Merjuangin cewek itu capek bray. Apalagi kalo udah pukul-pukulan. Udah sakit, eh bukannya diobatin, malah dimarahin. Kan tai -,-
- Dim
"Juga suka lo? Ngomong apasih, Dim?!" tak sadar Riri malah menaikkan oktaf suaranya.
Dimas langsung tersenyum miring, "Fine. Kalo emang ga suka sama gue. Kok reaksi lo berlebihan? Pake marah-marah gitu? Seharusnya biasa aja kan? Lagian baru kali ini gue ngelihat ekspresi muka elo yang campur-campur. Apalagi pas kemaren gue bil--"
"Campur-campur. Lo kira cendol?!" Riri melepaskan cengkraman tangan Dimas di bahunya, "Gue marah ke elo bukan karena hal lebay yang udah lu bilang barusan. Tapi gue marah karena lo ganggu gue sama Zi--"
"Masih gamau ngaku dengan wajah elo yang begitu? Sini ikut gue!" Dimas langsung menarik lengan Riri ke belakang kelas. Tentu saja Riri memberontak, dan pegangan Dimas terasa lebih kuat di lengannya.
"Kita liat. Abis ini lo masih mau nutupin atau enggak," dengan cepat Dimas langsung mencium Riri, tepat di hidungnya.
Riri terbelalak sempurna. Berani-beraninya Dimas menciumnya di sekolah, walaupun hanya di hidung. Walaupun ya Ri hmm..
Refleks Riri mendorong kepala Dimas. Dan gedebuggg! dengan sekuat tenaga Riri memukul rahang Dimas disusul dengan pukulan di perut. Sontak saja Dimas langsung termundur ke belakang
"Lo kira gue cewe murahan apa!" bentak Riri dengan kilatan mata marah. Setelahnya ia langsung meninggalkan Dimas.
Kalo gasuka, kenapa wajah elo merah gitu Ri. Haha..
"Ri? Lo gapap--"
"Gausah tanya gue!" bentak Riri pada Zian dan menabrakkan bahunya.
"Keren bro! Nyium cewek di sekolah." Zian menepuk bahu Dimas.
Dimas mendengus kasar kearah Zian, "Bukan urusan lo. Dan gue minta, gausah deketin Riri lagi."
"Emang lu siapanya Riri. Pacar aja belum tentu dia mau kan."
"Gue ingetin sekali lagi. Kalo lo berani deketin Riri lagi, gua ga main-main bu--"
"Santai-santai. Gue juga gasuka- suka banget. Cuma Riri asik aja kayaknya kalo dijadiin pac--"
Bugghhh!!
"Anju lo! Kenapa dari awal gue ga sadar bangsat!" Dimas langsung memukul Zian bertubi-tubi. Dan terjadilah perkelahian diantara mereka yang mengundang banyak siswa dan siswi. Karena kebetulan jendela kelas ada di samping mereka sehingga terlihat.
...
"Ri, Ri! Dimas sama Zian berantem di belakang kelas. Laras, teman sekelas Riri berlarian menuju meja Riri dengan terengah-engah, "Gaada yang misahin coba, semuanya pada sibuk video'in."
Riri menarik nafasnya kasar, lalu dengan malas berdiri ke belakang kelas menuju tempat perkelahian dua laki-laki bego itu.
Sesampainya disana, kerumunan anak-anak yang memegang hape, bahkan tongsis sekalipun. Riri dengan malas menyelip untuk melihat Dimas dan Zian.
Dilihatnya Dimas dan Zian yang sama-sama lebam. Riri hanya melihat tanpa melerai dan berpangku tangan. Sampai akhirnya Dimas menoleh kearah Riri dan memberhentikan kegiatan mukul-memukulnya. Zian yang mendapat kesempatan seperti itu langsung hendak memukul Dimas, namun langsung ditahan oleh Dimas, yang perhatiannya kini sudah terkunci kearah Riri.
Namun, yang ditatap Dimas malah mendengus kasar dan berbalik meninggalkannya. Lantas Dimas berdiri dan hendak mengejar Riri, lagi-lagi tertahan oleh Zian yang sepertinya kesal dan merasa malu karena lebam dimukanya lebih banyak, sehingga ingin melanjutkan lagi duel mereka. Tapi dengan kasar Dimas menghentakkan tarikan Zian dan melanjutkan langkahnya.
"Ri. Bentar. Gue mau ngomong sesuatu sama elo!" Dimas berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Riri.
Tiba-tiba Riri berhenti dan menatap kearah Dimas. "Jangan ngomong sama gue lagi mulai sekarang," ucapnya dan melanjutkan langkahnya.
...
Nanggung banget Mas di idung. - Riri
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo Teyengan [Completed]✔
Short Story[Private some chapter, ending, and ekstra part. Follow me first for comfortable reading. Thanks!!] Pernah denger istilah jomblo teyengan? Okeh itu teh bahasa Jawa artinya Jomblo Karatan. So udah pernah dengar jomblo karatan? Ini hanya sekelumit ceri...