Kirana masih terngiang kata kata Ilona. Rasanya pipinya sudah sangat panas. Kadang dia juga tidak percaya tapi melihat Ilona juga dekat dengannya tidak mungkin kan Ilona bohong.
Sekarang tujuannya satu. Membawa minuman kaleng untuk seseorang yang membuat kasus ini selesai lebih cepat. Tanpa terasa senyum Kirana terukir saat kembali kata kata Ilona terngiang di benaknya.
Rangga emang gak salah pilih. Pernyataan yang terucap dari bibir Ilona membuat hatinya menaruh harapan besar. Tapi logikanya menentang. Dilihat dari segimanapun, Rangga paling dekat dengan Nesya. Mana mungkin Rangga menyukainya? Memang dulu Kirana dan Rangga sangat dekat. Mungkin kedekatan itu juga yang membuat Kirana menyukai Rangga. Sifat Rangga yang sederhana membuat perasaan Kirana berubah lebih dari sekedar teman. Tingkah laku Rangga juga membuat dirinya merasa teristimewa. Tapi itu dulu.
Dan sekarang Nesya yang berada di posisi itu. Dia melihat seseorang yang sedang duduk di bangku penonton lapangan futsal. Dan orang itu tak lain adalah Rangga. Bersama Nesya yang dengan wajah yang ceria. Mereka tertawa. Betapa bahagianya mereka. Kirana ingin berbalik. Tapi dia melihat minuman kaleng yang berada di kedua tangannya.
Dia tersenyum. Menghembuskan nafas adalah cara alternative untuk meredakan kegugupan.
"Permisi" kedua orang itu berhenti tertawa dan memandang Kirana. Rangga dengan senyumnya yang lebar dan Nesya dengan keterdiamannya yang mendadak.
"Boleh gue ngomong sama Rangga sebentar Sya?" Ucap Kirana berada di samping Nesya yang duduk. Nesya tersenyum.
"Silahkan , mau ngomong apa Na?" Tanya Nesya
Kirana tersenyum agak kikuk. Dia tidak ingin Nesya tahu apa yang menjadi topiknya kali ini.
"Sorry , gue cuma ingin empat mata aja" ucapnya pelan. Sedikit rasa bersalah menghinggapi Kirana. Wajah Nesya sudah berubah menjadi jutek tapi dia menutupinya dengan senyuman yang lebar. Kirana lagi lagi menghembuskan nafasnya. Mungkin setelah ini dia akan belajar bernafas di dalam air.
"Oke , gue tinggal dulu. Gue duluan ya Ga" Rangga mengangguk dan mempersilahkan Kirana duduk di samping Rangga. Tempat saat Nesya berada di sebelah Rangga.
"Lo mau ngomong apa Ra?"
Kirana menyodorkan minuman kaleng itu. Rangga menerimanya tanpa mengucapkan terima kasih. Kirana sendiri masih diam dan malah membuka minuman kaleng yang ia bawa. Karena sedari awal dia membawa dua minuman.
Rangga masih memperhatikan apa yang dilakukan Kirana. Dia sendiri juga sudah mengikuti kegiatan Kirana. Meminum sedikit minuman tersebut.
"Gue mau bilang makasih buat segalanya. Lo udah bantu gue buat ngungkap kasusnya Ilona. Tanpa bantuan Lo, mungkin kasus ini belum selesai" ucap Kirana akhirnya
"Oh masalah itu, gak usah terima kasih. Gue ikhlas nolongin , apalagi menyangkut Ilona. Karena dia adalah sahabat gue, gue gak nyangka aja kalau dia berani seperti itu" jelas Rangga yang mengepalkan tangannya sehingga kaleng itu sedikit penyok.
"Lo marah?" Tanya Kirana yang melihat gerak gerik Rangga. Walaupun dia menghadap ke depan , tidak berarti Kirana tidak tahu apa yang dirasakan Rangga. Percayalah orang yang kesehariannya cuek, pada suatu kejadian pasti menjadi orang yang terpeka diantara orang-orang peka.
"Jujur gue marah, tapi gue juga gak bisa nyalahin Ilona"
Diam. Kirana diam. Dia ingin mendengar lanjutan kalimat yang keluar dari bibir Rangga.
"Saat gue tanya , dia selalu bilang baik baik saja. Bodohnya gue, gue gak sadar sejak kapan nilai bahasa indonesia milik Ilona lebih unggul dari gue. Gue pikir dia belajar sungguh sungguh , sehingga gue percaya Ilona bekerja keras untuk mendapatkan nilai tersebut. Karena pada dasarnya Ilona itu paling bodoh jika berurusan dengan pelajaran bahasa"
KAMU SEDANG MEMBACA
kelas koplak
HumorBagaimana jika perbedaan menyatukan mereka? Bagaimana problem bisa menyatukan mereka dan juga dapat memecahkan mereka? Tapi satu yang mereka yakini. Bahwa mereka sahabat yang siap menompang satu sama lain.