2 - Ziane Zian

3.3K 249 13
                                    

Seringkali kita terlalu mengagunggkan pertemuan, dan tanpa sadar melupakan perpisahan yang sebenarnya juga sangat dekat kedatangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seringkali kita terlalu mengagunggkan pertemuan, dan tanpa sadar melupakan perpisahan yang sebenarnya juga sangat dekat kedatangannya.

- Joyengan ashoy 

"Elo hasti huha huha hama hRhara," ucap Riri dengan mulut penuh dan manatap lurus kearah Dimas, lalu bergantian menatap Rara disampingnya.

"Ngomong apa sih Ri, gajelas banget," ujar Rara.

"Makan dulu Tante," ujar Dimas sembari mendorong dahi Riri dengan telunjuknya.

"Ishh... Hawab hego!!" pekik Riri masih dengan mulut penuh, membuat beberapa pengunjung McDos menoleh kearah mereka berdua.

Dimas menjadi tersenyum kecut dengan kelakuan Riri yang memalukan.

"Makanya cowok pada gamau sama elo. Udah makan jorok gini, malu-mal--"

"Hawab haja shusah hanget!"

"Iya!" ucap Dimas akhirnya sembari mengelap mulut Rara yang belepotan saos dengan tisu.

Mendengar jawaban Dimas barusan, dengan cepat Riri, menelan semua makanan di mulutnya dengan sekali teguk dan langsung berceloteh, "Tuh kan Ra! Heran gue! Masak semua cowok pada sukanya sama elo sih, termasuk sahabat bego gua ini. Gausah mau Ra. Gue sering liat dia joget-joget gajelas di balkon kayak orang gila."

Dimas lantas memberhentikan kegiatan membersihkan mulut Riri dengan tisu dan menatap Riri datar.

"Mau gue kasih tahu ke Mama kalo lo kemaren mukul orang?"

Riri sontak menggembungkan kedua lubang hidungnya, "Eh jangan atuh a' Dimas. Baikan deh baikan. Hehehe." 

"Yaudah makan!" ucap Dimas sembari menjejalkan kentang goreng ke mulut Rara.

Rara yang melihat sahabatnya sejak SMA itu bertengkar menjadi terkekeh pelan.

"Kalian cocok kalo lagi berantem," ucapan Rara berhasil membuat Riri menyemburkan kentang gorengnya kearah Dimas.

"Najis!"

Dimas menghela nafasnya, sabar.

Rara semakin tertawa melihat wajah kesal dimas yang sedang membersihkan dirinya dengan tisu.

"Lo bilang gue sama Dimas cocok? GA BA.NGET!"

...

"Ini kuda-kuda yang bener dong!" bentak Riri memarahi adik kelasnya yang sudah cukup lama ikut ekskul karate.

"I-iya Kak," jawab adik kelas itu gagap.

Riri sudah lama belajar karate, bukan hanya di SMA, dia juga sudah mulai karate dari SD. Sehingga ia sudah lama mendapat sabuk hitam, dan akhirnya di percayakan menjadi ketua ekskul karate oleh Pak Arman, guru ekskul karate di sekolahnya.

Namun, Mamanya yang feminin banget, gasuka dengan karatenya Riri. Tapi untungnya Papanya selalu membela Riri. Maka dari itu, ancaman yang sangat Riri benci dari Dimas adalah, 'Mau gue kasih tahu lo mukul orang?'

Karena hal itu, bisa jadi Riri bakal dipaksa untuk les privat make up dan menari oleh Mama dirumahnya.

"Ri udahan napa! Kasian tuh anak-anak pada kecapean, kepanasan," ujar Ari yang juga ikut mengajar ekskul karate.

"Etdah lu. Jatah gue ngajar kenapa lu yang sewot sih!"

Ari menghela nafasnya dan menatap iba pada anak-anak ekskul yang menampakkan wajah seperti berkata bunuh aja dedeq bang di rawa-rawa.

"Aduh!" tiba-tiba Riri terpekik.

"Eh buat gue Dim?" tanya Riri dengan mata berbinar melihat kearah minuman cula-cula yang tadi sempat ditempelkan Dimas di pipinya.

"Ya kagalah! Ini buat Rara kok. Tuh, dia dah nunggu di stand perekrutan anggota KIR," ucap Dimas dan setelah itu langsung berjalan cepat meninggalkan Riri. Ia tahu pasti Riri akan mengejarnya.

"Pokoknya buat gua!!" pekik Riri yang benar-benar langsung mengejar Dimas.

Hosh hosh hahh.. *baca orang ngos-ngosan

Riri ngos-ngosan mengejar Dimas yang berjalan seperti lari itu, membuat Dimas tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Riri hanya menatap mereka sebentar dan kembali sibuk dengan Zian, anggota ekskul KIR yang terkenal, karena karyanya seringkali lolos nasional bahkan pernah ke internasional.

"Minta dong!"

"Ini buat Rara! Bukan buat elo goblok!"

Namun Riri tak menyerah dan terus meloncat-loncat untuk menggapai minuman yang dipegang Dimas. Dimas semakin tertawa terbahak-bahak.

"Aduh!"

...

Apakah kalian langsung terpikir hal klise? Seperti jatuh gitu?

Jomblo Teyengan [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang