Perlu keberanian untuk mengungkapkan. Masalahnya gue ga berani. Walau berani pun biasanya pas awalnya doang, ujung-ujungnya ditutupin lagi.
- Dimas
"Hah? Maksud lo?" wajah Riri tiba-tiba berubah dengan mimik yang tak pernah Dimas lihat sebelumnya, membuat Dimas heran dalam hatinya.
Dimas akhirnya memilih menghela nafasnya, "Maksud gua, gua aja yang jadi sahabat elo. Kan udah cukup buat ngasih elo makan. Gaperlu ngerepotin cowok lain. Porsi makan elo kan banyak. Kasian mereka," ujar Dimas yang kemudian sedikit terkekeh setelah mengucapkannya.
"Anju!"
"Hahaha.. Kenapa juga muka lo jadi gitu. Gapernah-pernah deh. Coba sini gua liat." Dimas langsung saja mendekatkan wajahnya ke wajah Riri, dan hanya menyisakan jarak lima senti kurang lebih.
Tentu saja Riri terkejut dan refleks memukul dahi Dimas amat keras.
"ADUH!" Dimas terpekik. Dimas melupakan satu hal, pukulan Riri tak pernah main-main.
"APASIH LO! GAJELAS!" maki Riri kemudian langsung berjalan meninggalkan Dimas.
Setelah mengusap dahinya yang terasa nyeri, Dimas langsung berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Riri dan menatap kearahnya.
"Kok pipinya merah? Ciye malu ya?" goda Dimas.
Riri tak menanggapi dan semakin mempercepat langkahnya.
"Jomblo kayak elo ga pernah digituin ya? Kasian bang-- ANJ*INK!!" Dimas terpekik.
Riri menendang selangkangannya manteman.
"Sekali lagi lo ngomong. Pakal gua pecahin tuh telur dua!" marah Riri dan langsung menaiki bus yang berhenti di samping mereka.
Salahkah aku menyukai perempuan gorila ini Ya Tuhan?
Dengan terpincang-pincang Dimas menaiki bus, karena merasa sangat nyeri diselangkannya. Ketika masuk, matanya menangkap pemandangan yang tidak sangat sedap. Riri duduk di sebelah Zian. Padahal yang Dimas tahu Zian membawa kendaraan motor sendiri ke sekolah.
Refleks, Dimas langsung menegapkan badannya. Berusaha terlihat se-cool-kas mungkin.
"Dim. Sini!" Zian melambaikan tangannya pada Dimas. Entah kenapa tiba-tiba Dimas refleks tersenyum miring kearah Zian.
"Tumben lo naik bus?"
"Oh ini, semalem Riri cerita ke gua pas telponan kalo dia sering naik bus bareng elo ke sekolah. Jadi, yah gua coba-coba aja. Siapa tau ketemu Riri."
Dimas hanya mengangguk tanpa ekspresi. Riri pun sedari tadi hanya diam saja semenjak kedatangan Dimas. Padahal sebelumnya ia cekikikan dengan Zian.
"Zi, Riri makannya banyak. Jadi hati-hati kalo pacaran ama dia. Bisa-bisa dompet elo terkuras," dengan entengnya Dimas berkata seperti itu dan berjalan melewati Riri, tapi sayangnya tertahan oleh cengkraman Riri.
Ckiitt... *anggep aja bunyi cubitan ala Riri
"Any-anying!!" Dimas terpekik membuat seluruh isi bus menoleh kearahnya.
"Ri apa-ap--"
Ucapan Dimas terhenti tatkala melihat kilatan marah dimata Riri. Bisa bahaya. Dimas mungkin akan mengalami cedera di beberapa bagian tubuh.
"Hehe.. Maap-maap. Becanda suer. Lepas ya," dengan hati-hati dan perasaan nyeri, Dimas melepaskan cubitan pelintiran Riri di pinggangnya.
Lantas setelahnya langsung beralih duduk di kursi tepat belakang Riri. Zian yang melihat itu refleks tertawa terbahak-bahak.
...
"RARAAA!!!" pekik Riri ketika baru menginjakkan kaki di kelas, "Pacar elo si Dimas ngeselin banget sumpah. Masak ngatain gua rakus di depan Zian!"
"Sejak kapan gue bilang elo rakus. Gua cuma bilang lo banyak mak--"
"DIEM LO!" bentak Rara.
Rara yang mendengar ucapan Riri yang masih mengira ia benar-benar pacaran dengan Dimas hanya tersenyum kecut.
"Raa. Kok lo mau sih sama Dimas?!"
"Udah. Mau beli pempek gak lo?!" Dimas menarik bahu Riri agar berhenti bergelayut pada Rara.
"Ikut gua." Dimas langsung menarik lengan Riri keluar.
"Eh Rara ga ikut?"
"Gausah. Dia urusan gua nanti."
"Tapi kan--"
"Berapapun banyaknya yang elo mau. Tapi berhenti ngomong."
"Oke boss."
Hanya makanan yang bisa menjinakkan Riri.
"Tapi gua pengen makan di belakang kelas aja deh. Takut ada yang minta. Mwehehe," lanjut Riri.
"Terserah elo. Tapi ada satu syarat," tawar Dimas.
"Kok syarat?"
Tiba-tiba langkah Dimas terhenti, "Berhenti hubungin Zian. Dan mulai sekarang cukup gua cowok yang boleh deket sama elo," ucap Dimas sambil menatap Riri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo Teyengan [Completed]✔
Short Story[Private some chapter, ending, and ekstra part. Follow me first for comfortable reading. Thanks!!] Pernah denger istilah jomblo teyengan? Okeh itu teh bahasa Jawa artinya Jomblo Karatan. So udah pernah dengar jomblo karatan? Ini hanya sekelumit ceri...