Chapter 3 : Bad

1.9K 153 18
                                    

Hari ini mendung, awan-awan gelap yang berkelut sudah terlihat. Semua orang tengah bersedih, sahabat, teman, dan keluarga banyak yang menangis. Sore ini di pemakaman, tidak menyangka kalau laki-laki itu pergi secepat ini, masih banyak orang-orang di sekitar nya yang sangat menyayangi nya, namun tatkala ini memang sudah takdir.

Seorang wanita cantik berambut blonde sambil memeluk putri kecil nya tengah menangis, jauh dari kata menangis, bagi nya hari ini adalah hari yang paling buruk dalam hidup nya. Dia menangis tersedu-sedu.

Di sebelah wanita cantik itu ada Marshal, dia turut prihatin dengan apa yang menimpa musibah tadi malam, Marshal juga menangis kenapa orang yang dulu dekat dengan nya dan di sayang sampai sekarang malah pergi secara mendadak.

Hari ini adalah hari pemakaman Nathan Matthew Gorgersy.

Semua kerabat, sahabat, keluarga dari Gorgesy dan Malik tengah berkabung. Perrie yang dari tadi tidak henti-henti nya menangis, sedangkan Marshal menangis dan tersenyum miris sambil menenangkan Perrie yang tidak terima akan di tinggalkan secepat ini oleh Nathan.

"Perrie bersabarlah, mungkin ini sudah takdir." Marshal berusaha menenangkan Perrie yang dari tadi tidak berhenti untuk menangis, sedangkan Marshal mengontrol untuk tidak menangis lagi.

"Bagaimana bisa kau pergi begitu saja..." Lirih Perrie. Dia terlihat sangat buruk kehilangan suami nya itu tadi malam. Kecelakaan yang menimpa suami nya itu tadi malam membakar habis mobil Nathan yang sedang menyetir seorang diri saat menuju London.

Hari itu Nathan akan pulang ke London setelah bisnis nya dengan klien telah selesai. Tapi malah kabar buruk yang datang.

Awan mulai terlihat makin mendung tanda nya akan hujan, sedangkan yang masih ada di pemakaman hanya aku, Perrie, Zayn dan putri kecil Perrie. Marshal menitipkan Clouie dan Jordan pada Waliyha.

"Perrie ayo kita pulang... sebentar lagi akan turun hujan." Kata ku menasehati Perrie yang masih enggan meninggalkan makam Nathan.

"Tidak Shell! Tidak... aku tidak bisa menerima kalau aku sudah kehilangan nya..." Lirih Perrie, Marshal tau Perrie terlihat tersiksa dengan perasaan yang buruk hari ini. Marshal juga belum menyangka jika Nathan pergi secepat ini.

"Kau jangan menangis terus Perrie. Nathan tidak ingin kau bersedih terus, dia ingin kau selalu tersenyum." Marshal tersenyum ke arah nya untuk meyaking kan, dia seperti membohongi diri nya sendiri, dia juga masih sesak akan kehilangan 'mantan kekasih' sekaligus teman nya.

"Kau jangan coba-coba membohongi diri mu sendiri Shell!" Pekik Perrie dengan amarah dan sorot mata Perrie yang penuh dengan kesedihan.

"Maafkan aku Peez, tapi aku hanya ingin membantu..." Gumam Marshal lirih. Dia mulai mengeluarkan air mata nya lagi, dia memang tidak bisa meyakinkan Perrie, karena dia juga membohongi diri nya sendiri.

Zan mulai berjongkok lagi di samping Perrie, "Ayo Perrie, kita harus pergi, awan sudah semakin gelap, sebentar lagi akan hujan." Zayn juga mulai mengacak-ngacak rambut nya frustasi, hanya karena tidak bisa meyakinkan Perrie.

"Aku tidak bisa Zayn... Aku tidak ingin meninggalkan Nathan..." Gumaman lirih Perrie tentu terdengar oleh Marshal dan Zayn, dan mereka tau itu. Mereka juga berduka dan sedih, tapi mereka tidak ingin berlarut-larut.

"Perrie tolong dengarkan aku. Nathan tidak ingin kau bersedih terus karena dia pergi, dia ingin wanita cantik nya selalu tersenyum dan gembira seperti biasa nya, kalau kau menangis terus ini malah tidak akan membuat Nathan bahagia karena air mata yang selalu jatuh di pipi mu itu." Zayn berusaha untuk meyakinkan agar mau pulang ke rumah bersama di dan Marshal. Bagaimana pun juga Marshal dan Zayn sudah menganggap Perrie seperti saudara mereka sendiri.

Now & Forever [z.m]Where stories live. Discover now