Chapter 13 : About Us

1K 112 10
                                    

Zayn menyetir mobil nya kalang kabut. Dia baru saja mendapat telfon dari sepupu Marshal, Carol. Bahwa Marshal marah pada nya, Zayn yang mendengar suara Carol di telfon langsung panik dan tidak sempat untuk berpamitan pulang dengan Perrie. Dia sudah tau apa yang membuat Marshal marah dan ngambek. Tadi Carol bilang, bahwa dia dan Marshal menonton acara Tv dan menayangkan berita tentang Zayn dan Perrie yang tidak enak di dengar dan di lihat oleh Marshal. Langsung saja Marshal masuk ke kamar dan mengunci pintu kamar nya rapat-rapat dan menangis merenungi kenapa Zayn bisa berpaling dari nya.

Zayn memakirkan mobil nya cepat di depan rumah nya dan langsung saja masuk tanpa memberi salam. Dia melihat Carol yang mondar-mandir sambil berdecak frustasi.

"Bagaimana? Apa Marshal sudah mau keluar dari kamar nya?" Tanya Zayn panik. Carol yang menyadari Zayn yang sudah sampai, langsung menggeleng menjawab pertanyaan dari Zayn.

"Aku harus minta maaf pada nya. Gara-gara berita sialan itu Marshal seperti ini." Zayn mendesah frustasi dan langsung saja naik ke lantai dua dan ke kamar nya.

Dia memegang handle pintu dan menggoyangkan nya dan terkunci.

"Marshal sayang, ayolah keluar. Ku yakin kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan berbicara dari hati ke hati."

"Pergilah! Aku tidak butuh berbicara saat ini. Jujur aku kecewa pada mu, Zayn!"

Zayn mengacak rambut nya frustasi dan tetap berulang kali mencoba merayu Marshal agar keluar dari kamar nya. Dia tau bahwa Marshal menangis sekarang, terdengar isakan Marshal yang cukup di dengan sampai lantai satu. Zayn juga kecewa dengan diri nya sendiri, dia telah membuat wanita yang paling dicintai nya menangis karena diri nya!

"Marshal kita benar-benar perlu bicara dengan kepala dingin! Aku ingin menjelaskan semua nya kalau aku tidak berhubungan sama sekali dengan Perrie. Kami hanya sebatas teman. Hanya saja berita Tv sialan itu membesar-besar kan nya dan membuat kita menjadi bertengkar seperti ini." Jelas Zayn mengeluaran semua unek-unek nya.

"Kamu tidak bilang sama sekali kalau kau bersama dia Zayn. Makin lama, kamu makin jarang untuk memberikan ku kabar!"

"Maafkan aku Marshal. Tadi aku makan siang di ajak oleh Niall juga kok, dan kebetulan Perrie juga ikut. Tadinya aku ingin mengabari mu, tapi ponsel ku mati Shell. Ku mohon mengertilah."

"Tapi kan kamu sebenarnya juga sudah ada janji makan siang dengan ku, Zayn! Kamu bisa-bisa nya lupa hanya karena wanita itu?!"

"Kamu jangan bersikap kekanakan seperti ini Shell, kita bicara kan dengan kepala dingin. Ayo keluar dari kamar!"

Marshal sedikit tersinggung karena Zayn baru saja berkata bahwa dia kekanakan. Memang sepeti itu, tapi bayangkan menjadi Marshal. Mungkin hormon ibu hamil makanya memacu emosi Marshal terus meningkat jika di pancing. Marshal awalnya tidak curiga dengan Perrie, tapi lama kelamaan ada yang aneh dengan Perrie, kenapa Zayn dan Perrie terlihat lebih dekat dari biasa nya.

"Dari awal aku sudah curiga dengan kedekatan kalian! Ternyata benar ada hal yang tidak baik di balik senyum Perrie." Ucap Marshal setengah berteriak, dia bersandar di balik pintu sambil tetap menangis.

"Kamu jangan bilang seperti itu Marshal! Ku bilang kamu keluar sekarang! Aku in suami mu!" Zayn sudah tidak bisa sabar dengan kelakukan Marshal sekarang. Dia tau, dia memakai cara yang salah. Tapi lama-kelamaan Zayn tidak sabar dan menginginkan Marshal keluar dari kamar mereka berdua.

"Aku tidak akan keluar jika kamu masih membentak ku seperti itu!" Ancam Marshal.

Zayn menghela nafas sembari mengatur detak jantung nya yang berkali-kali berdetak terlalu cepat tidak sabaran, "Okay Shell, maafkan aku karena membentak mu. Aku berjanji. Sekarang kamu keluar dan aku ingin memeluk mu." Ucap Zayn lembut.

Marshal yang mendengar suara Zayn yang terkesan sangat nyaman di telinga nya, alih-laih langsung berdiri dan ke kamar mandi untuk mencuci wajah nya. Dia melihat wajah nya di pantulan cermin mengerikan. Mata sembab, hidung memerah, keringatan, dan rambut yang sudah tidak jelas bentuk nya.

Sekarang dia tidak bisa untuk memikirkan diri nya sendiri. Sekarang di dalam perut nya sudah ada jiwa baru yang harus di jaga Marshal baik-baik. Jadi Marshal tidak boleh sampai terganggu mental dan fisik nya. Marshal tidak akan menangis lagi yang membuat jiwa nya terguncang, apalagi stres karena memikirkan hubungan kedekatan Zayn dengan Perrie.

"Marshal kamu mendengar ku kan?" Tanya Zayn sambil mengetuk pintu kamar agar Marshal keluar dari kamar nya.

Marshal berjalan pelan-pelan, dia memutar kunci lalu menggerakkan handle, seketika itu juga pintu terbuka. Zayn melihat wajah Marshal yang terlihat sedih dan ada raut lelah dari wajah nya, Zayn langsung memeluk Marshal seakan-akan ini adalah hari terakhir mereka bertemu.

"Shell, maafkan aku. Berita itu salah. Kamu harus percaya pada ku." Pinta Zayn memelas sambil tetap mengusap puncak kepala Marshal.

Marshal hanya diam tidak membalas sama sekali pelukan Zayn.

"Shell kamu mendengar ku kan? Maafkan aku. Aku janji tidak akan berhubungan dengan dia lagi, asalkan kamu memaafkan ku."

Marshal masih tidak bergeming.

Zayn melonggarkan pelukan nya dan menatap lekat-lekat wajah Marshal, di lihat nya Marshal menangis diam tanpa suara, Zayn kaget dan langsung memeluk nya lebih erat lagi. Dia menyesal telah melukai hati istri nya itu.

"Maafkan aku Marshal. Berhentilah menangis. Aku mencintai mu."

Sontak Marshal langsung membalas pelukan Zayn tidak kalah erat nya saat mendengar kata-kata ajaib yang keluar daru mulut Zayn tadi. Zayn langsung mengecup puncak kepala Marshal berkali-kali, sebagai mana dia menyalurkan kasih sayang pada Marshal.

"Iya... Aku memaafkan mu, Zayn." Ujar Marshal lirih. "Tapi aku tetap kecewa pada mu."

Zayn menghela nafas nya panjang, "Aku tau aku salah Marshal. Aku janji tidak akn berhubungan dengan Perrie lagi, jika seperti itu akan membuat mu terus tersenyum."

Marshal mengangguk di pelukan Zayn. "Terima kasih Zayn atas pengertian mu. Kamu tau aku senang saat kamu mengucapkan bahwa kamu mencintai ku." Ujar Marshal sambil tersenyum kecil. Tangisan nya sudah berhenti tadi.

"Kalau berkata seperti itu akan membuat mu senang, aku akan mengatakan nya berkali-kali dalam seumur hidup ku." Zayn ikut tersenyum karena lega Marshal sudah bisa memaafkan nya walaupun agak kecewa sedikit dan merasakan bahwa Marshal sudah bisa tersenyum lagi.

Marshal tertawa kecil.

Zayn melonggarkan pelukan nya dan menatap wajah Marshal, "Sebagai menebus kesalahan ku bagaimana kalau kita jalan-jalan berdua besok? Untuk Clouie dan jordan kita titipkan di rumah Mom. Bagaimana? Kau ingin kemana besok?" Tanya Zayn.

Marshal memperlihatkan raut wajah berfikir nya, "Mungkin kita bisa jogging di pagi hari, lalu kita berlari sampai taman kota!"

"Tapi apa kegiatan seperti itu tidak membuat mu lelah? Kan sekarang ada baby di perut mu." Ucap Zayn sambil mengelus perut Marshal yang sudah mulai terlihat membuncit.

"Tenang saja aku amsih kuat kok. Lagian ini demi kesehatan ku dan si baby. Kan sudah lama juga kita tidak jogging bersama, Zayn."

"Baiklah." Kata Zayn sambil tersenyum.

"Tapi lusa kamu harus temani aku untuk USG ya, Zayn!"

"Iya iya, apapun untuk mu."

*

*

*

gue tadi nya mau bikin Zarshal makin berantem-_- tapi gue malah bikin adegan baik-baikan wkwk gapapa ya. Dari pada entar gak kelar-kelas :3 gue punya kejutan untuk chapter ke depan nya ahay!

jangan lupa vomments nya ya<3 jangan jadi silent readers^^

salam hangat, chaca xx

Now & Forever [z.m]Where stories live. Discover now