Chapter 5

7.5K 724 32
                                    

Cerita ini hanya dipublikasikan di Wattpad!

Hai, semua ... di antara aktivitas padat aku sempet-sempetin update buat kalian pembaca setia.

Jangan komen lagi kalo pendek -sengaja soalnya masih proses mikir alur- wkwk

Selamat membaca!

---

"Hai, Mom!" Nick menyapa seraya memeluk ibunya dengan sayang. Ibunya tanpa segan segera membalas, lengkap dengan cium pipi kanan dan kirinya. Ada senyum kebahagiaan yang jelas terpancar dari bibir ibunya.

"Hai, Kak!" Amabel, adik kandung satu-satunya seorang Nicholas Sebastian Rodney menyapa dengan nada riang. Dipeluknya Nick untuk kemudian dicium pipinya.

Nick tidak sempat membalas sapaan Amabel karena adiknya itu sudah bergerak cepat ke arah Bia. Memeluk calon tunangannya itu dengan senyuman yang tak pernah hilang dari wajah cantiknya. Ibunya juga melakukan hal sama pada Bia. Seolah dengan begitu kedatangan dirinya dan Bia sudah begitu lama dinanti-nantikan.

"Dimana Dad, Mom?" Nick bertanya ketika tidak mendapati sosok ayahnya di antara mereka.

"Ada keperluan sebentar. Mungkin nanti sore sudah kembali. Jadi sekarang, beristirahatlah dulu. Antarkan juga Bia ke kamar tamu."

"Biarkan Bia tidur di kamarku, Mom." Nick mencoba menawarkan diri dan ibunya hanya bisa mengangguk mengizinkan.

"Bia," Abel memanggil sebelum Bia meninggalkan ruang tamu. "Jangan lupa untuk ikut Mom ya Sayang. Nanti kita keluar bersama Amabel juga. Kita sama-sama mencarikanmu gaun cantik untuk acara tiga hari lagi."

Bia tersenyum dan mengangguk. "Ya, Mom" sahutnya seraya mencium pipi kiri Abel. Merasa beruntung mendapatkan calon mertua seperti Inabelle Queena.

Setelah mengobrol sedikit dengan Amabel, barulah Bia memutuskan untuk menyusul langkah Nick yang sudah terlebih dahulu ke kamar. Bia sudah terbiasa berada di kediaman keluarga Rodney sehingga tidak ada rasa segan lagi ketika dirinya seenaknya keluar masuk. Keluarga Rodney juga tidak pernah mempermasalahkannya karena Bia sudah dianggap sebagai salah satu anggota keluarga. Tapi bagi Bia, tentu saja dia masih memiliki sebuah batasan. Untuk itu, dia begitu menghormati keluarga dari calon suaminya itu. Ditambah didikan yang selama ini ia terima dari keluarga Addison. Keluarga baru yang Bia cintai.

***

Jenna seperti tidak ingin lagi beranjak dari pelukan Ace. Dia terlalu nyaman pada posisi dimana saat ini punggungnya bersandar penuh pada dada Ace Almer. Sedang Ace memberikan pelukan hangat yang terkadang membelai lengan atas Jenna secara perlahan. Tidak jauh dari mereka, ada Jemima yang sibuk menonton film bergenre roman yang terkadang membuat Jenna begitu mual.

Di mata Jenna, film bergenre roman hanya bisa terjadi di film itu sendiri. Ilusi yang memang diciptakan manusia karena manusia itu sendiri tahu bahwa kejadian romantis tersebut tidak akan pernah terjadi di dunia nyata. Hanya sebuah fantasme belaka.

"Merasa lebih baik?" Ace bertanya seraya mencium puncak kepala Jenna. Sedang Jenna sendiri hanya mampu memejamkan mata tanpa mau mengangguk atau menggeleng.

"Kau tidak mendengar pertanyaanku, Sayang?" tanya Ace seraya tersenyum kecil.

"Setelah mendengar bahwa kau memberi pelajaran pada Si Brengsek dan Si Jalang itu, ya ... aku merasa telah baik-baik saja." Jawaban yang membuat Jemima sedikit merinding di tempat ia duduk. Diliriknya interaksi antara Jenna dan Ace.

Tanpa bertanya, Jemima cukup tahu bahwa Ace memiliki perasaan lebih pada Jenna. Sedang Jenna sendiri, Jemima yakin sahabatnya itu hanya menganggap Ace sebatas sahabat, tidak lebih dari itu. Karena Jemima tahu Jenna tidak akan pernah melupa pada sosok yang telah membuat hamil seorang Jenna Kathrina Yasmine.

"Bagus. Setelah ini aku hanya ingin melihatmu tersenyum, Jenna. Tidak dengan sakit atau bahkan menangis sedikit pun."

Mau tidak mau Jenna tersenyum mendengar perkataan Ace itu. Tanpa segan ia pun mengecup sekilas sudut bibir Ace dan berkata, "terimakasih untuk selalu ada."

"Aku baru tahu jika kalian berdua ternyata berhubungan mesra di belakangku" Jemima angkat bicara lengkap dengan nada sindirnya membuat Jenna dan Ace sama-sama tertawa.

"Kau ingin aku menciummu, Jemima Sayang? Jika ingin, kemarilah! Aku tidak keberatan jika harus melayani kalian berdua sekaligus."

"Dalam mimpimu!" teriak Jenna dan Jemima dalam waktu bersamaan yang menjadikan Ace kembali tertawa lebar.

"Hhmm ... Jenna" Ace kembali memanggil Jenna dengan nada ragu.

"Ya?"

"Aku dengar orangtuamu akan berkunjung. Benar?"

Jenna mengangguk, "sepertinya tidak hanya berkunjung. Lebih tepatnya menjemputku untuk kembali tinggal di mansion."

Jenna tidak tahu bahwa tatapan Ace berubah. Ada kegelisahan di raut wajah lelaki itu. "Kau tidak keberatan jika mereka memintamu untuk kembali?"

"Tentu saja tidak. Itulah yang aku harapkan sejak dulu."

"Kau tidak akan merindukanku?"

Jenna tersenyum manis, lalu menatap ke arah Ace. "Aku yakin sesekali kau akan berkunjung untuk melihatku. Benar kan? Aku akan merindukanmu, Ace. Kau dan Jemima akan selalu aku rindukan" ucap Jenna yang dibalas Ace dengan kecupan kembali pada puncak kepalanya.

"Bersiaplah untuk sering aku kunjungi" ucap Ace seolah sarat akan janji.

---00---

Don't copy without my permission!

Don't copy without my permission!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amabel Casimira Rodney

Jangan lupa vote dan komen ya karena chapter selanjutnya dapat dipastiin kalian bakal tahu siapa Jenna sebenarnya ;)

Pasti nanti ada yg seneng kalo tebakannya bener wkwk

Oke, selamat beraktivitas kembali!

Remembrance (#3 MDA Series) Telah Terbit! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang