[20] Be Mine?

705 138 24
                                    

Hari ini gue dan Mingyu berkumpul di pemakaman Irene. Gue sempat didatangi oleh pengacara Kak Irene dan dia menyerahkan surat wasiat ke gue beserta dengan harta warisan gue.

Pengacara itu bilang bahwa mulai sekarang Bae Corp's sudah jatuh ke tangan gue sepenuhnya. Dia juga bilang kalau gue akan dirawat dengan salah satu teman Kak Irene sehidup sematinya. Ibaratnya dia tuh udah kayak soulmate nya kakak gue.

Gue memakai dress hitam selutut dengan sepatu pantofel hitam. Tentunya gue memakai makeup. Mata gue terlalu sembab seperti panda dan bibir gue merah pecah pecah.

Mingyu memeluk gue dari belakang. Gue masih memandangi batu nisan kak Irene. Semua orang sudah pulang karena upacara pemakaman sudah selesai.

"Ayo pulang Val."

"Oppa pulang dulu gapapa kok nanti aku bisa baik taksi. Lagian Oppa masih harus mengurusi berkas berkas di rumah sakit kan?" Tanya gue lemah.

"Tapi Val ka-"

"Aku bilang pulang dulu jangan tungguin aku di sini." Potong gue. Mingyu tahu gue tidak mau dibantah saat ini. Akhirnya dia mencium kening gue lembut lalu naik ke mobilnya dan pergi dari kuburan.

Gue masih memandangi batu nisan Kak Irene dari tadi sambil memegang buku harian gue yang separuhnya berisi tentang Kak Irene. Sepertinya hidup gue memang biasa saja. Tidak ada yang spesial.

Hujan mulai turun rintik-rintik. Gue masih tetap berdiri di sana memakai dress hitam gue yang sudah sedikit basah terkena air hujan. Pandangan gue mulai mengabur karena air mata yang dari tadi gue bendung.

"Jangan hujan hujanan nanti kamu sakit aku yang susah."

Seseorang menutupi kepala gue menggunakan payungnya. Gue masih belum membalikan badan gue sama sekali. Tanpa melihatnya saja, gue sudah tau itu suara Jongin. Bagaimana dia bisa tau kalau Kak Irene sudah meninggal?

"Kamu kenapa sih ke sini gak pake jaket sama sekali malah pake dress tanpa lengan? Padahal kamu tau kan udara di sini dingin?"

Jongin melepas jaket nya lalu menyampirkannya ke tubuh gue. Gue masih bergeming dan melamun di tempat.

Jongin akhirnya membalikan badan gue ke hadapannya. Saat itu air mata gue sudah tidak bisa dibendung lebih lama lagi. Rapuh rasanya kehilangan seseorang yang begitu gue cintai selama ini.

"Makeup kamu luntur."

Jongin mengambil sapu tangan dari kantong celananya lalu membersihkan wajah gue yang sudah terkena air hujan dan sisa sisa makeup.

"Bibir kamu kering. Mata kamu juga sembab. Jangan kayak gini lagi ya lain kali. Masa baru ditinggal sebentar udah gini? Pacar kamu buat apa dong?"

"Emang dia gak pernah nyuruh kamu minum dan makan dengan baik? Gak pernah Nyuruh kamu jangan tidur malem malem? Gak pernah nyuruh pake baju jangan terlalu terbuka?" Lanjut Jongin.

Lalu Jongin mengecupi pipi gue pelan pelan. Semua air mata gue disapu bersih oleh Jongin menggunakan tangan nya.

Jongin mendekatkan bibirnya ke gue. Gue tidak membalas ciuman nya karena bibir gue terlalu lemah. Gue hanya menerima itu semua.

Aneh

"Lain kali kalo kamu lemes kayak gini lagi, aku bakal hukum kamu."

"Ne." Balas gue dengan sedikit senyuman mengembang. Jongin membawa gue kembali ke dekapan nya yang hangat.

"Jangan sedih terus ya. Kamu tahu kakak kamu gak akan seneng ngeliat kamu yang terus terusan sedih gara gara dia. Intinya, kakak kamu ingin yang terbaik buat kamu. Kamu tau kan kalau kakak kamu perhatiin kamu sekarang? Mungkin dia ada di samping kamu malahan sekarang." Jelas Jongin panjang lebar.

My Dancing King | KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang