Chapter 33 | Selamat dan Dimaafkan

1.9K 214 13
                                    

min seok

Sesampainya di rumah sakit, gue langsung gendong Eun Ji ke dalem ruang emergency. Sesampainya di dalem, gue teriak minta pertolongan.

"Tolong!" teriak gue.

Semua mata tertuju kepada gue. Ada seorang dokter lelaki bersama beberapa perawat datang menghampiri gue. 

"Ada apa?" tanya dokter itu.

"Istri saya lagi hamil muda dan dia dari tadi ngeluh kesakitan." jawab gue dengan cepat.

Dokter itu langsung nyuruh gue buat tidurin Eun Ji di atas kasur. Dia kemudian mulai meriksa keadaan Eun Ji. Eun Ji sedari tadi hanya meringis kesakitan dengan tangannya menekan perutnya bagian bawah.

Tiba-tiba aja, Eun Ji berhenti bergerak dan badannya menjadi lemas.

Semua menjadi ribut. Gue bahkan cuma bisa diam terpaku ngeliat pemandangan yang ada di depan gue. Seorang perawat nyuruh gue keluar ruangan. Gue nurut dan gue pun jalan keluar. Waktu si perawat itu mau masuk, gue tahan dia.

"Ada apa, tuan?" tanya dia sopan.

"Tolong selamatkan dia dan bayi kami." jawab gue.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin." katanya lalu kembali berjalan ke dalam.

Gue cuma bisa berdiri diam di depan ruangan itu, menatap kosong ke dalam.

Gue ini emang cowo yang payah.

--

min seok

Setelah 30 menit, akhirnya dokter yang menangani Eun Ji berjalan keluar dari ruang periksa itu. Gue spontan berdiri dari kursinya dan dia mendekati dokter tersebut.

"Maaf, saya tidak sempat memperkenalkan diri. Nama saya Dr. Aaron. Saya dokter kandungan di rumah sakit ini." kata Dr. Aaron, yang gue yakin bukan orang Korea, sambil mengulurkan tangannya.

 Aaron, yang gue yakin bukan orang Korea, sambil mengulurkan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue jabat tangannya. "Saya Dr. Min Seok, psikolog di rumah sakit ini." kata gue. Dr. Aaron tersenyum.

"Baiklah, saya langsung ke intinya saja ya." kata Dr. Aaron.

"Istri Anda mengalami stress. Makanya dia merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya. Wanita hamil sama sekali tidak boleh stress karena itu akan mengganggu kesehatan bayinya juga. Saya hanya meminta Anda untuk tidak membuatnya terlalu stress dalam hal apapun." kata Dr. Aaron.

Gue mengangkat alis gue. "Intinya sih saya harus manjain dia gitu?" tanya gue.

"Iya, betul sekali." kata Dr. Aaron. "Anda psikolog kan? Seharusnya Anda bisa mengetahui mood istri Anda dengan mudah."

Perkataannya dia itu serasa nyindir gue. Kek gue ini psikolog tapi gak becus itu.

"Baiklah. Terima kasih, dok." kata gue.

Dr. Aaron pun pergi.

Gue berjalan masuk menuju ruang periksa Eun Ji. Di dalam, gue bisa lihat Eun Ji yang lagi tiduran dengan satu tangan memegang keningnya. 

"Hei..." kata gue pelan.

Eun Ji nengok dan ngeliat gue. Dia gak berekspresi sama sekali.

"Makasih." kata dia singkat. Gue ngangguk sambil senyum.

"Maaf ya, aku udah bikin kamu kesel. Kamu mau maafin aku kan?" kata gue sambil memasang senyum terbaik gue.

 Kamu mau maafin aku kan?" kata gue sambil memasang senyum terbaik gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eun Ji ngeliat gue dan dia ketawa. Gue langsung senyum lebar. Senyuman gue berhasil membuat hatinya luluh.

"Udah berhenti senyum kek gitu. Geli tau gak." kata Eun Ji.

Gue spontan cemberut. "Yahhh... Ini dimaafin atau gak?" tanya gue.

"Iya iya dimaafin." jawab Eun Ji kemudian ketawa lagi.

Gue senyum lagi. Untung aja Eun Ji maha pengampun. Kalo gak, abis dah hidup gue.

author

Eun Ji menepuk-nepuk sisi sebelah kanan kasurnya. Ia melihat ke arah Min Seok.

"Sini." katanya lalu tersenyum.

Min Seok berjalan menuju Eun Ji. Ia kemudian tiduran di sebelah Eun Ji. Kepalanya berada di rangkulan lengan Eun Ji sementara tangannya memegang perut Eun Ji. Min Seok mendekatkan kepalanya ke perut Eun Ji. Eun Ji hanya tersenyum melihat pemandangan itu.

"Hei, bayi kecil." kata Min Seok pelan. Eun Ji mengangkat alisnya dan kembali tersenyum.

"Maaf kamu harus ada ketika orang tua mu aja belom resmi hubungannya." kata Min Seok lagi. 

Eun Ji memukul kepalanya. "Waduh. Gausah pukul-pukul juga kali." kata Min Seok. Eun Ji ketawa. Min Seok kemudian kembali mendekatkan kepalnya ke perut Eun Ji.

"Tapi tenang aja. Kita bakal ngejaga kamu sebaik mungkin. Papa bakal jaga Mama mu sebaik mungkin. Nanti kalo kamu udah lahir, kita bisa main-main bareng. Papa bakal beliin kamu apapun yang kamu mau, bakal ngajarin kamu banyak hal, bakal terus ada di sisi kamu. Sehat-sehat ya." kata Min Seok lalu mencium perut Eun Ji.

Eun Ji terharu mendengar perkataan Min Seok. Ia bahkan menitikkan air matanya. Cepat-cepat ia hapus air mata tersebut. Min Seok menengok ke arah Eun Ji lalu tersenyum. Eun Ji senyum balik.

"Udah papa mama nih sekarang?" tanya Eun Ji.

Min Seok ketawa. "Jelas lah, orang kita mau punya anak." katanya. Eun Ji tersenyum.

"Makasih ya." kata Min Seok lalu mencium Eun Ji.

Hari itu menegangkan sekaligus menyenangkan bagi mereka berdua. 

--

Halo readers! Maaf baru update, kemarin sibuk urusan sekolah hehehe~~ Jangan lupa vote, comment, dan share ya!

xo, Xiumin's lover <3

The CEO, Kim Min Seok ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang