11

59 2 0
                                    

Suara meminta tolong samar samar di kedua telinga mereka. Mereka masih mengikuti arah suara itu.

"Tolong" semakin jelas suara tersebut.

"Ra , arah sana"

"Iya Den, kita coba ke sana" Dendy mengangguk dan mereka sedkit berlari. Tanpa sadar mereka menggandeng satu sama lain. Dendy menarik tangan Kirana. Menggenggamnya dengan erat.

Suara itu sudah berada di depan sana. Tapi sebuah jurang menghentikan langkah mereka. Mereka tak mendengar suara meminta tolong lagi.

"Woooiii , ada orang disini?" Teriak Dendy

"Disini Dy, dibawah" sahut suara itu. Mereka langsung melihat Aqsa yang duduk dengan kaki di selonjorkan. Dan dari rautnya terlihat kesakitan disana. Darah keluar dari kaki Aqsa.

Mereka bergegas mencari cara menyelematkan Aqsa.

"Gue akan turun Ra" ucap Dendy

"Tapi Den , bahaya. Kenapa gak panggil bantuan dulu"

"Gak sempet. Gue bakal baik baik aja" dengan mengusap puncak kepala Kirana. Kirana mengangguk.

"Gue akan cari obat buat hentikan pendarahan"  Dendy tersenyum dan beralih ke Aqsa yang wajahnya sudah pucat. Kakinya masih mengeluarkan darah. Dendy turun dengan perlahan.

Jurang itu tak terlalu dalam dan juga tak langsung menjorong. Sesekali Dendy memegang pohon untuk menjadi pegangannya saat turun. Sampai akhirnya dia sampai di depan Aqsa.

"Lo bisa jalan gak?"

"Kagak, kaki gue sakit Arrghh"

Dendy segera membopong Aqsa. Naik ke atas bukan hal gampang. Dia juga harus membawa Aqsa. Dan tangan satunya untuk berpegang pada pohon² supaya dia tidak terjatuh ke bawah. Aqsa sesekali meringis saat dirinya melangkah bersama Dendy.

Tinggal satu pijakan lagi mereka akan sampai di atas. Tapi tangan Dendy tergelincir saat ingin memegang satu pohon.

"Arrghh"

"Pegangan" teriak Kirana dengan menarik tangan Dendy. Kirana dengan sekuat tenaganya menarik mereka berdua. Dan Dendy mencari pijakan yang pas untuk dapat mendorong dirinya ke atas bersama Aqsa.

"Ra tarik" Kirana menarik Dendy yang juga mendorong dengan kakinya. Mereka terjatuh. Tetapi untunglah mereka bisa sampai di atas.

"Hah...hah.." Deru nafas mereka masih ngos-ngosan. Kirana segera berdiri dan beralih ke Aqsa yang sudah tergeletak dan dengan wajah yang pucat.

"Sa, kenapa lo bisa jatuh?" Tanya Kirana yang sudah berjongkok di depan kaki Aqsa.

"Gue gak tahu , waktu gue mau nyari suara minta tolong. Gue di dorong seseorang. Tapi gue gak tahu siapa yang dorong Arrgghh... Sakit Na" jelas Aqsa sambil mengaduh kesakitan. Padahal Kirana hanya menempelkan daun yang ia temukan. Kirana berharap dengan daun itu, pendarahannya bisa berhenti dan tidak terjadi infeksi.

"Cemen banget lo"

"Untung gue masih sakit"

"Gitu aja sakit, kenapa gak sekalian lo di makan uler. Biar hilang sekalian" ucap Dendy dengan tersenyum Devil.

"Hussh... Omongan lo bisa dijaga kagak. Angsa lagi kesakitan malah lo doain kayak gitu. Lo temen apaansih" ucap Kirana yang masih membuat simpul dengan slayernya. Setelah dia menempelkan daun itu ke kaki Aqsa, dia membalutnya dengan slayer yang setiap anggota PMR selalu membawanya kemana saja. Itu adalah kain wajib yang dibawa seorang PMR.

"Hahaha... Uluh uluh. Si Angsa lagi kesleo" Dendy malah tertawa dan mendapatkan sahabatnya yang sudah kesal.

"Gue lebih sakit lo panggil Angsa ketimbang luka yang gue alami sekarang" dengan mendramalisir keadaannya sekarang.

kelas koplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang