[23] Twice

600 95 9
                                    

Pagi ini, gue udah maksa kak Seulgi supaya gue yang urusin kantor. Entah kenapa gue benar benar mau kerja hari ini. Mungkin gara gara kemaren....

"Lu yakin udah gapapa?"
R
"Gapapa Kak, gue pergi dulu." Ucap gue buru buru lalu meminjam mobil dari Kak Seulgi karena mobil gue terakhir kali sudah dijual.

"Emang lu tau jalan di sekitar sini?" Tanya Seulgi bingung.

"Udah tau." Kemaren sebelum adegan Jongin mendiami gue, dia mengajak gue jalan jalan di sekitar lingkungan ini.

"Ya udah sana, malem ini mau dimasakin nasi goreng?" Kak Seulgi tau gue hari ini pasti pulang malam. Yahh, selain kerja gue juga menyibukan diri sih.

"Boleh gapapa."

"Lu pulang jam berapa?" Tanya Kak Seulgi. Kak Seulgi memang hanya bekerja saat gue tidak bekerja. Jadi pengganti istilahnya. Tapi, gaji Kak Seulgi sendiri juga bisa dibilang besar.

"Nanti setengah jam sebelum pulang gue Line." Lalu Kak Seulgi menyuruh gue berhati hati dan gue melesat pergi ke Bae Corp's."

---

Berbagai sapaan keluar dari karyawan yang bekerja di sana. Gue menanggapi semua sapaan itu dengan senyuman.

Emang kayak kakak gue? kayak putri es...

Eh salah...

Putri batu baru bener.

Padahal begitu gue ketemu Sehun, sikapnya mirip mirip kayak kak Irene. Kayaknya jodoh tertunda. Pengen banget rasanya mengenalkan Sehun ke Kak Irene kalau dia belum meninggal dulu. Penyakit sialan itu.

Gue sudah menyuap media agar tidak menyebarkan apa yang sebenarnya terjadi ke Kak Irene . Gue bilang ke wartawan agar memberi tahu bahwa kak Irene murni meninggal karena kecelakaan. Jujur, memang susah banget mempersiapkan segala bukti bahwa Bae Joo Hyun alias Bae Irene murni mengalami kecelakaan. Gue bahkan membayar seorang profesional untuk menutupi kejadian itu.

Selagi gue berjalan ke kantor gue, banyak karyawan yang turut berduka cita atas kematian Kak Irene. Lagi lagi gue hanya tersenyum menanggapi belasungkawa mereka.

Kantor gue yang lama telah diambil alih oleh Hana dan Kak Seulgi. Sedangkan gue, hari ini bersiap siap memindahkah seluruh barang gue ke kantor baru gue yang tadinya tempat Kak Irene.

"Loh, Val lu udah gapapa? Cepet banget masuk kerja?" Tanya Hana waktu meihat gue sedang membereskan ruangan lama gue untuk Hana.

"Gapapa, yakali gue sedih terus." Sebenernya, gue pergi kerja bukan karena Kak Irene. Toh, Kak Irene sudah menguatkan perasaan gue lewat surat nya.

Yang menjadi masalah adalah saat ini, gue tidak punya penguatan apapun untuk masalah terbaru gue.

"Sip deh, gue gak suka lu sedih terus terusan. Hwaitting!" Semangat Hana lalu membantu gue membereskan barang gue.

"Iya hehe, mana mungkin gue sedih terus terusan..."

---

Hari ini gue ke kantor seharusnya cuma beres beres barang lalu pulang ke rumah. Entah setan apa yang bikin gue kesambet pulang sampai malem cuma buat kerjain urusan kantor yang seharusnya tugas Hana.

"Lu pulang aja sih...Badan gak fit gitu masih bisa kerja." Marah Hana khawatir ke gue.

"Gue bosen kalo di rumah. Mendingan gue nge lembur di kantor sampe jam setengah sepuluh malem mungkin gue baru pulang." Emang sih gue bosen di rumah apalagi bisa kepikiran Jongin.

"Gue kalo gitu di sini kerjain apaan dong?" Tanya Hana.

"Pulang aja, udah jam 8." Hana menggelengkan kepalanya dan bersikeras menunggu gue sampai selesai.

My Dancing King | KaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang