Chapter 10 | Rumah Sakit

2.8K 313 14
                                    

Crossover chapter with feiligo's story "The Bad Girl"

min seok

Mata gue gabisa lepas dari Eun Ji. Gila, matanya dia yang besar dan bersinar itu bikin gue membeku dan gabisa berhenti natap. Kita terdiam dalam posisi saling tatapan mata cukup lama sampai gue mulai pura-pura batuk.

Eun Ji langsung ngelepasin tangan gue dan dia mulai salah tingkah. Gue megang tangan gue sambil meringis kesakitan. Ya, kena pecahan piring itu sakit banget.

"Sepertinya butuh jahitan." kata Eun Ji.

Gue ngangguk. "Yaudah. Kamu temenin saya ke RS ya." kata gue trus langsung ambil kunci mobil dan jalan keluar.

"Eh??" kata Eun Ji.

Gue ketawa. Gue langsung berjalan ke arah lift dan gue tunggu pintunya sampe kebuka. Pas banget pintu lift kebuka, Eun Ji dateng dan langsung lari ke dalem lift. Gue ketawa sambil nundukkin kepala gue. Gue masuk ke dalem lift terus gue pencet nomer 1.

Yah, setidaknya dare kali ini berhasil.

--

eun ji

Sesampainya di rumah sakit, gue dan Senior Kim langsung masuk ke emergency room. Di dalem kita disuruh nunggu dokter di satu bilik. Gue duduk di kursi sementara Senior Kim duduk di atas kasur. Suasananya canggung banget berhubungan kita baru tatap-tatapan mata tadi.

Gak lama, dateng seorang dokter cewe bule. 

Dia ngambil sarung tangan karet terus dia pasang sarung tangan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia ngambil sarung tangan karet terus dia pasang sarung tangan itu. Dia terus senyum ke gue dan Senior Kim.

"Kenapa lagi lu, Min?" tanya dia akrab sambil ngebuka ikatan kain di tangan Senior Kim.

"Biasa lah..." kata Senior Kim.

Gue langsung bingung. Gue ngeliat ke Senior Kim dan dia cuma ketawa.

"Syl, kenalin ini sekretaris gue yang baru, Eun Ji. Eun Ji, dia ini Dr. Sylvi, partner kerja saya." kata Senior Kim.

"Partner kerja?" tanya gue masih bingung.

Senior Kim ngangguk. "Iya, saya juga dokter disini, makanya saya kenal." katanya.

"Oh... Salam kenal." kata gue sambil bungkukin badan. Dr. Sylvi cuma senyum.

Pantesan di jadwal Senior Kim banyak juga yang harus ke rumah sakit ini. Dan setiap jadwal ke rumah sakit, gue ga boleh ikut. Gue langsung terkagum-kagum. Senior Kim ini seorang dokter sekaligus pengusaha. Keren banget. Gue dapet satu gelar sarjana aja susah. Lah ini, profesinya dua.

Gue liat Dr. Sylvi mensterilkan luka Senior Kim dengan kapas betadine. Senior Kim terlihat biasa saja. Gue semakin kagum. Ini dokter udah biasa kali ya dijahit, makanya tampangnya biasa aja.

Setelah 20 menit, prosedur ngejahit tangan Senior Kim udah beres. Dr. Sylvi ngambil perban dan ngebalutin perban itu di tangan Senior Kim. Sesudahnya, Dr. Sylvi ngelepas sarung tangannya terus ngebuangnya ke tempat sampah. Dia ngeluarin kertas yang isinya resep obat.

"Nih, obatnya. Itu tangan kanan ya, jadi hati-hati. Lu ga boleh nyetir, ga boleh nulis, dan ga boleh ngangkat benda-benda pake tangan itu. Terus jangan lupa kalo mandi perbannya di lepas terus ganti. Lu bisa kan ganti sendiri. Tangan lu bakal kaku lama, mungkin 3-4 mingguan." jelas Dr. Sylvi panjang lebar.

"Siap." kata Senior Kim.

Dr. Sylvi senyum. "Oke. Gue cabut dulu. It's nice to meet you, Eun Ji." katanya terus jalan keluar.

Gue segera bangkit dari duduk gue. Senior Kim turun dari kasur dan dia berjalan keluar bilik. Gue ikutin dia sampe ke apotek rumah sakit. Disana udah tersedia obatnya jadi tinggal langsung ambil. Setelah ambil obat, kita berdua turun ke parkiran.

Pas nyampe di parkiran mobil, Senior Kim ngambil hp dari sakunya dan dia telepon sopirnya. Gak lama, sopirnya dateng. Si sopir langsung ngebukain pintu buat kita berdua dan kita pun masuk. 

Begitu pintu ditutup, Senior Kim ngeliat ke arah gue.

"Rumah kamu dimana?" tanya dia.

"Rumah saya di Suburb Street." kata gue.

"Oke." kata Senior Kim sambil nepuk pundak sopirnya.

Mobil pun berlaju cepat menuju apartemen gue.

--

min seok

Sesudah nurunin Eun Ji di Suburb, gue langsung balik lagi ke penthouse gue. Di jalan, gue face-timing sama Kai dan Sehun dan mereka langsung ngangkat.

"Oke, dare gue udah berhasil." kata gue sambil nunjukkin tangan gue yang udah diperban. Kai sama Sehun langsung ketawa.

"Gila lu, Xiumin. Ngorbanin telapak tangan lu sama ngerjain sekretaris sendiri demi dapet duit." kata Kai, masih ketawa.

"Ya, karena gue cinta duit lebih dari apapun." kata gue senyum.

Sehun yang masih ketawa ngomong, "Oke, nanti gue sama Kai transfer uangnya. Itu uang pake buat traktir kita-kita lagi ya. HAHAHA." 

Gue ketawa. "Enak aja buat traktiran lagi. Oke, terima kasih kawan. Gue off dulu." kata gue.

"Bye, Xiumin!" teriak mereka berdua.

Gue matiin face time nya dan gue senyum lebar. Sejujurnya, dare kek gini udah biasa buat gue, Sehun, dan Kai. Dulu Kai sampai hampir mati karena dia dimasukkin ke peti es. Sehun juga dulu hampir mati karena dia kita suruh loncat-loncat di trampolin sampe napasnya habis. Tapi, dare itu worth it karena kalo udah dilakuin, kita dapet imbalan berupa uang.

Yah, you only live once so live your life the way you want to live it.

--

Halo readers! Sifat asli Xiumin udah keliatan di chapter ini. Tapi, ini masih awal. Bakal ada yang lebih shock lagi nanti. Jangan lupa vote, comment, dan share ya!

xo, Xiumin's lover <3

The CEO, Kim Min Seok ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang