12 - Jangan Bilang

2.2K 199 10
                                    

Jadi intinya kita sebenernya saling suka. Tapi status sahabat jadi mengaburkan kebenarannya. Kau yang tukang kode tapi sulit dibaca, dan aku yang malas untuk memecahkan kode-kode itu.

- Riri

"Hah?"

"Eh Ri, Dim? Ngapain disini? Bentar lagi masuk," tiba-tiba Zian sudah ada disamping mereka berdua.

Terlihat wajah Dimas yang menghela nafasnya kasar. 

Ganggu aja ni curut.

"ZIAANN! Mau ke kelas ya? Bareng yuk." Riri langsung menarik lengan Zian dan meninggalkan Dimas.

"Eh itu si Dimas lu tinggalin?"

"Biar."

...

"Kok kalian diem-dieman sih dari tadi. Cuma gua yang ngomong. Ini KIR gimana kejelasannya?!" Zian mengacak-acak rambutnya kasar, karena sedari tadi Riri apalagi Dimas hanya diam dan sama-sama tak acuh.

"Gua sih yes." Dimas bersuara.

Sekali lagi Zian menghela nafasnya kasar, "Lo kira ini audisi Indonesian Idol apa?!" ucapnya kesal. Lalu, tak sengaja Zian menoleh keluar ruangan KIR. Terlihat disana ada Riri yang sedang menari-nari tak jelas, menggunakan baju karate. Oh, tentu saja, hari ini kan ekskul.

"Daripada ngurusin lo berdua, enak gua keluar!" ujar Zian. Dimas tak acuh dan melanjutkan membuka-buka galeri foto di laptopnya.

"Zian nyamperin Riri," ucap Rara tiba-tiba, yang lantas membuat Zian langsung menoleh keluar. Langsung saja Dimas berdiri, namun tertahan oleh Rara.

"Gua pengen nanya sesuatu ke elo."

Dimas hanya menatap Rara dengan mimik muka bertanya. 

"Lo suka Riri. Emang lo yakin Riri bakal suka balik ke elo?"

"Itu urusan gua. Riri suka sama gua apa nggak, itu bukan urusan elo," ucap Dimas sambil menatap dalam kearah mata Rara, "Jadi, lepasin tangan gue," lanjutnya. Refleks Rara melepaskan pegangannya di lengan Dimas. 

Entah kenapa, Rara merasa semakin kesal dengan Riri, perempuan yang sebenarnya hanya ia manfaatkan untuk dekat dengan Dimas.

Sayangnya, setelah ia melihat lagi keluar ruangan, Zian dan Riri sudah tidak ada. Dengan kesal, Dimas menghentakkan kakinya lalu melangkah keluar ruangan KIR.

...

"Mau makan apa Ri?"

"Beneran nih mau nraktir gua?"

"Iya santai aja. Harus banyak makan, biar sehat."

Dengan senyum mengembang, Riri mulai menyebutkan pesanannya, "Bakso jumbo sama es campur ya Zi. Hehe.."

Zian tersenyum dan mengangguk, "Siap boss."

Tiga menit kemudian pesanan datang. Dengan lahap, Riri memakan baksonya. 

"Pelan-pelan neng. Entar keselek," ujar Zian terkekeh geli.

"Salahin baksonya Zi, kok enak gini. Hahaha," ucap Riri dengan mulut penuh daging bakso.

"Kalo diliat-liat lu makin lucu deh," ujar Zian sembari menatap kearah Riri. Karena menurutnya, Riri sekarang lebih menarik daripada nasi goreng kesukaannya ini.

"Ati-ati dah. Ntar suka beneran ke gue. Udah dua kali gua peringatin nih." Riri sedikit terkekeh.

"Yaudah, kalo gitu mau ga jadi pacar gue aja?"

Pffrrttt...

Refleks, Riri langsung menyemburkan seluruh isi mulutnya, hingga berhamburan diatas meja. Ada juga yang memercik di baju Zian.

"Minum dulu Ri. Makanya pelan-pelan." Zian semakin terkekeh, melihat reaksi Riri barusan. Menurutunya itu hal yang sangat lucu.

"Bukan makan gua yang kecepetan. Tapi tadi lu bilang apa?"

"Oh jadi pacar gua? Gua serius kok," ucap Zian yang kali ini benar-benar menatap Riri yang pipinya sudah berubah semerah tomat.

"Kebiasaan, kalo makan jorok," tiba-tiba suara Dimas menginterupsi kalimat Zian, "Gua temenin ke kamar mandi, buat bersih-bersih," lanjut Dimas yang tanpa permisi langsung menarik pergelangan tangan Riri meninggalkan Zian.

...

"Udah gua bilang kan tadi, ga boleh ada cowok yang lebeh deket sama elu selain gua," ucap Dimas datar setelah mereka sampai di depan kamar mandi.

"Ngomong apasih lo. Gajelas banget!" Riri sedikit membentak.

"Karena elo sahabat gue, dan cuma gue yang paham elo orangnya gimana."

"Terus apa hubungannya sama gue deket sama cowok lain hah?" mimik wajah Riri tiba-tiba berubah lagi, menyiratkan dia baru saja kecewa.

"Jangan bilang lo juga suka gue?" cecar Dimas.

Jomblo Teyengan [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang