For all the times that you rain on my parade
And all the clubs you get in using my name
You think you broke my heart, oh girl for goodness sake
You think I'm crying, oh my oh, well I ain't
Love Yourself by Justin Bieber
.
Dista menekuk kedua kakinya di mobil. Dia mengembuskan napas panjang, memandang jalanan yang super padat. Tadi setelah makan rawon, mereka langsung memutuskan untuk pulang. Deva dan Lukas naik motor, sedangkan Dista dan kakaknya naik mobil.
"Macet parah banget ih." Dista menatap jam digital mobil. "Udah dua jam stuck di sini."
"Pindah gih ke belakang, tidur aja. Ribut banget."
Dista mencebik sebal, tapi tetap menurut. Di baris kedua, dia berbaring menyamping. Kakinya ditekuk, tangannya disanggah bantal sembari memainkan ponsel. Lagu Hivi! mengalun enerjik dari radio mobil. Bagaimana dia bisa mengantuk kalau lagunya asik begini? Akhirnya Dista memutuskan untuk melihat-lihat Instagram.
Setengah jam sudah lewat dan mobil mereka sudah melaju lancar.
Devara Ramaditya : Udah nyampe rumah, Dis?
Adista Dafina : Belum, macet paraaah.
Adista Dafina : Tapi untungnya udah masuk tol.
Devara Ramaditya : Wajar sih, namanya juga puncak.
Adista Dafina : Iya nih.
Tak ada balasan. Berhubung Dista sangat bosan, dia mengirim pesan lagi ke cowok itu.
Adista Dafina : Lo udah sampe rumah?
Devara Ramaditya : Baru banget sampe.
Adista Dafina : Enaknya...
Devara Ramaditya : Dis
Adista Dafina : Ya?
Devara Ramaditya : Makasih ya tadi udah dengerin curhatan busuk gue.
Dista tertawa. Apanya coba yang busuk?
Adista Dafina : Santai ae kali.
"Kenapa Dis ketawa-tawa sendiri? Nggak kesurupan, kan?" tanya Ridha sambil mengintip lewat spion tengah.
"Ih, emangnya lo mau gue kesurupan?"
"Jangan lah. Makin nyusahin aja nanti."
. . .
Deva tersenyum membaca balasan Dista dan meletakkan ponselnya di atas meja.
"Eh, nyokap bokap lo mana? Gue mau pamit nih." Lukas mengintip ke ruang tamu, matanya menyisir rumah Deva yang tampak sepi. Cowok itu tak masuk karena malas melepas dan mengikat kembali tali sepatunya.
"Masuk dulu elah. Biasa juga ngabisin makanan gue."
"Nggak bisa, ada urusan mendadak nih."
"Gayaaa."
Deva menggeleng gemas sambil tertawa, kemudian melenggang masuk ke dalam rumah mencari ibunya. Sesaat setelah berpamitan, Lukas langsung pulang naik ojek yang mangkal tak jauh dari rumah Deva. Deva sendiri langsung membersihkan diri dan makan malam bersama dengan orang tuanya. Seperti hari-hari sebelumnya, ketegangan antara Deva dan Atma belum mengendur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disvawings
Jugendliteratur"Kilau sayap kita yang berbeda ditakdirkan untuk mengepak bersama, menjangkau mimpi yang hampir padam ditelan keputusasaan." Dista gemar menulis, ngeri berada di tempat tinggi. Deva senang ketinggian, paling sulit berdiam diri untuk membaca. M...