Chapter 7

6.7K 719 37
                                    

Cerita ini hanya dipublikasikan di Wattpad!

Hai semua! Aku rehat bentar dari padatnya aktvitas malam ini. Rehatnya tentu aja nggak lepas dari yang namanya up buat cerita ini :D

Untuk semua pembaca setia, selamat membaca!

---

Nick tidak dapat menyembunyikan kekagumannya ketika matanya menangkap dengan jelas penampilan Bia Bellinda. Calon tunangannya itu terlihat begitu cantik dengan bodycon dress berwarna plum. Gaun mencetak jelas setiap lekukan indah di tubuh indahnya. Rambut coklat panjang dibiarkan terurai begitu saja membuat Nick ingin melarikan jari-jarinya untuk membelai setiap helai rambut tersebut.

Nick tahu bahwa beberapa menit lalu, keluarganya sudah sampai di mansion milik Paman Ben Camilo. Sesuai kesepakatan, pertemuan keluarga besar untuk tahun ini akan diadakan di sana. Ayahnya sempat menjelaskan tadi bahwa pertemuan keluarga tahun ini begitu istimewa. Akan ada perkenalan secara resmi Bia Bellinda sebagai calon tunangan Nick. Ditambah akan adanya kedatangan putri bungsu dari keluarga Addison. Intinya untuk tahun ini semuanya diwajibkan untuk datang termasuk Erick dan Max. Para putra sulung sekaligus pewaris utama kerajaan bisnis keluarga. Walau Nick satu tahun lebih tua dibanding Erick dan Max, tetap saja mereka begitu akrab layaknya saudara kandung.

Nick, Max, dan Erick sama-sama memiliki jam terbang tinggi hingga membuat ketiganya begitu sulit untuk datang ke acara keluarga. Walau prioritas utama ketiganya tetap keluarga. Dari sana Nick berpikir bahwa akan ada kelengkapan nantinya yang membuat dirinya tidak sabar untuk segera datang.

"Siap untuk aku kenalkan?" tanya Nick ketika melihat kegugupan terlihat dari diri Bia.

Bia sendiri tersenyum kemudian membelitkan tangannya ke arah lengan Nick. "Kalau Paman Gavin dan Bibi Kaith aku sudah terbiasa, tapi untuk ke yang lain ... rasanya membuatku ingin kabur saja."

Nick tertawa mendengar penuturan Bia itu. "Mereka semua baik dan aku yakin mereka akan menerimamu dengan senang hati. Paman Gavin dan Bibi Kaith sudah pasti juga akan meyakinkan mereka" katanya berusaha menenangkan Bia.

"Tapi suasana hatiku sejak tadi pagi tidak begitu enak. Aku yakin nantinya akan terjadi sesuatu. Aku sedikit bisa menghadapi keluarga Camilo, tapi untuk menghadapi keluarga Cavan membuatku ..."

"Tidak akan terjadi apa-apa, Sayang." Nick merespon seraya mencium kening Bia dalam waktu yang lama. Dia tahu benar bagaimana sifat seorang Bia Bellinda. Calon tunangannya itu memang terlalu memikirkan bagaimana pendapat orang lain mengenai kehidupannya.

"Jadi, siap untuk berangkat? Jika tidak, kita bisa di sini lebih lama lagi."

"Kita harus berangkat" kata Bia memutuskan sembari tersenyum yang segera dibalas Nick dengan menarik pinggang wanita itu dengan gerakan pelan.

***

"Aku tidak tahu kenapa, tapi suasana hatiku mendadak tidak enak, Em." Jenna memberitahu tepat ketika kakinya melangkah masuk ke dalam mobil yang akan membawanya ke mansion Ben Camilo.

"Kau hanya merasa gugup, Jenna." Jemima menjawab seraya memposisikan duduknya senyaman mungkin.

"Mungkin kau benar. Tapi kau tidak bohong kan tentang penampilanku malam ini?"

Jemima memutar bola matanya karena jengah. Kali ini ia menilai bahwa sahabatnya itu bertransformasi menjadi sosok yang lebih cerewet daripada biasanya. "Kak Selena membuat dirimu lebih sempurna malam ini. Kau selalu terlihat cantik, Jenna."

"Ah ... berbicara tentang Kak Selena. Dia memang pintar membuat orang lain lebih percaya diri." Jenna berkomentar sembari tersenyum kecil. "Dan dia kakakku. Rasanya ada kebanggaan tersendiri memiliki saudara yang semuanya begitu hebat."

"Ya, aku juga merasa bangga mengenal kalian semua. Oh iya, kau mendengar kan tadi ketika Mommy-mu mengatakan bahwa akan ada keluarga Rodney juga?"

"Lalu?"

"Ya apa kau tidak lupa tentang nama keluarga laki-laki yang dulu ..."

"Ada banyak nama Rodney di dunia ini, Em. Tidak hanya dia saja."

"Tapi kalau memang benar dia, bagaimana?"

Jenna terdiam sebentar, lalu "pertemuanku dengannya hanya terjadi di Thailand. Tidak akan terjadi lagi di sini."

"Dan kau cukup menjawab pertanyaanku, Jen. Bukan berbelit dengan tempat kau dan dia bertemu."

Jenna menghela nafas panjang. "Aku tidak bisa membayangkan jika harus bertemu dengannya lagi. Kemungkinan besar rencana untuk membunuhku akan kembali ia lakukan."

"Kau masih tidak bisa melupakannya?"

Jenna tertawa sumbang, "bagaimana lupa pada lelaki pertamaku dalam segala hal?"

"Kau mencintainya?"

"Tidak. Hanya saja kenangannya yang tidak bisa aku lupa sampai detik ini. Wajah, aroma, hotel, rambut berantakannya, nafasnya, dan apapun yang berhubungan dengannya."

"Dan jika kau bertemu dengannya?"

"Sebisa mungkin aku akan mengindar darinya."

Jenna lupa akan satu hal bahwa sebesar apapun rencananya, akan ada hal lebih besar yang dapat menentukan apakah rencana itu akan terlaksana atau tidak. Dia hanya tidak tahu bahwa semakin dekat ia pada tujuannya, semakin dekat pula ia pada hal yang ingin ia jauhi sejauh-sejauhnya.

---00---

Don't copy without my permission!

Pendek? Sengaja :D

Sabar bagi yang nunggu pertemuan Nick dan Jenna ya ...

Komen kemarin banyak yang bikin aku senyum-senyum sendiri ;)

Terimakasih semuanya atas vote dan komennya. Peluk jauh dariku. Jangan bosen-bosen ya nunggu ini cerita >.<

Selamat beraktivitas kembali! 

Remembrance (#3 MDA Series) Telah Terbit! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang