7

72 5 0
                                    

Nadya yang sedari tadi di tinggal oleh para sahabatnya, akhirnya harus ke kantin sendirian. Faradila dan Kirana rapat PMR bersama PALA. Si Frizka katanya rapat OSIS. Nesya sendiri sedang mojok dengan Rangga. Anindita sama Safira sendiri lagi males keluar kelas.

Rasanya Nadya ingin menyeret mereka berdua agar mau berjalan-jalan menemaninya ke kantin. Perutnya sedari tadi berbunyi. Segera Nadya memesan bakso dan es teh. Daripada di kelas kelaparan , mending sendirian tapi dirinya kenyang.

Duduk dengan sikap sempurna, makanan sudah didepannya rasanya ingin segera menghabiskan tanpa sisa menunya kali ini. Ditemani es teh membuat harinya semakin segar.

Makan bakso itu , harus dihabiskan sekuah kuahnya. Karena citarasa bakso itu dari kuahnya. Itulah kata-kata yang diingat Nadya, saat berdebat dengan Kirana tentang makan bakso. Karena dirinya , lebih suka bakso dengan kuah sedikit. Itu pun kuahnya pasti masih sisa.

"Hai" ucap laki laki itu dan duduk di depan Nadya

Nadya membelalak. Di depannya ada seonggok manusia yang ia idamkan. Rasanya ia ingin tersenyum dan berteriak sekerasnya. Agsa sekarang di depannya. Dan mengatakan hai kepadanya. Dunia memang saat ini adalah miliknya.

"Kok malah bengong , ayo makan" ucap Aqsa dan memasukkan baksonya ke dalam mulut. Nadya mengikuti gerakan Aqsa. Memasukkan baksonya ke dalam mulut. Seperti adegan Slowmotion. Bukan Snow white ataupun Snow Ball  seperti di playstore. Tapi Slowmotion.

"Lo gak pakai sambel Nad?" Aqsa melirik bakso yang dimakan Nadya masih bening tanpa campuran sambal ataupun borak apalagi bahan pengawet.

"Enggak, gue gak suka pedas"

"Sehat banget hidup lo. Gue malah maniak banget sama sambel" ucap Aqsa dan kembali memakan baksonya

Nadya menghentikan aktivitas memakannya.

"Oh ya? Emang Lo suka sambel apaan?"

"Itu sambel yang dinyanyiin ayu ting ting"

"Sambal apaan?" mengernyit bingung apa yang dikatakan Aqsa

"Sambalasambalasambalado" ucap Aqsa dengan menyanyikan lagu sambalado ciptaan ayu ting ting

"Haha , lo ternyata maniak dangdut juga"

"Kenapa salahnya dangdut? Toh dangdut juga budaya Indonesia" Nadya membenarkan ucapan Aqsa. Karena lagu dangdut juga sebagai budaya Indonesia dan menjadi lagu ciri khas negara ini. Tapi yang Nadya sayangkan sikap masyarakat Indonesia saat terjadi konser dangdut. Saling jotos dan minuman keras bertebaran. Dan saat itulah dangdut menjadi negatif karena identik dengan saling jotos saat bergoyang , dan miras ada saat sebagian penonton ingin menyenangkan dirinya sendiri.

"Bener, tapi harus ada konser dangdut dengan tertib" Aqsa terkekeh.

"Bener tu Nad. Gue setuju sama elo"

"Lo tuh anggota osis, kalau bikin acara dangdut pas diesnatalis, suruh semuanya tertib"

"Kapan kapan ajalah , lagian diesnatalisnya juga masih lama"

"Iya juga sih"

Percakapannya dengan Aqsa memang sederhana. Tapi rasanya terasa istimewa. Disaat dirimu ingin mendekat tapi dia seakan akan menjauh dan sulit digapai. Tapi saat dirimu menjauh dirinya seakan menarik dirimu untuk mengejarnya lagi. Itulah saat ini dirasakan Nadya. Walaupun Aqsa tidak tahu perasaan Nadya kepadanya. Tapi Nadya berharap , hubungan teman seperti ini sudah cukup. Melihatnya tersenyum karena kita, sudah menjadi kebahagiaan tersendiri oleh Nadya.

Apakah aku boleh berharap?

......

Kirana menatap mata penuh dengan air itu. Setiap sudut matanya telah terpenuhi dengan air. Kirana juga merasa bersalah karena membuat temannya menangis karenanya. Kirana diam dan memberikan selembar tisu dan menepuk bahu temannya. Tepukan yang berharap memberikan ketenangan padanya.

kelas koplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang