Dua minggu telah berlalu, itu artinya liburan telah usai. Sekarang hari sabtu malam minggu, besok pagi Tiffany pergi ke pesantren dan diantar oleh Bunda dan Ayahnya. Ya, setelah memantapkan hati untuk kesekian kalinya, ia memang telah memutuskan untuk mencoba kehidupan di lingkungan pesantren walau hatinya masih sedikit tak rela.
Takdir benar-benar tidak bisa ditebak. Ia mampu merubah kehidupan seseorang dengan waktu sesingkat mungkin. Siapa sangka Tiffany yang bandel dan keras kepala ini akhirnya masuk ke dalam pesantren? Ingin rasanya ia menertawai kehidupannya sendiri namun sayangnya tak bisa karena ia tahu kalau ini bukanlah lelucon yang harus ditertawakan, ini menyangkut masa depannya yang harus ia persiapkan.
Tiffany melangkahkan kaki menuju ruang tengah. Di sana Bianca, Angel dan Tiara tampak asik menonton drama korea. Karena bosan di kamar, daripada ia setres memikirkan hari esok, ia pun memutuskan untuk bergabung.
"Lho, lo gak nyiapin semua persiapan untuk besok?" tanya Angel ketika Tiffany kini duduk di sebelahnya, menatap bingung.
"Udah disiapin Bunda," jawab Tiffany singkat.
"Wow, kayaknya bentar lagi ada yang bakal jadi anak pesantren nih," celetuk Tiara dengan terkekeh. Bianca dan Angel sontak tertawa sedangkan Tiffany mendengus kesal.
"Bangsat lu," balas Tiffany dongkol.
"Aduh, omongannya dijaga dong ukhti," sahut Bianca dengan senyum jahilnya. "eh, lo tau gak ukhti itu artinya apa?"
"Tau lah!" Raut wajah Tiffany berubah menjadi masam. Selama liburan ia sibuk mencari hal-hal yang berbau 'pesantren' di internet. Mulai dari kecil, seperti ana, anti, antum, ukhti, akhi, dan lain-lain.
Bianca menyengir, "kirain gak tau."
"Gue seratus persen yakin kalau lo bakal betah tinggal di sana, Tif! Inget sama anaknya Ummi Ainun gak? Yang namanya Azzam itu lho. Dia makin ganteng tau! Coba aja bukan berondong, gue rela banget tinggal di pesantren demi dia!" Seru Angel dengan heboh sembari membayangkan wajah Azzam. Saat mendaftarkan Tiffany ke pesantren, ia memang ikut karena Vito yang mengajak, alhasil ia sempat bertemu dengan Azzam yang gantengnya gak kira-kira. Bikin hati langsung meleleh seketika.
Tiara langsung mencibir, "sok gak mau brondong lu. Ngomong-ngomong Rafa itu siapa ya? Anak mana ya? Umurnya berapa ya?" sindir Tiara tentang pacar Angel yang berumur 22 tahun sedangkan Angelnya sendiri 23 tahun.
Angel langsung melempar bantal kecil ke arah Tiara. "Diem lu!"
Tawa Tiara pun langsung menggelegar.
Tiffany berpikir keras, berusaha untuk mengingat. Namun akhirnya ia mengernyit bingung, "Azzam? Siapa coba?"
"Pokoknya lu cari aja deh di sana! Dijamin lo gak bakal mau pulang! Kayaknya gue harus rajin-rajin nih jenguk lo biar ketemu Azzam, " kata Angel dengan semangat. "Tapi keren juga ya kalau Azzam jadi adik ipar gue," lanjutnya dengan tertawa.
"Bakal adem mulu kalau liat dia tiap hari," balas Bianca dengan terkekeh.
"Inget calon suami oit," kata Tiara memperingatkan Bianca yang dua bulan lagi akan melangsungkan pernikahan.
"Bacot lu ah," balas Bianca kesal. Lagi-lagi dengan bahagianya Tiara tertawa.
"Kira-kira kalian bakal kangen gue gak?" tanya Tiffany yang langsung dijawab Bianca, Angel dan Tiara dengan serempak;
"Gak."
"Jahat."
Angel menepuk bahu Tiffany beberapa kali. "Sekesal apapun lo dengan kehidupan lo sekarang, jangan pernah menyalahkan takdir karena Tuhan adalah pembuat skenario terbaik. Waktu lo masih panjang. Hidup lo gak bakalan berhenti Cuma karena masuk pesantren. Lagian pesantren itu sama aja kok dengan sekolah pada umumnya. Yang ngebedain adalah lo bakal tinggal di sana dan pelajaran tentang agamanya lebih diperdalam. Hidup itu dibawa santai aja, Tif. Jadiin ini pengalaman berharga yang gak bakal lo lupain selamanya."
Bianca mengangguk setuju. "Kalau lo mau nakal di sana ya silahkan, tapi lo harus tanggung jawab sama konsekuensinya. Gue rasa tinggal di sana bakalan asik. Banyak pelajaran yang bakal lo dapat. C'mon, Tif. Hidup itu perlu berpetualang biar gak membosankan."
"Gue pernah baca quotes yang isinya; jangan pernah berputus asa jika menghadapi kesulitan dalam hidup, karena setiap tetes air hujan yang jernih berasal dari awan yang gelap." Tiara kini memeluk Tiffany, berusaha untuk menyemangatinya. "Lo gak akan pernah tau seberapa kuat diri lo karena menjadi kuat adalah satu-satunya pilihan yang lo miliki saat ini. Gue yakin kembaran gue sama sekali gak mudah menyerah. Hadapi semuanya dengan cara lo sendiri, Tiffany. Fighting!"
Bianca dan Angel pun ikut memeluk Tiffany. Dan itu cukup membuat dirinya tersadar bahwa ia tak sendirian dalam menghadapi masalah ini, ia masih mempunyai keluarga yang terus mendukungnya dari belakang.
Benar, hidup itu pilihan, antara tetap menetap di zona nyaman atau keluar untuk berpetualang. Kini ia telah membulatkan tekadnya. Keluar untuk berpetualang sepertinya lebih baik daripada hanya menetap di zona nyaman. Dan perjalanan yang akan ia tempuh sangat panjang. Mulai dari karma yang berjalan, teman berkhianat, cinta yang tak terbalas dan kematian seseorang yang tak disangka-sangka; yang mampu membuat segalanya hancur dalam sekejap mata.
***
Segini aja ya, teman-teman :). selanjutnya kalian bisa membaca dalam bentuk NOVEL. terima kasih banyak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl In Pesantren
Ficção Adolescente[TELAH DITERBITKAN] Takdir benar-benar tidak bisa ditebak. Ia mampu merubah kehidupan seseorang dengan waktu sesingkat mungkin. Siapa sangka Tiffany yang bandel dan keras kepala ini akhirnya masuk ke dalam pesantren? Ingin rasanya ia menertawai...