15

94 3 1
                                    

Hal yang tidak Kirana duga. Bahwa sosok Dendy yang menyebalkan sekarang sedang terpuruk disisi sang mama yang tidur begitu pulas. Ya, tante Via sudah di pindahkan ke ruang inap. Walaupun belum sadar, tapi kondisi tante Via mulai membaik.  Tidak sampai mengalami gagar otak. Tetapi benturan yang dialami tante Via sangat berbahaya. Mungkin jika Dendy telat sedikit saja membawa tante Via ke rumah sakit, entah apa yang terjadi.

Kirana hanya melihat Dendy yang duduk di sebelah mamanya. Kadang Dendy berbicara layaknya tante Via masih bisa menanggapi ucapan anaknya. Kadang juga Dendy terdiam dan hanya mengusap tangan sang mama.

Entah kenapa hatinya menghangat. Dia bersyukur di besarkan dalam lingkungan keharmonisan.

Suara getaran ponsel membuat Kirana mencari ponselnya. Ternyata banyak notifikasi masuk dalam ponsel miliknya. Sms dari Rangga pun belum dia buka. Menscroll ke bawah terdapat postingan dari sahabatnya.

Kirana tersenyum. Menatap postingan temannya tanpa dirinya. Mereka berenam sangat cantik dan terlihat anggun. Tak apa tidak di tag dalam akun instagram itu. Karena memang dia tidak ikut dalam foto. Dan lagi dirinya tidak menghadiri peristiwa penting perayaan ulang tahun sahabatnya.

Ceklek...

Dengan sigap, Kirana buru-buru duduk dari posisi rebahannya di sofa. Seorang laki laki berperawakan tinggi memakai jas dan sepatu hitam mengkilap memasuki ruangan. Tatapan matanya tajam. Kirana hanya bisa bungkam saat mata elang itu menatapnya. Wajahnya sangat familiar dengan seseorang.

Bughtt...

Dengan gesit Dendy mengayunkan tangannya sampai mengenai pipi laki laki itu. Kirana segera bangkit dan menolong lelaki yang sudah jatuh saat pukulan Dendy tepat mengenai sudut bibirnya dan berdarah.

"Harus pulang kalau mama sakit dulu?" Amarah Dendy meluap. Lelaki itu bungkam dan Kirana hanya bisa berdiam.

"Gue kerja, bukan rekreasi" elak lelaki itu

"Seenggaknya lo kasih kabar tiap hari biar mama gak khawatirin elo. Masalah mama banyak. Gak hanya mikirin elo yang gak ada kabar"

Diam. Lagi lagi lelaki itu diam. Dirinya mungkin membuat kesalahan kepada mamanya dan membuat adiknya begitu benci kepadanya. Dia hanya ingin membahagiakan keluarganya. Dengan bekerja di perusahaan terkenal di dunia. Pasti semua orang tua bangga memiliki anak seperti dirinya.

"Maaf" kata yang begitu Dendy nantikan. Mata elang Dendy menatap mata milik sang kakak. Mata mereka berbeda. Dendy memiliki mata seperti ibunya sedangkan Kakaknya memiliki mata seperti sang ayah. Tidak adil bukan jika mata Dendy sama dengan mata ibunya, mengapa dirinya tidak dapat mendonorkan darahnya.

"Gue keluar" ucap Kirana dan meninggalakan pertengkaran mereka berdua. Rasanya tidak sopan jika dirinya berada diantara masalah keluarga orang lain. Kirana berharap semoga tidak ada yang terluka diantara mereka berdua.

Duduk di depan ruangan memang membosankan tetapi lebih baik daripada harus melihat amarah kakak beradik yang bertengkar. Suara pintu ruangan terbuka. Dendy keluar dengan mimik yang sulit di artikan. Seperti aura dingin keluar dari tubuh Dendy.

"Ayo, gue anter pulang" ucap Dendy. Kirana melihat jam tangannya. Benar, waktu menunjukan 09.00 malam. Kirana mengangguk. Dia hanya mengekor pada Dendy yang berjalan di depannya. Sesekali Kirana menggangguk kepada suster yang tersenyum melewati dirinya.

........

Kirana melihat mobil Dendy yang sudah meninggalkan rumahnya. Mungkin dirinya sekarang akan melanggar peraturan rumahnya. Ah biarkan. Untuk sekali ini saja.

Tanpa menunggu waktu lama. Kirana segera mengayuh sepedanya yang berada di luar bagasi. Jika dia menggunakan motor, mungkin dirinya akan ketahuan orang tuanya. Dan resiko terbesar dia tidak akan diijin kan keluar malam lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kelas koplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang