Chapter 2

9.4K 852 26
                                    

Cerita ini hanya dipublikasikan di Wattpad!

Mumpung nganggur jadi up deh. Untuk kalian pembaca setia cerita saya,

selamat membaca!

---

"Mom" Nick bergumam tidak jelas ketika memanggil ibunya. "Percayalah, aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku. Aku masih memerlukan banyak waktu untuk memantau pembangunan di sini." Katanya seraya menatap menggoda ke arah wanita yang duduk di depannya.

"Mom sudah meminta Bia pergi ke Dubai untuk menjemputmu. Tapi kenapa kau tetap saja menggunakan alasan pekerjaanmu itu, Nak?"

"Mom ..."

"Tidak. Kali ini Mom tidak menerima penolakan dalam bentuk apapun. Kau harus pulang bersama Bia, Nak. Jangan buat Mom memaksa Daddy-mu untuk menyeretmu pulang."

"Sebenarnya Mom sudah melakukan kesalahan mengirim Bia kemari. Karena kemungkinan besar hal itu akan semakin sulit membuatku pulang. Setidaknya aku dan Bia bisa menikmati waktu berdua di sini." Ucap Nick dengan niatnya untuk menggoda ibunya lebih jauh.

"Jangan macam-macam, Nicholas Sebastian! Sekarang pilihan ada di tanganmu, pulang untuk membantu Mom dan Bia menyiapkan acara pertunangan kalian atau tidak akan ada acara pertunangan sama sekali."

"Astaga, Mom! Acara pertunanganku dengan Bia satu bulan lagi. Kenapa Mom memaksaku untuk segera pulang?"

"Bukankah minggu lalu Mom sudah bilang kalau minggu depan kita akan ada acara kumpul keluarga? Jangan bilang kau lupa!"

Nick hanya meringis menyesal. Dia melupakan acara yang bagi orangtuanya begitu penting. Acara kumpul keluarga yang selalu diadakan setiap tahunnya dan dia jarang memunculkan diri karena kesibukannya selama ini. Sebagai anak laki-laki satu-satunya dari pasangan Reeve Rodney dan Inabelle Queena sudah pasti ia dibebani sebuah tanggung jawab besar. Membuat dirinya mau tidak mau harus mengurus segala sesuatu tentang perusahaan dan segala macamnya.

"Iya aku ingat, Mom" jawabnya setelah beberapa detik terdiam.

"Jangan bilang kalau tahun ini kau tidak akan hadir lagi, Nick! Cukup tiga tahun ini kau tidak datang. Sudah waktunya bagimu untuk memperkenalkan Bia di hadapan keluarga besar kita. Karena Mom sudah muak mendengar berita tentang keliaranmu di luar sana." Nick hanya bisa tersenyum kecil membayangkan ekspresi kekesalan ibunya. Dia juga merasa kagum melihat kesabaran ayahnya menghadapi ibunya yang terkadang bisa manja mengalahkan kemanjaan adiknya, Amabel.

"Iya, Mom. Aku usahakan untuk datang."

"Harus."

Satu kata terakhir sebelum panggilan itu ditutup secara sepihak oleh ibunya. Membuat senyum Nick semakin lebar karena tentu saja dia tidak akan bisa menolak jika ibunya memaksa. Setelah meletakkan ponselnya di atas meja, barulah atensi sepenuhnya beralih ke arah Bia. Baginya wanita paling istimewa setelah ibunya adalah Bia Bellinda. Wanita yang selalu mengerti Nick apa adanya.

Hubungan mereka sudah terhitung tujuh tahun lamanya dan baru kali ini Nick membuat keputusan besar dengan mengikat Bia untuk menjadi tunangannya. Bagi dirinya Bia adalah perwujudan wanita sempurna. Baik, cantik, dan tentu saja pintar. Bia selalu bisa mengimbangi dirinya dalam hal apapun. Untuk itu, ketika ia memberitahu keputusannya pada keluarga kecilnya, ibunya tentu saja sangat antusias menyetujuinya.

Ada banyak alasan kenapa Nick memantapkan hatinya pada Bia. Salah satunya adalah karena ia tahu benar bagaimana hidup Bia. Bia adalah putri semata wayang dari salah satu rekan bisnis Gavin Addison. Ketika berusia 12 tahun, Bia harus kehilangan orangtuanya karena kasus pembunuhan. Dikarenakan Bia sudah tidak memiliki sanak keluarga lagi, keluarga Gavin Addison memutuskan untuk mengangkat Bia menjadi bagian dari keluarganya.

Berkat didikan paman dan bibinya itulah, Bia tumbuh menjadi wanita hebat dengan profesi sebagai pembawa acara di salah satu stasiun swasta terkenal. Wajah cantiknya sudah tentu dikenal banyak orang termasuk bagaimana pembawaannya yang santai dan terkadang lelucon yang dilontarkan ketika menjadi seorang pembawa acara. Karena itu bagi Nicholas Sebastian Rodney, Bia Bellinda sangat cocok jika disandingkan dengan dirinya. Walau terkadang sifat player-nya tidak bisa dihilangkan.

Bia tidak pernah melarangnya untuk bermain-main dengan siapapun asal tidak sampai pada tahap berhubungan intim. Nick juga selalu menceritakan tentang petualangannya itu pada Bia, kecuali kejadian lima tahun lalu. Kejadian yang mana untuk pertama kalinya Nick melakukan pengkhianatan besar pada Bia. Untuk pertama kalinya juga bagi Nick "melakukannya" tanpa pengaman apapun. Karena selama dengan Bia, Nick selalu berhati-hati agar wanita itu tidak hamil. Tapi, dengan Jenna Kathrina Yasmine ...

Nick merasa hilang kontrol.

Nick tahu benar bagaimana keadaan dirinya. Walau mabuk, dia masih bisa sadar dan tentu saja ketika melakukannya dengan Jenna, dia ingat benar detailnya. Termasuk bagaimana ia mengambil keperawanan wanita itu. Tuduhan mengenai jebakan pada Jenna, tentu saja hanya alasan klise dari Nick. Dia hanya ketakutan waktu itu karena tidak dapat membayangkan bagaimana ekspresi kecewa kekasihnya ketika mendapatkan kenyataan bahwa dia telah menghamili orang lain. Untuk itulah ia memiliki alasan kuat untuk menyuruh anak buahnya menghabisi nyawa Jenna.

Tapi kembali pada didikan yang selama ini ia dapatkan. Nick mana tega harus menghabisi nyawa Jenna. Karena itu setelah dipikir-pikir, diputuskannya bahwa dia tidak akan membunuh wanita itu selama keadaan bisa dikendalikan dan Bia tidak akan pernah tahu tentang pengkhianatannya.

"Jelas-jelas aku di sini dan kau malah menyambutku dengan lamunanmu itu, Nick?" pertanyaan tiba-tiba terlontar dari bibir Bia. Membuat Nick sadar bahwa dia sudah mengabaikan Bia.

Nick tersenyum lalu tanpa ragu ia bangkit dari duduknya. Memutari meja untuk kemudian membawa Bia ke dalam pelukannya. Mencium pucuk kepala Bia lalu turun menuju bibir wanita itu. Bibir yang kurang lebih enam bulan dirindukannya. Keduanya tentu saja menjalani hubungan jarak jauh, mengingat kesibukan masing-masing. Rentang waktu bertemu pun kemungkinan hanya sekitar satu sampai dua hari saja. Tidak lebih.

"Aku merindukanmu, Sayang" ucap Nick seraya mendaratkan beberapa kecupan pada leher dan bibir Bia secara bergantian.

"Aku juga merindukanmu" respon Bia dengan membalas pelukan Nick.

"Jadi, apa hal pertama yang akan kita lakukan untuk melampiaskan rindu?" pertanyaan Nick lontarkan sembari menunjukkan seringai menggodanya.

"Apartemen?" Bia menawarkan diri lengkap dengan mengedipkan sebelah matanya. Tentu ditanggapi Nick dengan kekehan geli dan tangan yang mengacak-acak rambut Bia dengan gerakan penuh kasih sayang.

"Tentu saja, Sayang. Aku sudah tidak sabar untuk memakanmu kali ini."

---00---

Maapkeun belum bisa panjangin per chapter.

Tapi semoga chapter ini bisa membuat hati kalian lapang ya :)

Di atas itu gambarnya Abang Nick. Itu sih visualku secara pribadi, kalian mah bebas bayangin wajah Abang Nick seperti apa :D

Selamat beraktivitas kembali!

Remembrance (#3 MDA Series) Telah Terbit! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang