25 : Dari Hati Ke Hati

5.1K 626 65
                                    


"Silakan diminum Om, Tante, dan Deva," ucap Aina setelah meletakkan enam gelas sirup ke meja. Perempuan tersebut undur diri dari ruang tamu dengan senyum geli.

"Kenapa kamu ketawa-tawa?" tegur Ridha.

Aina berbisik. "Kayak adegan perjodohan remaja gitu nggak sih? Dista sama Deva duduk tegang kebingungan, tapi orang tua mereka ngobrol santai."

"Kamu kebanyakan nonton sinetron, ya?" Ridha berdecak.

"Dari pada nonton sinetron mendingan ngurus pasien deh."

Sosok Aina dan Ridha terlihat oleh Deva dan Dista. Mereka berdua menghela napas, cemberut, saling menyikut sambil berbicara melalui mata. Percakapan mereka tertangkap oleh Hakim. Pilot senior yang hobi main gitar kala suntuk itu berdehem, memecah fokus dua anak remaja tersebut. Hakim tersenyum pada mereka, diikuti tatapan dari tiga dewasa lainnya.

"Jadi, Deva, kamu mau jelasin?" Hakim membuka pembicaraan. Melihat Deva agak ragu, ia melanjutkan. "Nggak apa. Bilang aja. Kita di sini untuk meluruskan segalanya."

Deva masih merangkai kata dalam benak. Tapi, Dista yang tak sabar langsung menyerobot.

"Jadi belakangan ini, Deva dan Dista sering lihat Mama dan Om Atma ketemu, berduaan, telponan, dan lain-lain yang mencurigakan. Kami jadi mikir kalau ...." Gadis itu melirik Deva.

"Kalau mereka selingkuh," sambung Deva.

Empat orang dewasa itu saling pandang bergantian, kemudian mengembalikan fokus pada anak mereka. Menunggu kalimat selanjutnya, tapi Dista menunduk memainkan jari sementara Deva mengulum dinding mulut bagian dalam.

"Dista, bukannya Mama udah jelasin kalau antara Mama dan Om Atma nggak ada hubungan apa-apa?" tanya Yosa dengan kening berkerut.

"Ya, Ma, Dista udah kasihtau Deva masalah itu."

Fina memandang anaknya. "Lalu, kenapa tadi kamu sampe berkata seperti itu?"

Deva beralih memandang ayahnya. "Dulu Ayah pernah naksir sama Tante Yosa, sampe nembak berkali-kali. Deva jadi curiga perasaan Ayah balik lagi karena sikap baik Tante Yosa. Ditambah dengan sikap Ayah yang tiba-tiba romantis, bikin Deva makin curiga kalau hal itu bener. Ayah mau nutupin perselingkuhan Ayah dengan bersikap lebih baik ke Ibu."

Bola mata Atma membesar. Kaget. "Ayah melakukannya karena sadar selama ini belum jadi suami yang baik. Ayah ingin berterima kasih pada ibumu karena telah mengurus segalanya dengan sangat baik selama ini. Bukan karena ingin menutupi hal buruk."

"Tapi, pas di cafe kalian berpelukan?" cetus Dista.

Fina dan Hakim memandang pasangan masing-masing. Meminta kejelasan.

"Kalian ada di sana?" tanya Atma terkejut.

Deva dan Dista mengangguk berbarengan.

"Jadi karena itu," Atma berjeda, memandang Yosa, "Aku yang mengatakan alasannya?"

"Biar aku yang menjelaskan." Yosa tersenyum kecil. "Saat itu Mama cemburu karena ayahmu dekat dengan mantan pacarnya yang dulu pramugari." Yosa memandang suaminya yang membulatkan mulut, ingat di mana mereka memiliki masalah seperti itu sebelumnya. Mereka bertengkar di malam hari lewat telepon, Hakim marah karena Yosa menuduhnya berselingkuh sambil menangis tersedu. "Om Atma cuma nenangin Mama yang nangis. Nggak lebih."

"Sampe pelukan?" selidik Deva.

"Mungkin kalian salah lihat karena terlalu marah pada kami. Tapi Ayah cuma merangkul. Seperti ini." Atma melingkarkan tangannya pada pundak Fina.

DisvawingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang