"Mengenalmu bagaikan memecahkan teka teki rubik. Menggabungkannya menjadi potongan potongan warna yang senada"
..........
Bukan seperti Faradila biasanya. Faradila yang biasanya senyum dan ceria sekarang hanya bisa diam. Memandang wajah di depannya membuat hatinya dingin. Seperti es di kutub utara.
"Ya, gue butuh team medis cuma 8 orang. Soalnya kesepakatan guru kayak gitu"
"Kalau gitu, kapan acara mendakinya?" tanya Dirgantara
"Minggu depan. Jam 6 harus udah kumpul di sekolahan"
"Oke kalau gitu gue akan kabari Lo lagi, siapa yang akan ikut partisipasi "
Dirgantara mengangguk. Kirana menatap Faradila yang masih terdiam. Faradila yang biasanya cerewet sekarang Kirana menemukan pawang yang dapat menyembuhkan kecerewetan Faradila.
"Kalau gitu gue pergi dulu , ada urusan mendadak. Kalau Lo pengen ngobrol tentang masalah ini lebih lanjut, wakil gue yang akan lanjutin"
"Lo mau kemana? Perasaan tadi-" tanya Faradila dan langsung di jawab oleh Kirana.
"Rahasia , kalau nanti gue bilang ke Elo bukan rahasia lagi melainkan rahasia umum" ucap Kirana dan mendapat cibiran Faradila.
Faradila melihat Dirgantara yang tertawa. Merasa dunianya sekarang adalah Dirgantara. Padahal Dirgantara adalah lelaki biasa. Dengan sifat baiknya Dirgantara akhirnya bisa terkenal seantero SMAPA.
Cowok gemar otomotif dan futsal, membuat cewek manapun akan melihat Dirgantara dengan tatapan suka. Apalagi Ekskul yang diikutinya adalah PALA. Membuat sebagian besar grup PALA sekarang diisi oleh banyannya murid cewek. Mungkin karena Dirgantara juga.
"Lo boleh ngobrol sama gue" ucap Dirgantara membuat Faradila salah tingkah. Sebenarnya dia sudah tidak tahu kapan Kirana meninggalkannya dengan Dirgantara. Tahu tahu Dirgantara bilang boleh ngobrol dengannya.
"Aa..iya" ucap Faradila reflek karena terkejut
"Gue pernah lihat Lo waktu MOS"
"Iya, kan Kita satu SMA"
"Iya juga ya, hehe"
Suasana diantara mereka sangat canggung. Karena Faradila yang Tidak pandai berbicara di depan Dirgantara sedangkan Dirgantara sendiri baru mengenal Faradila beberapa hari yang lalu.
"Oh iya Dir, gue pergi dulu. Ada urusan yang gue lupa mau gue lakukan" ucap Faradila lalu berdiri. Tanpa menunggu balasan Dirgantara, Faradila beranjak dari tempatnya berdiri. Tetapi ada sebuah tangan yang mencekalnya.
"Gue minta nomer wa Lo"
Blank. Otak Faradila seperti berasap. Rasanya lebih sulit memikirkan Dirgantara ketimbang soal fisika yang biasanya dia nyontek pada Kirana.
........
"Lo yakin dia mau kesini?"
"Yakin , nih gue udah chat dia" dengan memberikan ponselnya yang memperlihatkan chat seseorang.
Dendy dan Kirana meminum minuman kaleng yang di beli di kantin tadi. Mereka duduk di taman belakang yang sepi dari jangkauan siswa maupun siswi di SMAPA atau SMA Pahlawan. Karena tempat itu terkenal angker oleh warga SMAPA. Tapi bagi Kirana dia percaya jika mereka tidak menganggu maka dia tidak menganggu.
"Hei" ucap seorang laki laki yang datang menemui Kirana dan Dendy. Dia segera duduk di sebelah Kirana.
"Hai , sorry gue ngajak ketemuan disini" ucap Kirana
"Iya gak pa-pa, pasti ada kepentingan yang membuat harus ketemuan di tempat seangker ini"
"Loh jadi Adrian yang lo maksud" tanya Dendy yang heran. Karena di kontak Kirana dinamakan Sombong. Jadi Dendy tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Kirana.
Ternyata adalah Adrian. Kalau sama Adrian dia sudah seperti soulmat. Bukan, tepatnya seseorang yang Dendy kenal sejak dulu.
"Heeh" ucap Kirana mengangguk dan menoleh ke sebelah kiri. Karena Dendy yang duduk di sebelah kirinya.
"Kalau sama Adrian gue bisa minta tolong dari kemarin tanpa bantuan elo"
"Yeey , dibantuin malah gak ngehargain gue" ucapnya dengan Nada cemberut.
"Iya iya, gue terima kasih tapi nanti aja kalau misi kita udah selesai"
"Jadi apa yang gue harus lakukan?" tanya Adrian yang mungkin udah bosan dengan perdebatan antara Dendy dan Kirana.
Satu hari tanpa berdebat mereka bukanlah Dendy dan Kirana. Dan berdebat itu adalah kegiatan wajib bagi mereka. Dari hal sepele pun mereka pasti tak sepaham.
"Gini, Lo kan ketos kan. Bisalah ya kalau lihat cctv di sekolah ini"
Adrian mengangguk membenarkan perkataan Kirana. Karena memang dia bisa mengakses cctv di sekolah itu.
"Jadi gini, gue minta rekaman cctv pada jam sekitar 12 siang. Dimana pak Budi keluar dari kantornya dan kemana dia pergi. Lo harus dapet rekaman itu"
"Emang buat apa?"
"Kita gak bisa jelasin sekarang. Tapi gue mohon sama lo yan, Lo tolongin kita buat dapetin rekaman itu. Lo tolongin kita bakal dapat pahala yang besar" ucap Dendy dan perutnya disikut Kirana.
"Please , Lo harus percaya kita. Kita gak bakal nyelakain orang, termasuk Elo. Tapi kita bener-bener butuh rekaman itu" ucap Kirana memohon pada Adrian.
Dia memandang Kirana dan Dendy secara bergantian. Entah ada angin apa mereka berdua jadi kompak. Dikelas aja mereka seperti kucing dan tikus. Sekarang malah seperti kucing dan tikus yang sedang bekerjasama untuk mengusir anjing.
"Baiklah, tapi tolong kalau ada bahaya gue gak jamin"
"Janji" ucap Kirana antusias.
"Dan satu lagi yan, tolong ambil rekaman saat Lolita keluar dari kelas sekitar jam segitu dan dia kemana"
Adrian mengangguk.
"Itu aja kan , kalau gitu gue pamit. Gue akan cari sekarang. Dan kalian selamat berpacaran" ucapan Adrian membuat mereka melirik satu sama lain."Kita gak pacaran" ucap mereka kompak.
"Iya deh gue iyain , semoga langgeng"
"Awas Lo yan, gue gak akan ajak Lo trip lagi besok" sedangkan Adrian sudah pergi meninggalkan mereka berdua yang teriak teriak gak jelas.
Kucing dan tikus kembali bertengkar. Tanpa bertengkar membuat mereka bukan dinamakan Kirana dan Dendy.
.......
KAMU SEDANG MEMBACA
kelas koplak
HumorBagaimana jika perbedaan menyatukan mereka? Bagaimana problem bisa menyatukan mereka dan juga dapat memecahkan mereka? Tapi satu yang mereka yakini. Bahwa mereka sahabat yang siap menompang satu sama lain.