. Itu gue. Btw, lo gak ada niatan buat berhenti curang"

"Apa maksud lo?"

"Gue kasian aja sih sama orang tua lo yang susah payah nyekolahin anaknya, tapi anaknya malah curang saat ujian"

"Elo gak tahu apa-apa jangan ikut campur" lagi lagi Kirana terkekeh. Dia mengalihkan pandangannya pada perempuan yang masih menunduk itu.

"Kamu jangan ikutan perbuatannya ya, gak baik"

"Apa tujuan lo kesini?"

"Gue cuma ngingetin, bermainlah secara sportif masa depan lo akan terbentuk dengan sendirinya"

"Kenapa harus sportif? Elo takut kesaingan gue kan" perempuan rambut lurus itu tersenyum dengan devil.

"Takut? Sorry , gue bukan orang yang mentingin derajat. Cuma sorry aja, gue gak trima dengan perilaku lo. Dengan mudahnya lo punya soal itu dan yang lainnya dengan susah payah belajar, sedangkan elo. Saat ulangan tinggal nyalin jawaban doang"

"Elo pinter Kir, gue gak bisa kayak elo yang langsung ngerti jawaban dengan sekali baca soal"

"Karena gue belajar"

Hening , perempuan itu terdiam. Entah setan apa yang mengusik pikiran Kirana. Kirana yang biasanya gak mau tahu dengan urusan orang lain, malah dia yang ngelabrak orang itu. Rasanya hari ini tidak ia banget.

"Lo cantik aja butuh proses, sama kayak belajar. Gue harap kalian gak ketahuan. Sorry ganggu waktu kalian" Kirana berdiri. Dia segera meninggalkan perpustakaan itu. Rasanya ia ingin marah sekali.

Ya, Kirana tahu. Dunia ini memang tidak ada yang bersih. Sekalipun dalam dunia pendidikan maupun pemerintah. Masih adanya kecurangan siswa maupun korupsi di tingkat pusat.

Bukan salah pemerintah. Itu adalah salah kita sendiri. Karena faktor kebutuhan dan keinginan mereka berani melakukan hal yang tidak  pantas.

Mungkin secontong es krim bisa membuat moodnya kembali. Dia menuju ke kantin yang senyap dan sepi. Hanya beberapa anak yang masih mengenakan seragam olahraga yang memasuki kantin. Dan itu pun masih adik kelasnya.

"Makasih" ucap Kirana saat membayar es krim nya. Duduk di meja kantin sepertinya ide yang bagus. Biarkan jika nanti guru melihatnya, karena hatinya kesal dia ingin hari ini masuk BK. Rasanya sudah lama dia tidak berkunjung kesana. Entah karena kekurangan atribut sekolah , ataupun pemakaian atribut salah dan kadang juga telat adalah alasan kenapa Kirana berada di BK.

Tring....

Kirana membuka pesan yang ada di ponselnya. Matanya melebar. Nama Rangga tertera di ponselnya. Dan kali ini pesan yang dikirim Rangga tidak mengenai pelajaran atau tidak penting. Tapi bagi Kirana pesan dari Rangga semuanya penting.

Rangga
Kir
Ana
Kirana
Kirana Diandra

Kirana
Kenapa Rang?

Rangga
Besok lo sibuk gak?

Kirana
Gak, kenapa?
Mau belajar bareng?

Rangga
Enggak , mau jalan aja

Kirana
Jalan kemana? Sama gue?

Kirana memastikan apakah hanya dia dan Rangga yang akan jalan. Atau bersama sahabatnya yang lain. Tapi Kirana berharap semoga hanya dia dan Rangga. Entah kenapa dengan berwhatapps an saja hatinya berdebar. Apakah dirinya mampu seharian dengan Rangga?

Rangga
Sama nyokap lo
Ya sama lo lah

Kirana
Ow, Oke. Jamber?

Rangga
Nanti gue wa lagi

Moodnya yang tadi rusak kembali lagi. Kirana sudah tidak membutuhkan es krim yang tinggal setengah itu sebagai penyemangatnya. Kirana tersenyum. Dia berharap bisa menghabiskan waktu seharian dengan Rangga. Biarkan dia berdekatan dengan Rangga untuk sebentar saja. Untuk kali ini saja , dia berharap menjadi egois.

"Sorry Nes, Rangga gue pinjem sebentar" gumam Kirana.

Satu pesan diterima oleh ponsel Kirana. Dia segera mengambil ponselnya yang tergeletak di samping buku biologi. Kirana cemberut. Bukan Rangga yang mengechatnya.

Dendeng
K
I
R
A
N
A

Kirana
?

Dendeng
Lo dimana?

Kirana
Di hatimu? Eeaak

Dendeng
Uluh.. 😍
Gue terbang
Dapet gocengan dari mana?

Kirana
Pas mangkal di SPBU

Dendeng
Serius nyet, lo dimana?

Kirana
Lagi di lampu merah
Perempatan sekolah kita

Dendeng
Lo kalau gak ke kelas 5 menit lagi
Tas lo akan gue gantung di depan pintu

Kirana menggeram. Terakhir saat Dendy usil , tas Kirana dan sepatu Kirana berakhir di atas pintu kelas. Dia yang pendek tidak bisa menjangkau tas itu. Dan lagi , gak mungkin jika harus menyeret bangku untuk dijadikan pijakan. Dia gak mau berakhir 2 jam menghafalkan surat surat pendek di mushola. Dengan guru Killer, rasanya seperti penilaian amal jariyah. Untung ada Rangga yang mau mengambilkan. Lagi lagi Rangga kan.

Kirana
Iya iya , gak sabaran banget

Dendeng
Nah gitu dong
I miss you 😘😂

Kirana
💩😪

kelas koplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang