Dari matamu matamu
Ku mulai jatuh cinta
Ku melihat melihat
Ada bayangan
Dari mata kau buatku jatuh
Jatuh terus jatuh ke hati
Dari Mata by Jaz
.
"Serius banget, bos."Lukas mengangkat wajahnya dari layar ponsel dengan senyum mesem-mesem. "Pacar imajinasi gue bakal terlupakan nih."
"Oh? Lo bukannya lagi SMS-an sama nomer lo yang satunya?"
"Sial." Lukas menendang kaki Deva dengan keras. "Gue nggak semengenaskan itu."
"Terus? Chattingan sama Simsimi?"
"Nggak juga!" Kali ini Lukas melempar bantal yang berada tepat diantara mereka. "Cewek cantik nan manis sedang mengetik balasan untuk gue."
"Anjir. Mana ada cewek cantik mau sama lo?"
"Elah. Pevita Pearce aja kepincut sama gue."
"Kalau Pevita Pearce level Photoshop, gue percaya deh," sambut Deva yang lagi-lagi dihadiahi tendangan maut dari Lukas. "Eh, emang siapa sih? Jadi penasaran."
"Riana," ucap Lukas dengan santai.
Otak Deva memproses nama-nama cewek yang pernah ia kenal. "Riana temennya Dista?"
Kedua sudut bibir Lukas tertarik ke atas. Alisnya naik turun ganjen. "Lihat kan, kegantengan gue ini mampu menaklukan wanita dalam waktu kurang dari 24 jam."
"Lo pasti naro sesuatu di tas dia ya, pas nganterin pulang?" Deva mengangkat wajahnya dari layar laptop-dirinya tengah mengunduh latihan soal untuk UASBN.
"Apaan? Cinta?"
"Bukan. Jimat dari mbah dukun."
Tawa Lukas membahana seketika. "Elo kali eh, yang jampi-jampi Shira!"
Mereka beradu bacot hingga akhirnya Deva menantang Lukas bermain game online. Lukas lantas membuka laptopnya dengan semangat. Keduanya asik main, sampai ibunya Deva masuk kamar mengantarkan camilan pun, mereka tak sadar. Fina hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya setelah terbebas dari salah satu ujian.
Beberapa jam kemudian, suara salam ayahnya terdengar dari pintu depan.
"Bokap lo pulang tuh." Lukas terkejut dan memandang jam dinding yang menunjukkan jarum pendek hampir di angka enam. "Anjir jam setengah enam. Gue belom sholat ashar."
"Tumben."
Luka nyengir lebar dan menyugar rambutnya. Ekspresinya berubah sok-ganteng. "Riana tadi ngingetin gue. Mau nggak mau dong, gue menuruti sang putri."
"Nggak bener lo, ibadah karena cewek!" Deva geleng-geleng kepala sambil tertawa.
"Eh, gue ke kamar mandi, ya? Mau wudhu."
Deva mengangguk, dan tersenyum geli melihat sahabatnya mendadak taubat. Juga sedikit dongkol, karena Lukas mengabaikan ajakan sholat dari Deva satu jam yang lalu. Merasa punggungnya mulai pegal, Deva membaringkan tubuh ke kasur dan mengecek ponsel. Ada beberapa notification di ponselnya. Like di Instagram, SMS dari Shira yang masih semangat meminta Deva untuk mengangkat teleponnya, LINE dari Shira, dan... LINE dari Dista.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disvawings
Roman pour Adolescents"Kilau sayap kita yang berbeda ditakdirkan untuk mengepak bersama, menjangkau mimpi yang hampir padam ditelan keputusasaan." Dista gemar menulis, ngeri berada di tempat tinggi. Deva senang ketinggian, paling sulit berdiam diri untuk membaca. M...